19. Menikah

9K 427 2
                                    

Pemuda berbaju koko hitam itu keluar dari masjid. Dia Azam. Baru saja mengerjakan shalat subuh berjamaah di masjid dekat rumahnya. Tak sendiri melainkan dengan sang papah di sampingnya.

"Ada masalah apa semalam?" Tanya Endi pada Azam yang menendang nendang kerikil di depannya.

Azam menoleh sekilas. "Hal kecil." Jawabnya membuat sang papah mengangguk paham.

"Sebenarnya papah mau ngasih tau kamu setelah dari masjid tapi kamu malah pergi." Endi melihat Azam yang menatap ke bawah. Entah sengaja atau tidak, pemuda itu asyik sendiri bermain kerikil.

"Kamu sudah tau?"

Azam mengangkat kepala nya. Mengangguk sekali tanpa mengeluarkan suara.

Tangan Endi terangkat menepuk dua kali pundak anaknya. "Kenapa nggak dengar penjelasan mamah kamu dulu?"

"Udah terlanjur kecewa."

"Ck kamu ini!" Endi berdecak dengan jawaban Azam yang terdengar malas berbicara.

"Kamu mau tau kenapa pernikahannya dipercepat?" Tanyanya lalu merangkul pundak anak itu seperti teman.

Azam tak membalas. Cowok itu hanya diam sambil menatap lurus ke depan.

"Ini semua amanah dari eyang kamu. Kata abah, kalau dua duanya sudah terima perjodohan nya maka langsungkan pernikahan secepatnya. Jangan menunggu lama nanti salah satu diantara mereka malah berubah pikiran dan akhirnya menolak perjodohan."

Azam menoleh. "Ini terlalu cepat pah." Balasnya.

"Apanya yang cepat? Kami sudah menunggu 16 tahun."

"Nggak lucu pah."

Endi tertawa melihat kekesalan anaknya.

"Abah saja percaya sama kamu nak masa kamu nggak percaya sama diri kamu sendiri."

Hembusan napas kasar terdengar. "Nikah muda itu nggak bagus pah." Azam malah menasehati papahnya.

"Terus pacaran itu bagus?" Endi melempar pertanyaan balik membuat Azam terdiam. "Nikah muda itu nggak bikin dosa. Kamu malah terhindar dari yang namanya hubungan haram diluaran sana. Kalau yang pacaran pegangan tangan itu dosa, sebaliknya yang sudah nikah. Jangankan pegangan tangan, tatap tatapan saja dapat pahala."

"Kita hidup itu nyari pahala bukan malah nimbun dosa. Enggak malu bawa dosa dosa yang diperbuat di dunia dihadapan sang pencipta?"

Pertanyaan sang papah membuat Azam terbungkam. Mengingat betapa banyak dosa nya membuat pemuda itu tak bisa menjawab satu kata pun.

Dua laki laki itu akhirnya sampai dirumah. Endi melepaskan tangannya lalu menepuk lagi pundak anaknya.

"Papah percaya sama kamu." Ucapnya dengan tegas.

"Mungkin sekarang kalian berdua tidak terima perjodohan ini____

____Tapi percayalah suatu hari nanti kamu dan Jihan pasti akan bersyukur karena telah dijodohkan."

"Nggak akan pernah terjadi pah." Balas Azam, yakin.

"Oke, papah pegang ucapan kamu barusan."

Setelah mengatakan itu, keduanya pun masuk ke dalam rumah.

Sesampainya di kamar, Azam melepas sarung nya hingga menyisakan celana bola. Kemudian mengambil kotak putih diatas kasur yang sejak tadi menarik perhatian nya.

Diatas kotak itu ada kertas dengan tulisan 'Sekali lagi mamah minta maaf.'

Decakan kesal keluar dari mulut Azam. Kenapa wanita kesayangannya itu selalu meminta maaf?

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang