35. Mulai Suka?

7.5K 367 2
                                    

"Kalau ada masalah diselesaiin jangan malah ngehindar apalagi sampe kabur dari rumah. Nggak baik tinggal serumah tapi diam diaman."

Jihan hanya bisa mengangguk mendengar nasehat abinya. Gadis itu menunduk karena takut pada Usman yang terlihat marah atas sikapnya yang tak baik terhadap Azam beberapa hari ini.

"Maaf abi."

"Minta maaf sama suami kamu sayang." Ujar Eva membuat kepala Jihan terangkat. Gadis itu melihat abinya yang telah menatapnya sejak tadi.

"Iya." Jihan berucap pelan kemudian menolehkan badannya kesamping hingga berhadapan dengan Azam. Dia tak langsung minta maaf. Keduanya malah tatap tatapan. Eva sampai tersenyum melihat pasangan muda itu.

"Maaf ya." Ucap Jihan lalu meraih tangan kanan Azam. Menciumnya sebanyak tiga kali didepan orang tuanya. Jihan berharap setelah ini sang abi tak marah lagi padanya.

"Iya dimaafin." Jawab Azam sambil mengusap kepala Jihan. Tanpa ia sadari, gadis di depannya malah salah tingkah dengan perlakuan kecilnya.

"Jangan seperti ini lagi."

"Iya abi." Azam dan Jihan menjawab kompak. Keduanya pun pamit setelah masalah kecil itu selesai. Usman menggeleng gelengkan kepala menatap punggung anak dan menantunya itu. "Wajar mas." Ucap Eva sambil mengusap lengan suaminya. Dua orang yang mereka perhatikan akhirnya masuk ke mobil.

Azam memang membawa sedan hitam itu namun semua atas perintah Feni. Sebenarnya dia akan langsung menjemput Jihan setelah dari rumah orang tuanya. Tapi mamahnya melarang dan malah menyuruh cowok itu pulang ke rumahnya terlebih dulu. Azam yang tak ingin durhaka akhirnya menurut.

"Lo tau, cewek yang suka nangis mukanya bakal jadi jelek." Celetuk Azam sambil memajukan badannya pada Jihan yang kini menyender dengan kondisi mata berkaca kaca. Tangan cowok itu bergerak mengusap kedua mata Jihan agar air matanya tak berhasil tumpah.

"Waketos tuh nggak boleh cengeng entar diketawain penduduk mars. Nggak malu?"

"Nggak nyambung!" Balas Jihan kesal. Gadis itu diam saja melihat Azam memasangkan seat beltnya.

"Nah kan jelek." Ejek Azam. Tak mengetahui jantung Jihan berdetak cepat karena wajahnya yang sangat dekat. Jihan bahkan berusaha menormalkan rautnya agar tak ketahuan kalau ia sebenarnya salah tingkah ditatap Azam.

"Nggakpapa. Gw emang ganteng jadi wajar kok kalau lo salting."

"Nggak! Gw nggak salting." Elak Jihan sambil mendorong dada bidang Azam.

"Iya deh gw percaya aja biar cepat."

Azam berdecak pelan mengetahui gadis disampingnya tertidur. Sambil fokus menyetir, cowok itu memperbaiki posisi kepala Jihan. Azam yakin Jihan pasti capek seharian ini. Pulang sekolah gadis itu langsung main ke rumah Kia tanpa mengistirahatkan diri. Suara dengkuran yang ia dengar pun menandakan kalau Jihan benar benar lelah.

"Cengeng banget kalau udah dimarahin." Monolog Azam sambil melirik wajah damai Jihan. "Murid lain taunya nih waketos tegas. Padahal mah gampang nangis."

Azam menoleh sekilas. Tak cukup semenit ia langsung menggeleng gelengkan kepala. "Aih kok lucu sih." Gumamnya. Bagaimana tidak, Jihan tidur sambil memeluk ransel hijaunya. Dan jujur dimata Azam itu terlihat lucu.

Mobil hitam tersebut kini berhenti karena di depan ada lampu merah. Azam menjauhkan tangannya dari stir. Entah dorongan darimana ia malah merapikan jilbab segiempat yang dipakai Jihan.

"Nah gini kan bagus." Monolog Azam merasa puas dengan hasil tangannya. Terdiam dan kembali memandangi gadis di depannya. Tak munafik Jihan dengan wajah damainya saat tidur selalu berhasil membuatnya terpesona.

Melihat bibir tipis Jihan membuat pikiran Azam kembali mengingat malam itu. "First kiss doang marahnya berminggu minggu. Dasar bocil!" Ejeknya kemudian duduk pada posisi semula sebab lampu lalu lintas telah berubah hijau.

"Ck! Udah gw duga." Batin Azam setelah tak sengaja melihat keadaan luar. Disampingnya ada sebuah motor sport yang dikendarai oleh seorang laki laki dan dibelakangnya ada Selin, mantannya. Tak menaruh rasa sedikitpun pada Selin semenjak berpacaran ternyata pilihan tepat yang Azam lakukan. Walau terkenal bandel, keinginan cowok itu cukup menakjubkan. Dia ingin memiliki pasangan yang tak pernah disentuh laki laki manapun. 

Egois memang. Dia yang telah menyentuh perempuan bahkan berpacaran menginginkan pasangan hidup yang tak siapapun boleh menyentuh.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup macet akhirnya keduanya sampai dirumah. Azam segera turun. Langkah kakinya memutar kedepan menuju pintu mobil tempat Jihan duduk.

Cowok itu mengambil ransel Jihan secara perlahan agar siempu tak terganggu. Setelah menyampirkan disalah satu pundaknya, ia pun membungkuk sedikit. Baru saja membuka seat belt tiba tiba Jihan menggeliat. Azam seketika diam melihat gadis di depannya mulai membuka mata.

"Kenapa?" Tanya Azam pasalnya Jihan memegangi kepalanya sambil meringis. Namun gadis itu malah menjawab dengan gelengan membuat Azam berdecak. "Nggak usah boong."

"Beneran nggakpapa." Balas Jihan.

"Bodoh kalau gw percaya." Azam mulai memposisikan kedua tangannya untuk menggendong Jihan.

"Gw masih bisa jalan."

Azam mengangguk. "Yaudah jalan." Jawab nya lalu memundurkan badan dan kembali berdiri tegak.

"Aneh." Gumam Jihan sambil keluar dari mobil.

Gadis itu melangkah pelan. Selain lelah, kepalanya juga terasa pusing. Azam yang baru selesai menutup gerbang pun berlari agar bisa menyamakan langkahnya dengan Jihan.

"Eh."

Jihan tersentak kaget saat tangan Azam tiba tiba melingkar dipinggangnya.

"Ribet kalau lo tiba tiba tumbang."

Jihan memutar bola matanya malas. Alasan Azam terdengar basi ditelinganya. "Iya gw percaya aja biar cepat." Balasnya.

"Sanggup?"

Jihan mengangguk walau ragu. Jujur saja melihat anak tangga membuat kepalanya tambah pusing. Azam menaikkan sudut bibirnya melihat raut tak yakin diwajah Jihan.

Gadis itu mulai menaiki anak tangga pertama. Sedangkan Azam mengikuti dari belakang. Ia sengaja tak menyamakan langkahnya dengan Jihan karena takut jika tiba tiba gadis itu jatuh karena tak sanggup.

"Lo suka sama gw ya?" Celetuk Jihan pasalnya sikap Azam hari ini terasa aneh baginya.

"Kalau iya?" Timpal Azam entah serius atau tidak namun Jihan sukses dibuat deg degan.

"Nggak gimana gimana." Balas Jihan berusaha biasa saja. Percayalah jantungnya berdetak dua kali lebih cepat sekarang.

"Lo sendiri?"

"Gw?" Jihan menunjuk wajahnya. Tiba tiba gadis itu tertawa. "Nggak! Cowok bandel bukan tipe gw." Jawabnya yakin.

Azam mengangguk anggukan kepala.

"Kak Indah aneh banget ya. Dari sekian banyaknya laki laki di SMA Angkasa bisa bisanya dia suka sama cowok nakal kayak lo."

"Pesona gw emang nggak ada lawan." Timpal Azam narsis.

"Huwek."




AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang