Home 87 - Tragedi

2.2K 281 13
                                    

"Ada yang liat Cio nggak?"

Minggu pagi—hari di mana pengumuman SNMPTN, Junkyu yang masih berpenampilan acak-acaknya menuruni tangga menuju lantai dasar rumah trejo. Ia bertanya demikian sebelum dua kakinya menapaki anak tangga paling bawah, setelah melihat kehadiran beberapa sosok yang sudah sibuk di dapur.

"Lah? Yang sekamar kan lo? Kok malah nanya sini? Lagian tumben amat udah bangun lo?" Jihoon menoleh malas, dirinya kembali sibuk menyiapkan dua porsi sarapan. Mungkin satunya untuk Hyunsuk.

"Kebangun gue. Terus gue nggak liat dia ada di kamar. Gue kira udah turun, makanya nyusul. Lo pada nggak liat beneran?" Junkyu menguap. Kakinya tanpa minat dibawa melangkah mendekat. Kemudian menuangkan air putih ke dalam gelas kaca.

"Kayaknya tadi dia masuk ke kamar Asahi. Terus Jaehyuknya keluar pake muka kusut. Tuh, lagi merenung anaknya di belakang sama Kak Hyunsuk." Jawab Yedam sembari menunjuk halaman belakang rumah. Memang benar terlihat dua manusia yang hanya duduk sembari menatap jauh ke depan dengan tatapan kosong.

Yang ada di dapur pagi ini memang cuma Jihoon sama Yedam. Yang lain entahlah, Junkyu belum liat. Orang dia lagi nyari si tunangan gemesnya yang nggak ada di tempat pas dia buka mata.

"Kakak adek hobinya emang sama, biarin aja." Jihoon terkekeh kecil. Dia kemudian mengambil dua piring berisi sarapan miliknya dan Hyunsuk. "Eh karena lo udah di sini, bantuin gue dong bawain sereal itu buat Jaehyuk."

"Emang anjing, gue dibabuin pagi-pagi." Jihoon tertawa, tanpa banyak kata lagi dia langsung beranjak menuju halaman belakang. Junkyu sempat memaki lelaki itu, sebelum meraih mangkuk berisi sereal kesukaan Jaehyuk. Ia kemudian menatap si calon adik ipar. "Doyoung dah bangun belum, Dam?"

"Udah Bang. Lagi di ruang tengah bareng Haruto, Jeongwoo, Junghwan sama Kak Yoshi." Yedam menoleh sebentar, sebelum kembali fokus pada kegiatannya mengoles selai coklat pada roti gandum. Fyi, Yedam memang mengajukan diri buat bikinin sarapan untuk semua manusia yang barusan dia sebutkan lagi ada di ruang tengah saat ini. Kecuali Yoshi sama Jeongwoo yang tadi milih buat bikin Energen aja.

Ganjel dikit. Biar siangnya bisa makan banyak, hehehe.

Junkyu mengangguk. "Berarti Cio sama Sahi belum turun ya?"

"Iya. Cek aja nanti ke atas, sekalian suruh turun buat sarapan dulu."

"Oke. Gue ke belakang dulu bentar,"

"Mau dibuatin roti juga nggak Bang Jun?" Yedam kembali menoleh. Namun si sulung anak Bapak Namjoon itu menggeleng.

"Nggak usah. Nanti gue sendiri aja,"

"Sip deh!"

Kemudian, Junkyu mulai meninggalkan area dapur untuk membawakan sarapan pada sang sepupu bucin.

"Lama amat Bang," sambutan kalimat itu, bikin ekspresi Junkyu auto julid. Dia hampir menuangkan sereal di atas kepala si Jaehyuk.

"Makan aja lo nggak usah bacot, nih!"

"Buset, galak bener." Jaehyuk tertawa garing. Dia mengambil alih mangkuk di tangan Junkyu. "Thank you Bang Jun!"

"Yo,"

"Duduk dulu la Jun, jangan balik tidur lagi. Tanggung," Hyunsuk berkata sembari menatap sang sepupu yang kini bersiap meninggalkan halaman belakang rumah trejo.

"Biarin aja. Panik dia ditinggal ayang ngungsi ke kamar lain," Jihoon mengerling jahil, senyumannya sukses membuat Junkyu darah tinggi.

"Gue tendang lo sampe terbang ke kolam,"

"Nih, coba!"

"Nantangin si bocah," Junkyu bersiap maju, emosinya sedang tidak bagus tapi Jihoon malah mencari gara-gara. Mending kamu nyari kiat-kiat menikah muda bersama Hyunsuk aja Ji. Ga, becanda. Kuliah dulu.

Home || TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang