74. Flashback

4.6K 212 42
                                    

"Jihan apa kabar kak?" Tanya Mei sambil mengusap lembut rambut sang anak yang sedang bermain handphone disampingnya.


"Udah lama lho dia nggak main lagi kesini. Iya kan pah?"

Aiman, papah Kia yang duduk disofa single, mengangguki setuju perkataan sang istri. Beliau lantas melihat putrinya yang masih sibuk dengan benda pipih ditangannya. "Lagi ada masalah sama Jihan ya kak?" Tanyanya menebak.

Kia tiba tiba saja mengangkat kepalanya. "Pah, menurut papah, masuk akal nggak kalau Jihan bersikap buruk sama orang lain? Em kayak ngedorong seseorang padahal orang tersebut sebenarnya nggak salah?"

Aiman dan Hera sontak saling pandang setelah mendengar pertanyaan putrinya. Keduanya pun kembali menatap Kia yang sedang menunggu jawaban.

"Ohh jadi beneran ada masalah." Goda Mei.

"Mamah ih, aku serius tau nanyanya." Kia menatap kesal mamahnya yang malah menanggapi pertanyaannya dengan candaan.

"Yaudah, mamah minta maaf ya kak." Ucap Mei lalu mengecup pipi sang putri agar tak lagi kesal pada dirinya.

"Kak, kalau menurut papah nggak masuk akal Jihan bersikap seperti yang kakak bilang tadi. Soalnya dari yang papah kenal, Jihan itu anak yang baik dan begitu menghargai orang disekitarnya."

Kia lantas beralih melihat mamahnya. "Kalau menurut mamah?"

"Mamah setuju sama jawaban papah. Lagipula ya kak, yang kenal banget sama Jihan kan kakak. Yang harusnya tau lebih banyak tentang Jihan udah pasti kakak kan?"

Kia diam. Jujur saja, perkataan Bila di sekolah tadi terus terngiang ngiang dikepalanya. Walaupun Jihan sudah tak ia anggap sahabat lagi, namun entah kenapa yang dikatakan adik kelasnya itu terasa sulit untuk ia percaya.

"Pah, mah, kalau yang ngomong kayak gitu orang yang Jihan dorong gimana? Papah sama mamah bakal percaya nggak?" Tanyanya, lagi.

"Kak, kalau mamah sih nggak akan langsung percaya. Selain karna mamah nggak lihat langsung Jihan bersikap kasar kayak gitu, bisa aja kan korban yang ngomong itu bohong."

"Kak gini aja deh, gimana kalau pertanyaan tadi kita balik tanya sama kakak?" Jawab Aiman, memberi saran pada sang putri yang nampak bimbang.

"Mau ditanya ke aku?" Ulang Kia yang langsung diangguki setuju kedua orang tuanya.

"Kakak percaya nggak omongan orang yang udah Jihan dorong?" Tanya Mei.

Kia menggeleng pelan.

"Kenapa kakak nggak percaya?"

"Karna aku kenal banget gimana Jihan. Dia nggak mungkin ngelakuin hal kayak gitu sama orang lain. Dan walaupun benar, Jihan juga nggak mungkin tiba tiba ngelakuin itu kalau bukan orang lain duluan yang mulai. Jihan itu sabar banget mah. Bahkan kadang aku yang marah sama orang yang bersikap nggak baik ke dia." Jawab Kia menggebu gebu. Entah kenapa pertanyaan mamahnya membuat perasaannya berubah kesal.

Mei tersenyum sambil mengusap kembali rambut sang putri. "Kok tiba tiba kesal sih kak? Padahal mamah nanyanya biasa aja lho?" Ucapnya lembut.

"Kalian masih sahabatan kan kak?" Tanya Aiman.

Bukannya menjawab pertanyaan papahnya, Kia tiba tiba saja beranjak dari sofa. Kedua orang tuanya sampai menatap bingung dirinya yang sudah berdiri.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang