79. Penyesalan Bila

3.3K 149 5
                                    

Cil, nggak usah dengerin omongan orang lain
Lo fokus makan aja sama Kia
Gw bakal jagain lo dari sini

Jihan refleks melihat kearah pojok setelah membaca pesan yang baru saja dikirim Azam. Cowok itu terlihat menyimpan handphonenya lalu mulai menyantap makanan didepannya sembari mengobrol bersama teman temannya.

"Kenapa Han? Kamu nggak nyaman ya?" Tanya Kia pasalnya Jihan tiba tiba berhenti makan. Ia sebenarnya khawatir pada sahabatnya itu sebab kejadian kemarin sudah menyebar keseluruh penjuru sma Angkasa. Nama sang sahabat sampai terus terusan disebut sepanjang koridor. Beberapa murid perempuan bahkan ada yang menghentikan langkah keduanya hanya untuk bertanya langsung.

"Aku nggakpapa kok." Jawab Jihan seraya menggeleng pelan.

"Han." Panggil Indah yang langsung mengambil duduk disamping Jihan. "Han, kejadian kemarin bener? Lo beneran hampir dibunuh sama anak kelas 10? Lo nggak kenapa napa kan? Gw kaget sumpah pas denger beritanya. Tadi____

"Nggak liat dia lagi makan?" Sela Dafa, menegur Indah yang terus bertanya tanpa jeda.

"Hehe sorry ya Han. Yaudah lo makan dulu aja." Katanya meminta maaf.

"Aku nggak kenapa napa kok kak. Kak Indah nggak perlu khawatir." Jawab Jihan membuat kakak kelasnya itu lantas mengucap hamdalah.

"Lo mau gw beliin apa?" Tanya Dafa pada Indah. Keduanya memang baru saja sampai dikantin.

"Bakso bu Mia."

Dafa mengangguk paham. Cowok itu pun pergi membeli makanan untuk dirinya dan Indah.

"Nggak usah cemburu gitu kali Zam. Bu waketos tetap punya lo kok." Ucap Ai pelan.

"Gw nggak cemburu." Elak Azam namun semua temannya yang duduk dibangku itu malah saling pandang sambil menganggukan kepala seolah sedang mengejek dirinya.

"Iya Zam percaya." Timpal Aldi lalu memasukkan dua buah bakso kedalam mulutnya.

"Makan satu satu njir entar lo keselek." Ujar Toni menasehati.

"Nggak akan. Gw udah baca doa sebelum makan."

"Semerdeka lo aja dah."

Rian memicingkan kedua matanya kearah Zidan kala menyadari kalau temannya itu terus melihat ketempat duduk Jihan. Ia tentu saja bingung karena tak biasanya Zidan memperhatikan sesuatu saat mereka semua berada dikantin.

"Kenapa lo Yan?" Tanya El namun siempunya nama tiba tiba saja tersenyum aneh. "Gila nih anak." Tambahnya ngeri.

"Temen lo semua beneran lagi suka sama cewe kayaknya." Ucap Rian sambil menatap Zidan yang masih makan.

"Si Zidan?" Tanya Ai menimpali.

"Kok gw?"

"Ngaku aja kali Dan. Suka kan lo sama temennya bu waketos?"

"Bener bro?"

"Jujur aja napa."

Zidan melanjutkan makannya. Detik berikutnya, cowok itu tiba tiba saja menganggukkan kepala tanda mengiyakan pertanyaan teman temannya.

"Gila! Lo suka sejak kapan njir?" Tanya Aldi kaget.

"Dua hari yang lalu."

"Ha kok bisa?" Tambah Toni bingung.

"Gw kagum aja pas liat dia nolongin Jihan."

Ai, El dan Aldi kompak menggeleng takjub. Walau sudah mencurigai Zidan sejak kemarin, mereka bertiga masih saja tak menyangka kalau ternyata salah satu temannya itu menaruh rasa pada sahabat Jihan. Oh ayolah bagaimana bisa dia menyukai Kia hanya karena kemarin gadis itu menolong bu waketos?

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang