21. Tidur Seranjang?

10.5K 409 2
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Azam dan Jihan sekarang berada di teras untuk mengantar keluarga Azam yang akan pulang. Tak hanya berdua melainkan dengan orang tua Jihan.

"Belajar terima pernikahan kalian ya." Ujar Feni menasehati.

Azam dan Jihan refleks melempar tatap. Tak cukup sepuluh detik karena Azam tiba tiba berdehem.

"Kita sudah sepakat kalau kalian akan pindah besok." Jelas Endi mendapat anggukan dari Usman.

"Apa nggak terlalu cepat?" Tanya Jihan. Jujur, dia belum siap jika harus tinggal jauh dari orang tuanya. Jihan bahkan tak bisa membayangkan dirinya tinggal berdua dengan Azam.

"Enggak sayang." Jawab Eva. Wanita itu mengerti apa yang dirasakan putrinya saat ini. Tapi bagaimanapun juga Jihan sudah memiliki suami. Tak mungkin keduanya terus tinggal dirumah mereka.

Ke empat orang tua itu memang sudah mempersiapkan semuanya termasuk rumah untuk Azam dan Jihan setelah menikah.

"Nanti mamah yang beresin barang barang kamu." Feni menyela Azam yang baru saja membuka mulutnya untuk bersuara. Cowok itu pun hanya bisa mengangguk.

"Nanti aku yang bantu mamah." Celetuk Aya.

"Sini peluk dulu."

Feni merentangkan kedua tangannya yang langsung disambut oleh Jihan. Telapak tangan wanita itu mengusap lembut belakang kepala menantu nya. Setelah berpelukan, Feni mencium kedua pipi Jihan. Gadis itu tersenyum menatap ibu mertuanya.

"Kalau Azam bandel di sekolah suruh dia lari lima puluh putaran."

"Mah."

Feni beralih pada Azam. "Makanya jangan bandel. Waketos ini sekarang istri kamu lho."

Azam memutar bola matanya malas melihat Jihan memeletkan lidah kearahnya.

"Kamu belajar jadi suami yang baik." Nasehat Endi pada anaknya. "Walau ini awalnya perjodohan tapi kami semua berharap kalian berdua bisa saling menerima sebagai pasangan." Lanjutnya.

Aya tiba tiba memeluk Azam. Cowok itu tersenyum membalas pelukan adik perempuan nya.

"Kayaknya aku bakal rindu berat sama Aya."

Azam mencium kedua pipi adiknya setelah pelukan keduanya terlepas. "Kurang kurangin baca novel. Dan ingat, gak boleh begadang nanti cantiknya hilang."

"Laksanakan kak." Jawabnya tegas.

"Cium dulu dong." Azam membungkukkan sedikit badannya.

Cup

"Makasih." Ucap Azam lalu balas mencium kening adiknya.

Anak itu beralih pada gadis di samping Azam. "Kak Jihan nanti kita cerita cerita lagi ya."

"Okey."

"Boleh peluk?" Tanya Aya sedikit malu malu.

Jihan mengangguk membuat Aya sumringah. Kedua perempuan itu akhirnya berpelukan.

"Bahagia banget deh soalnya kak Jihan udah jadi jadi kakak aku. Sekarang Aya ada kakak perempuan." Seru Aya tanpa melepas pelukan.

Jihan hanya bisa tersenyum. Dia tak paham dengan perasaannya sendiri. Jujur, dia tidak ingin menikah dengan Azam tapi di lain sisi dia senang karena mempunyai adik perempuan seperti Aya. Gadis SMP yang ingin menjadi seperti dirinya.

Orang tua dan adik Azam mulai masuk ke dalam mobil. Kendaraan beroda empat itu akhirnya pergi meninggalkan kediaman Usman.

"Kalian langsung ke kamar. Istirahat." Ujar Usman dibalas anggukan keduanya.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang