Jihan menaiki satu per satu anak tangga menuju rooftop. Gadis berjas almamater itu sedang mencari beberapa murid bandel yang sengaja tidak bergabung kelapangan untuk mengikuti upacara. Dan biasanya adalah murid laki laki. Entah apa alasan mereka sehingga malas mengikuti kegiatan rutin dihari senin itu.
Sekarang Jihan sudah berdiri didepan pintu. Manusia manusia malas yang merupakan Azam dan teman temannya itu sama sekali tidak menyadari kedatangannya. Jihan pun diam ditempatnya sambil mendengarkan pembicaraan mereka. Entah setan apa yang mendorongnya untuk menjadi patung didepan pintu rooftop tersebut.
"Yang nyiptain senin siapa sih?" Pertanyaan random itu berasal dari Aldi yang sedang memasang dasinya.
"Bu Lely." Jawab Zidan namun perhatiannya fokus dilayar handophone. Cowok itu masih asyik bermain game padahal teman SD nya sudah mulai merapikan pakaiannya.
"Kok bu Lely?" Timpal Ai dengan raut bingungnya. Azam dan temannya yang lain pun ikut melihat Zidan.
"Soalnya tuh guru bk langsung bersemangat kalau bel bunyi."
Tak tahan dengan pembicaraan tidak jelas cowok cowok itu, Jihan akhirnya masuk. Berdehem keras hingga membuat mereka menoleh kompak.
Kalau boleh jujur, Jihan sebenarnya merasa sedikit canggung jika bertemu atau dilihat teman teman Azam. Mereka pasti akan mengejek dan meledek karena telah mengetahui kalau salah satu teman mereka yang merupakan cowok bandel itu telah menikah dengan wakil ketua osis SMA Angkasa. Terkadang Jihan merasa malu sendiri karena Azam selalu digoda teman temannya jika ketahuan menatap dirinya.
"Rapiin pakaiannya terus ke lapangan!" Titah Jihan tegas.
"Buset dah galak bener istri lo bro." Ucap Ai berbisik pada Azam yang hanya diam namun kedua matanya melihat gadis berjas almamater itu.
"Gw nggak nyuruh diam." Sindir Jihan yang tentunya mengarah pada Azam. Pasalnya hanya cowok itu yang malah santai disaat teman temannya mulai merapikan pakaian masing masing.
"Yok bro ke lapangan." Ajak Ai yang langsung menarik tangan El.
"Sabar njir." Balas El ngegas. Oh ayolah dia masih belum selesai memasang dasinya tapi Ai malah menariknya tiba tiba.
"Kuy. Gw udah rapi nih."
Keenam cowok itu akhirnya keluar dari rooftop. Meninggalkan Azam yang tetap tidak bergerak dari posisinya. Cowok itu malah tersenyum karena Jihan mulai mendekatinya.
"Nggak usah sok keren." Cibir Jihan.
"Galak bener mba." Balas Azam sambil memperhatikan Jihan yang mengambil dasi dikantong jasnya. "Tunduk!" Titahnya galak.
"Oke."
Jihan seketika gugup setelah Azam menuruti ucapannya. Jarak keduanya benar benar sangat dekat. Entah terlalu tunduk atau tidak, rambut cowok itu kini bersentuhan dengan kepalanya. Jihan bahkan dapat merasakan deru nafas Azam. Dia pun menyadari kalau Azam terus menatapnya.
"Han." Panggil Azam sambil melingkarkan satu tangannya dipinggang Jihan. Menarik gadis itu agar semakin dekat.
"Jangan pegang pegang!" Balas Jihan galak.
"Cewek gw juga. Mau apa lo hah?"
Jihan memilih diam. Membiarkannya saja sepertinya lebih baik. Walau kerja jantungnya kembali tidak normal karena jarak keduanya yang tak cukup sejengkal.
"Han, kenapa semut itu kecil?"
"Tak____
"Benar. Karena I love you."
"Hah?"
Cup
Jihan refleks menyentuh bibirnya yang baru saja dikecup. Tak menyadari si pelaku yang telah kabur duluan sambil tersenyum puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZAM [SELESAI]
Teen Fiction"Azam bangun." "Hem." "Shalat tahajud." "Males." .・゜゜・ JODOH ITU CERMINAN DIRI Tapi kenapa Jihan malah dinikahkan dengan Azam? cowok nakal yang hobinya bolos, ngerokok, balapan dan masih banyak lagi kebandelan yang ada didalam diri cowok itu! Cov...