47. Nikah Beneran?

6.5K 383 9
                                    


Pukul 21.30

Azam menatap sabar Jihan yang sejak tadi duduk dikursi belajarnya. Gadis itu tak melepaskan handphonenya sedetik pun. Jihan terus saja menghubungi Kia walau hasilnya selalu nihil.

"Han." Panggil Azam pelan. Baru saja akan menyuruh Jihan istirahat, handphone dikantong celananya tiba tiba bergetar. Azam pun mengurungkan ucapannya saat melihat nama si penelfon. Kini cowok itu beranjak dari kasur lalu melangkahkan kakinya ke balkon. Meninggalkan Jihan yang masih saja khawatir akan sahabatnya.

"Halo." Ucap Azam pada Toni yang ia yakini berada diwarung ambyar. Azam memang sengaja pergi ke balkon karena tau maksud temannya itu menelfonnya.

"Sini lo."

"Gw nggak ikut ngumpul dulu malam ini."

"Terus utang lo gimana? Gw udah penasaran banget anjir."

"Besok aja dirooftop."

"Ah nggak asik lo."

"Sabar elah."

"Yaudah gw sama yang lain bakal nunggu besok."

"Lo nggak cepuin sama semua manusia kan?"

"Yakali anjir."

"Oke gw percaya sama lo."

"Musyrik lo bro. Percaya kok sama gw. Sama tuhan lah."

"Semerdeka lo aja dah."

"Ahahaha."

"Gw doain mulut lo kemasukan lalat."

"Anjing!"

"Udah. Assalamu'alaikum."

"Tumbenan ngucap salam."

"gw alim sejak dini bro."

Azam langsung mematikan panggilan. Setelah menyimpan handphonenya dikantong celana, ia pun kembali kedalam kamar.

"Ck!"

Cowok itu berdecak sambil menggeleng melihat pemandangan didepannya. Jihan dengan handphonenya yang masih berada ditangan, kini tertidur diatas meja. Azam tau kalau Jihan sebenarnya sudah mengantuk sejak tadi. Rasa khawatir yang sangat besar dihatinya membuat Jihan tak peduli dengan dirinya sendiri.

"Udah bocil. Keras kepala lagi." Cibir Azam namun tetap mengangkat Jihan dengan perlahan dari kursi belajarnya. Menggendongnya ala brydal style lalu membawanya ke kasur.

Azam memandangi sesaat wajah cantik Jihan lalu membaringkannya diatas kasur. Setelah selesai, ia pun ikut berbaring disamping sang gadis. Keduanya saling berhadapan dengan Jihan yang sudah tertidur.

"Lo pasti cantik banget tanpa jilbab." Azam berucap pelan sambil memperhatikan setiap inci wajah gadis dihadapannya. "Kapan siapnya sih cil? Gw mesti sabar berapa lama lagi?" Lanjutnya sedikit kesal.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang