75. Membaik

3.7K 168 9
                                    

"Azam."

Cowok yang sedang menyenderkan punggungnya ditembok itu sontak berdiri tegak saat melihat kedatangan mertuanya. Raut khawatir yang begitu jelas diwajah keduanya membuat Azam seketika menyalahkan dirinya sendiri yang telah gagal melindungi Jihan.

"Maaf bi." Ucapnya, menunduk lemah.

"Jihan baik baik aja kan Zam? Putrinya umi nggak kenapa- napa kan?" Tanya Eva pada Azam yang masih menatap kebawah.

"Tante tenang ya. Jihan pasti baik baik aja." Jawab Kia sambil memegang tangan ibu sahabatnya itu dengan lembut. Berusaha tersenyum walau sebenarnya ia sendiri sangat khawatir dengan kondisi Jihan sekarang.

"Maaf bi. Ini semua salah Azam. Azam udah gagal ngelindungin Jihan."

Cowok yang masih mengenakan pakaian sekolah itu hanya bisa menundukkan kepalanya. Ini semua memang salahnya. Andai saja ia tak keasyikan nongkrong bersama teman temannya, ia pasti akan cepat menyadari kalau Jihan belum pulang.

Melihat Azam yang terus saja menyalahkan dirinya sendiri, Usman lantas menepuk nepuk pundak menantunya itu. "Abi nggak nyalahin kamu, nak."

Azam mengangkat kepalanya mendengar balasan Usman.

"Nak, abi tau kalau kamu sudah mencintai Jihan. Abi pun yakin kalau kamu akan selalu berusaha menjaga dan melindungi putrinya abi." Jelas Usman bijak. "Sekarang tenangin diri kamu. Jihan pasti baik baik saja didalam sana." Lanjut beliau sambil menatap pintu ruangan didepannya.

"Iya bi." Jawab Azam lalu beralih melihat sang umi yang kini duduk sambil terus memegang tangan Kia.

Bagaimanapun juga, semua ini tetaplah salahnya.

"Cepat hubungi orang tua kalian sekarang. Suruh mereka datang menjemput kalian masing masing. Sekalian saya akan memberitahu mereka apa yang sudah kalian lakukan disekolah." Perintah pak satpam pada empat murid didepannya.

Mendengar itu, tiga diantara mereka langsung menggeleng cepat.

"Kita bisa pulang sendiri pak. Nggak harus nelfon orang tua." Tolak Hera.

"Mamah saya juga baru pulang kerja. Pak, nggak mungkin saya telfon sekarang terus nyuruh datang ke sekolah buat jemput saya." Ujar Adel beralasan.

"Saya nggak ngelakuin apapun ke kak Jihan. Tolong ijinin saya pulang pak. Ayah sama ibu saya pasti udah khawatir banget sama saya." Ucap Bila yang tetap kekeuh kalau dirinya sama sekali tidak bersalah.

"Lo apa apaansih anjing! Mending lo diem deh."

Hera dan Adel menatap sinis Bila yang terus saja membela dirinya sejak tadi.

"Sel, daripada lo diem aja mending telfon orang tua lo supaya mereka tau bakat terpendam anaknya." Suruh Ai diakhiri sindirian.

"Saya nggak mau tau alasan kalian. Cepat!"

"Papi mami gw sibuk."

"Pak_____

"Yasudah saya akan menghubungi bu Lely saja." Sela pak satpam lalu mulai menyalakan handphonenya.

"Lo nggak ngerti apa budeg sih?" Tanya Selin pada pak satpam. Melupakan begitu saja kalau pria paruh baya didepannya adalah orang yang lebih tua dari dirinya. "Lo tuh cuman satpam. Lo nggak ada hak nyuruh gw buat nelfon orang tua gw."

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang