"Kenapa kalian masuk sekolah?"
"Karena kita mau belajar bu." Empat laki laki itu menjawab kompak.
"Lari lima putaran terus masuk kelas."
"Beneran bu?"
Bu Lely mengangguk. "Kalian tidak ikut upacara tapi tetap berusaha masuk sekolah untuk mengikuti pelajaran."
___Saya hargai usaha kalian."
"Menurut lo ketempelan jin apa?" Bisik Ai di telinga Azam.
Bukannya pergi menjalankan hukuman, empat cowok nakal itu malah memandang serius bu Lely. Oh ayolah guru bk di depan mereka ini seperti bukan dirinya.
"Hafal ayat kursi nggak lo?" Tanya Azam sambil menyenggol lengan Ai.
"Lupa gw."
"Ah bego lo."
"Kenapa masih disini?" Bu Lely menatap heran keempat nya. Seharusnya mereka senang karena diberi hukuman yang ringan.
"Sana ke lapangan."
"Al Ikhlas aja deh Zam. Jin nggak mandang surah soalnya." Bisik Rian.
Azam mengangguk. Ia mulai menghela napas panjang lalu menghembuskan nya perlahan.
"Auzubillahi ____
"Ngapain kamu Azam?"
"Diem bu. Kita mau ngembaliin bu Lely yang asli." Jawab Ai diangguki ketiganya.
Bu Lely melotot mendengar penuturan Aizar. Raut muka nya langsung berubah. Kini tatapan membunuh dilayangkan pada ke empat nya. Jangan lupakan wajahnya yang mulai merah pedam.
"JADI MAKSUD KALIAN SAYA KEMASUKAN SETAN?"
Dengan polosnya mereka mengangguk.
"Tenang bu. Walau cuman bermodalkan surah al Ikhlas in syaa Allah ibu bakal kembali seperti semula."
"AZAM! AIZAR! ANTON! RIAN! JALAN BEBEK KALIAN DUA PULUH PUTARAN. SEKARANG!"
❃
"Tumben lo naik ojek Han."
Kia yang sedang nonton drakor di handphone langsung beralih menatap Jihan yang baru saja duduk.
"Kamu naik ojek?" Ulang Kia. Gadis itu terkejut mendengar perkataan Aci pasalnya setiap pagi sang sahabat selalu ke sekolah dengan abinya.
Jihan sempat terdiam. Dia bingung mau menjawab apa. Entah kenapa melihat wajah Kia malah membuatnya merasa bersalah.
"Jihan." Kia memegang tangan sahabat nya yang malah diam. "Ada masalah?" Tanyanya pelan.
Jihan menggeleng cepat. "Ah iya aku naik ojek karena abi ada urusan mendadak di kantor. Jadi beliau perginya pagi banget. Kalau nunggu aku abi bisa telat."
"Owh gitu."
"Aaaa males banget belajar mtk." Aci dengan sengaja menjatuhkan kepalanya di atas meja. Dia sungguh tak niat mengikuti pelajaran bu Rere pagi itu.
"Gw juga males njir. Kenapa harus ada matematika sih woy!"
"Ibu juga nggak tau Vi."
Semua pasang mata sontak menoleh ke asal suara. Ovi seketika meringis melihat bu Rere berdiri di depan pintu. Sedangkan teman temannya malah menertawai gadis itu yang kini malu setengah mati.
"Nggak bu. Saya becanda kok hehe."
"Jangan percaya bu." Sahut Aci sengaja mengompori.
"Gw geplak kepala lu ya Ci."
Di luar kelas tepatnya di lapangan, empat laki laki yang sempat tak mengikuti upacara tadi kini menjalankan hukuman. Di pinggir lapangan ada bu Lely yang terus mengawasi.
"Bego lo Ai." Cibir Azam.
"Kok gw?" Balas Ai tak terima di salahkan.
"Iyalah. Andai lo nggak nanya bu Lely ketempelan jin apa pasti kita cuman lari lima putaran doang."
"Lo juga ngapa saranin surah al Ikhlas." Kini Ai menyalahkan Rian.
"Ya karena si Azam nggak hafal ayat kursi."
El tertawa melihat ketiganya saling menyalahkan.
Azam langsung melirik nya. "Lo sih El kelamaan lompat."
Rian mendengus kasar. "Udah. Kita semua bego."
Tanpa ke empat nya ketahui, di lantai dua Zidan, Aldi dan Toni memperhatikan mereka yang sedang di hukum. Untunglah guru yang akan mengajar di kelas mereka belum datang. Jadi ketiganya sama sekali tak khawatir meninggalkan kelas.
"Ahahaha anjir. Kasian banget dah disuruh jalan bebek." Ledek Zidan tanpa berhenti tertawa.
Bukan teman namanya jika tak bahagia diatas penderitaan temannya.
Toni menyalakan handphone nya lalu mengambil selfie dengan keempat nya yang sedang dihukum.
"Satu, one, siji."
"Cis."
Zidan dan Aldi ikut bergaya.
Cekrek
❃
"Asli dah cape banget gw."
Sesampainya dikantin, Azam langsung duduk sambil menyender di tembok. Dia menekuk satu kakinya lalu memejamkan mata. Sedangkan Ai dan El pergi membeli makanan. Membiarkan cowok itu istirahat sendiri.
"What's up bro."
Zidan menggebrak meja lalu tertawa dengan Aldi. Azam yang kaget mengumpati cowok itu. Keduanya pun duduk di depan Azam yang matanya masih terpejam.
"Capek dia bro. Habis jalan bebek dua puluh kali." Kata Zidan memberitahu Aldi.
"Diem anjing!"
"Ahahaha."
Azam membuka matanya. Niat mengistirahatkan diri, dua manusia tak di undang itu malah membuatnya pusing.
Tatapan cowok itu langsung mengarah di rambut Aldi. "Lo berdua tadi pagi kena razia bu Lely kan?"
Keduanya mengangguk.
"Bukannya rambut lo digunting?"
Aldi tiba tiba menggebrak meja. "Alhamdulillah cok rambut gw masih selamat." Jawabnya dengan penuh rasa syukur.
"Kata ____
Azam menghentikan ucapannya kala melihat dua temannya kembali.
Ai datang membawa nampan berisi tiga porsi nasi goreng sedangkan El memegang dua aqua sambil menyeruput pop ice coklatnya.
"Kurang baik apa coba gw." Ucap Ai memuji dirinya sendiri. Dia mulai memindahkan isi nampan ke atas meja. Setelah itu, keduanya duduk di samping Azam.
"Jadi tadi pagi itu lo berdua selamat dari razia rambut?" Tanya Azam.
"Hyoe. Bu Lely masih ngasih kesempatan sampai besok." Jelas Aldi sontak membuat Azam menoleh pada Ai.
"Kata lo si Aldi rambutnya udah digunting bu Lely. Gimana sih nyet?"
Ai dan El kompak menatap rambut Aldi lalu keduanya saling pandang.
"Lha? Rambut lo kok masih utuh? Tadi pagi kan udah kegunting."
Zidan dan Aldi terbahak. "Makanya lo bertiga masuk nyet!"
❃
KAMU SEDANG MEMBACA
AZAM [SELESAI]
Teen Fiction"Azam bangun." "Hem." "Shalat tahajud." "Males." .・゜゜・ JODOH ITU CERMINAN DIRI Tapi kenapa Jihan malah dinikahkan dengan Azam? cowok nakal yang hobinya bolos, ngerokok, balapan dan masih banyak lagi kebandelan yang ada didalam diri cowok itu! Cov...