63. Balapan

4.6K 276 17
                                    

"Teman lo mana bro?" Tanya Rendi sambil merangkul pundak Zidan. Cowok barjaket bomber itu kini celingak celinguk sok mencari keberadaan Azam.

"Takut kali Ren." Sahut Wahyu, salah satu anak Tunas Bangsa.

Mendengar itu, Rendi sontak menaikkan kedua alisnya. "Serius bro teman lo takut?" Tanyanya dengan ekspresi terkejut yang dibuat buat.

Bukannya terpancing, Zidan dengan raut datarnya malah tersenyum tipis mendengar pertanyaan Rendi. Tanpa mengalihkan pandang ketempat lain, cowok itu langsung menjauhkan tangan Rendi yang merangkul pundaknya. "Yakali takut sama mental patungan." Sindirnya kemudian.

"Ngeri bro. Mental patungan." Celetuk Aldi sengaja menoleh pada Rian dan Toni.

"Lo semua kayak bocah ingusan yang nggak mau kalah." Balas Rendi lalu tertawa dengan teman temannya.

"Kalah ya kalah aja. Yoi nggak bro?" Tanya Wahyu sambil merangkul dua temannya.

"Yoi lah."

Aldi yang hendak maju melayangkan pukulan diwajah mereka semua, terpaksa mengurungkan niatnya tersebut saat Zidan tiba tiba memegang lengannya.

"Gw nggak punya kesabaran Dan." Aldi berucap kesal pada Zidan karena menahannya melayangkan pukulan pada mereka semua yang masih tertawa didepan matanya.

"Sabar! Tunggu Azam, Ai sama El."

"Tap_____ah Anjing pengen gw celupin ke neraka nih anak Tunas Kelapa."

Suara deruman motor sontak membuat para laki laki itu menoleh keasal suara. Yang mereka tunggu sejak tadi akhirnya datang juga. Azam. Namun dia tidak sendiri melainkan dengan dua temannya.

"Gw kira lo nggak datang bro." Ujar Rendi pada Azam yang baru melepas helmnya. "Berani juga ternyata." Tambahnya seraya manggut manggut.

"Gw nggak ada waktu nanggapin basa basi lo." Balas Azam dingin.

"Oh, oke. Lo kayaknya udah nggak sabar nerima kekalahan lagi."

Pukul 24.57

Dua cowok berbeda sekolah itu kini sudah bersiap digaris start. Banyaknya suara sama sekali tak menganggu atensi Azam yang fokus menatap kedepan, sedangkan Rendi menoleh pada lawan disampingnya seraya tersenyum meremehkan dibalik helmnya.

"Woy Zam lo nggak bisa rileks apa?" Celetuk Kevin, cowok bermata sipit yang merupakan anak Tunas Bangsa.

Namun Azam tidak peduli dikatakan apapun itu untuk saat ini.

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 01.00, Ai pun mengintruksi keduanya untuk menghidupkan motor masing masing. Suara deruman motor membuat para remaja dua sekolah itu semakin riuh.

"Lo berdua nggak ada yang boleh curang." Ujar Ai sengaja mengeraskan suaranya agar Azam dan Rendi bisa mendengar jelas.

"Oke tanpa membuang buang waktu, gw bakal hitung mundur sekarang juga. Siap?"

Azam dan Rendi sama sama menganggukkan kepala.

Tiga,

Dua,

Satu!

Dua motor sport itu melaju secepat kilat. Keriuhan pun semakin menjadi walau keduanya tak lagi terlihat.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang