34. Menjemput Jihan

7.2K 372 9
                                    

Hi bestii pa kabar?

"Duduk dulu."

Azam mengangguk setelah menyalimi tangan mertuanya. Pemuda berkaos putih itu mengambil duduk di kursi yang berhadapan dengan Usman dan Eva. Jujur saja ia merasa sedikit gugup karena sang abi terus saja menatapnya.

"Ada apa?"

"Maaf bi." Jawab Azam dengan kepala tertunduk.

Eva mengusap lengan suaminya kemudian melihat Azam yang masih menunduk. "Tadi Jihan dianterin Kia. Pas umi suruh pulang dia nggak mau. Katanya mau nginep disini. Kalian ada masalah kan?" Suara lembut wanita itu membuat Azam mengangkat kepalanya.

"Benar ada masalah?" Ulang Usman.

Azam menggeleng kecil.

Usman dan Eva kompak mengkerutkan kening. Keduanya sama sekali tak mengerti. Jika tidak ada masalah seharusnya Jihan langsung pulang ke rumahnya kan?

"Abi nggak bermaksud ikut campur urusan rumah tangga kalian tapi jawaban kamu membuat kita berdua bingung. Ada apa sebenarnya?"

Beberapa menit kemudian,

Azam menggaruk tengkuknya melihat sang umi senyum senyum. Percayalah cowok bandel SMA Angkasa itu merasa malu setelah menjelaskan alasan Jihan tak ingin pulang.

"Ya Allah sayang." Gumam Eva tak habis pikir dengan putrinya sendiri. Bisa bisanya gadis itu menghindar hanya karena first kissnya diambil oleh suaminya sendiri.

"Ajak dia pulang." Titah Usman tegas.

"Maafin Jihan ya nak." Ucap Eva merasa bersalah atas sikap putrinya.

"Iya umi." Jawab Azam. Dia menggaruk lagi tengkuknya. "Aku yang salah sebenarnya." Katanya pelan.

"Enggak. Kamu nggak salah. Dia pasti shock karena itu pertama kalinya." Jelas Eva yang paham betul kalau selama ini putrinya selalu membatasi interaksi dengan laki laki. Dihampiri lawan jenis yang tak ia kenali saja mampu membuatnya takut apalagi yang dilakukan Azam malam itu.

"Kamu ke kamarnya." Suruh Eva dibalas anggukan oleh Azam.

"Jangan."

Eva menoleh pada suaminya. "Mas, nggak boleh gitu. Bagaimanapun Azam itu suaminya."

Usman tak menghiraukan ucapan sang istri. Pria itu tiba tiba berdiri kemudian menatap jam dinding. "Sudah mau azan. Kita shalat isya dulu di masjid." Katanya pada Azam.

Si empu langsung beranjak dari duduknya. "Iya abi."

Diam diam Azam bernafas lega. Ia pikir Usman akan melarangnya menemui Jihan karena telah membuat gadis itu menangis. Ternyata beliau mengajaknya shalat berjamaah terlebih dahulu.

Ceklek

Azam tak langsung masuk setelah membuka pintu. Cowok itu malah diam sambil memperhatikan Jihan yang sedang belajar dengan sebuah iPad di depannya.

"Lo alasan gw uring uringan beberapa hari ini Han."

Azam mulai melangkahkan kakinya. Si pemilik kamar belum menyadari kehadirannya. Mungkin karena terlalu fokus belajar jadi Jihan sama sekali tak mendengar suara knop pintu yang diputar.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang