18. Kecewa

7K 334 1
                                    

"Mah."

Seorang wanita yang sedang menonton acara televisi sontak menoleh saat sang anak sulung memanggil nya.

"Kenapa?"

"Maksud mamah datang ke rumah Jihan karena bahas pernikahan kan."

"Kanaya ngasih tau kamu?"

Azam menatap ibunya dengan amarah tertahan. Tangannya terkepal setelah mendengar pertanyaan beliau yang begitu enteng.

"Ayo duduk dulu supaya mamah jelasin." Ajak Feni namun pemuda berkaos putih itu tak bergerak sama sekali.

"Mamah emang gitu. Apa apa nggak pernah nanya atau ngasih tau aku dulu."

"Dengerin mamah dulu sayang."

"Kenapa harus buru buru banget sih mah? Mamah tau kan kita masih sekolah."

"Denger___

"Dengar apa lagi mah? Aku udah tau dari adek aku."

"AZAM!" Suara Feni refleks meninggi. Ia langsung memejamkan mata seraya beristighfar.

Azam tersenyum miris.

"Maaf." Ucap Feni pelan. Matanya masih terpejam. Wanita itu berusaha mengatur emosinya.

"Egois."

Feni membuka mata ketika mendengar suara derap langkah. Ia menghela napas memandangi punggung Azam yang mulai menjauh.

Anaknya pergi tanpa pamit.

Setelah makan malam, Jihan bergabung dengan orang tuanya di ruang keluarga. Tadi abi dan umi nya pulang selesai ia menunaikan shalat maghrib. Sebenarnya Jihan ingin langsung menemui dan menanyakan soal perjodohan itu tapi mengingat orang tuanya yang pasti kelelahan setelah keluar entah kemana, akhirnya Jihan menundanya. Menunggu setelah makan malam.

Dan ya, kini ia dan orang tuanya berkumpul di ruang keluarga.

"Sayang."

Jihan yang sengaja menonton televisi langsung menoleh ketika dipanggil ibunya.

"Iya umi."

"Tadi nyariin umi nggak?"

"Iya. Kesel ih sama umi. Keluar nggak bilang bilang. Aku nyariin tau."

Eva tertawa melihat raut kesal di wajah putrinya. Padahal ia hanya menanyakan satu pertanyaan tapi anak itu malah berceloteh panjang.

"Umi minta maaf." Ucap Eva.

"Emang umi sama abi kemana? Nggak biasanya pulang maghrib."

Jihan menaikkan alisnya karena kedua orang tuanya malah saling melihat seakan menginterupsi satu sama lain. Aneh tapi ia tetap bersikap biasa saja. Jihan tak ingin buru buru menanyakan niat awalnya. Walau sejujurnya ada perasaan kecewa di lubuk hatinya pada kedua nya karena tak memberitahu dirinya perihal kelanjutan perjodohan itu.

"Sebelumnya abi sama umi mau minta maaf sama kamu."

"Jadi bener?" Tanya Jihan yang mulai berubah raut wajahnya.

"Kamu udah tau?" Usman balik bertanya namun Jihan tak menjawab.

"Kalian udah nggak sayang aku ya?"

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang