Home 41 - Handuk Koala dan Jatuh Cinta

5K 774 107
                                    

Sabtu pagi, Junkyu masih tidur di atas ranjang tercintanya.

Tidak ada yang bisa memisahkan Junkyu dengan kasur jika sudah masuk hari weekend.

Pintu kamar mandi di dalam ruangan itu terbuka, menampakkan sosok Mashiho yang sedang mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk kecil.

Lelaki manis itu berjalan mendekati ranjang, tepatnya kearah meja kecil diantara ranjang miliknya dan Junkyu. Mau ngambil ponsel.

Tatapan Mashiho jatuh pada sosok sang tunangan yang masih bergelung di dalam selimut. Tidak ada tanda-tanda akan bangun.

Mashiho terkekeh kecil. Lalu entah dorongan dari mana, tangannya bergerak maju menyentuh rambut Junkyu yang berantakan. Menyisirnya pelan sekedar merapikan rambut Junkyu yang acak-acakan.

Duh, gemes.


Mashiho menarik tangannya lalu mengalungkan handuk di leher. Mengambil salah satu ponsel yang ada di meja kecil dekat ranjang, Mashiho kembali beranjak kini menuju balkon.

Udara nampak begitu segar sewaktu Mashiho menghirupnya.

Komplek perumahan mereka ini cukup asri. Apalagi banyak pohon-pohon yang tumbuh didepan rumah, halaman, maupun di belakang setiap rumah.

Mashiho mendekati dinding pembatas yang setinggi dadanya, lalu menyandarkan dua lengan disana. Menatap kearah perumahan milik tetangga yang nampak sepi. Mungkin efek weekend.

Tiba-tiba Mashiho jadi merindukan kedua orang tuanya.

Lelaki itu langsung melakukan panggilan video dengan sang Mama. Berharap ada Papanya juga di sana.



"Mama~ Cio kangenn!"

"Aaaaaa Cio! Mama kangen jugaaa!"




Dan panggilan video berlangsung selama lebih dari satu jam, hingga sang Mama pamit katanya mau pergi arisan bersama Ibu-ibu komplek.

Mashiho tersenyum lebar sembari menatap area komplek perumahan mereka kembali. Rasanya bahagia sekali setelah melakukan panggilan video dengan orang tuanya.

Beberapa menit setelahnya, Mashiho berbalik kembali ke dalam kamar.

Menaruh handuk pada tempatnya, Mashiho kembali mendekati ranjang.

Junkyu masih tidur.



"Kak Ajun,"

Suara lembut Mashiho mengalun, dengan sedikit tepukan pelan pada bahu Junkyu yang tak tertutup selimut.

Ajaib, Junkyu yang udah kayak orang mati kalo waktu libur, membuka matanya perlahan.

Kalo saudara-saudaranya tau, gempar mereka.

"Iya, Cio? Kenapa? Udah pagi ya?"

Junkyu duduk di atas ranjang dengan keadaan linglung. Masih belum sepenuhnya sadar.

Mashiho tersenyum gemas.

"Udah mau siang Kak. Bangun ya? Terus makan. Kemarin Kak Ajun makannya cuma pas pulang sekolah aja. Nanti Cio masakin deh, Kak Ajun mau makan apa?"

Junkyu mengangguk sambil menguap kecil.

"Apa aja deh. Kakak bisa makan apapun asal jangan pake sianida. Tapi, boleh minta tolong nanti makanannya bawa ke kamar aja? Males turun,"

Junkyu nyengir kearah yang lebih muda.

Mashiho geleng-geleng kepala dengan senyum kecil.

"Iya iya. Nanti Cio bawain ke sini. Sekalian kita sarapan bareng aja. Oke, Cio ke bawah dulu ya? Kak Ajun mandi gih sana!"

Home || TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang