2. Pagi Itu Di Rooftop

14K 595 12
                                    

Senin

Hari yang tidak disukai banyak pelajar karena mesti melaksanakan upacara di lapangan ditemani matahari pagi. Dan sialnya sinar matahari hanya mengenai barisan murid. Barisan para guru bahkan tak pernah terkena sinarnya sama sekali.

Sungguh tidak adil!

Ingin protes tapi hanya orang orang bodoh yang akan memarahi matahari.

Bel panjang akhirnya berbunyi. Sebagian murid mulai berjalan menuju lapangan. Namun sebagian lainnya berada di kelas masih mengerjakan tugas, dikantin menghabiskan makan, atau mungkin rooftop untuk menghindari kegiatan pagi itu.

Murid dengan jas almamater mulai berkeliling. Mereka telah membagi tugas untuk mencari anak anak bandel yang bersembunyi.

Dafa si ketua OSIS melangkah ke belakang sekolah dan Jihan yang merupakan waketos mengecek di rooftop.

Gadis cantik ber jas almamater itu mulai menaiki anak tangga. Tak butuh waktu banyak kini dia telah berdiri didepan pintu menuju rooftop.

Ceklek

"Ekhem." Dehem Jihan membuatnya kini menjadi pusat perhatian semua cowok yang berada di tempat itu. Bahkan sebagian dari mereka langsung membuang rokok ditangan saat melihat wakil ketua OSIS itu.

"Eh Jihan." Ucap cowok bernama Ai.

"Kita mau ikut upacara kok. Baru aja mau keluar." Tambah El diangguki semuanya terkecuali satu cowok yang begitu santai bermain game.

Ai mengambil dasi di dalam kantong celananya lalu memasangnya di kerah baju putihnya. El melakukan hal yang sama namun bedanya dasi itu sebelumnya terikat di kepalanya. Rian, Aldi, Zidan dan Toni dengan kompak memasukkan baju yang tadinya keluar ke dalam celana. Hal itu tak luput dari penglihatan Jihan.

"Kita ke lapangan dulu ya Han." Ijin Toni yang langsung anggukan kepala oleh Jihan. Mereka akhirnya keluar dari rooftop dengan pakaian yang telah lengkap dan rapi.

"Untung waketosnya baik." Ucap Rian pada teman temannya saat mereka menuruni anak tangga.

"Cantik juga." Timpal Aldi lalu tertawa.

"Eh nasib si Azam gimana?" Tanya Ai seraya melihat ke atas.

"Nanti Jihan yang ngurus. Dia juga kayaknya sengaja nggak mau turun sama kita." Jawab Toni.

"Tuh anak emang suka nyari nyari gara gara sama si waketos cantik." Tambah Aldi.

Jihan melipat tangan didepan dada saat Azam baru saja berdiri. Cowok itu telah memasukkan handphonenya ke kantong celana dan kini akan keluar dari tempat tersebut. Namun tubuh gadis beralmamater itu lebih dulu menahannya.

"Mana dasi lo?" Tanya Jihan menatap Azam.

"Nggak ada."

"Terus lo mau ikut upacara?"

"Hem."

"Tanpa dasi?"

"Bawel lo."

Jihan mengambil dasi di kantong jas almamater nya.

"Pake!" Titahnya seraya memberikan dasi tersebut.

"Sekaya apa lo sampe punya dasi dua?" Tanya Azam.

Jihan tidak menjawab. Ia memperhatikan cowok itu yang mulai memasang dasi pemberiannya.

"Sok tegas padahal aslinya manja." Celetuk Azam. "Beuh beda jauh pokoknya sama yang disekolah." Tambahnya.

"Gw nggak manja!"

"Perasaan gw nggak nyebut nama."

"Sabar Jihan sabar."

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang