23. Meninggalkan Rumah

8.5K 514 1
                                    

Saia mau ngucapin makasih buat yang udah ngasih vote><
Tadi mikirnya, ceritaku nggak bakal ada yang ngevote kayaknya soalnya pembaca nya dikit

Nih buat bestii ♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Azam masuk ke dalam rumah setelah menyimpan beberapa koper di bagasi mobil. Cowok itu berjalan sambil memasukkan satu tangannya ke dalam kantong celana training nya. Dia akan kembali ke kamar untuk mengecek Jihan yang sedang bersiap siap.

Ceklek

Azam melihat Jihan duduk di kursi belajar nya sambil memasukkan beberapa buku ke dalam tote bag. Azam akui Jihan memang rajin belajar dibanding dirinya. Gadis itu termasuk jajaran murid pintar di kelas 11.

"Yeay beres." Seru Jihan lalu berdiri. Saat berbalik gadis itu langsung memegangi dadanya. "Ngapain disitu?" Tanyanya pada Azam yang berdiri depan pintu.

Azam tak menjawab. Dia berjalan ke arah nakas untuk mengambil handphonenya lalu mendekati Jihan yang malah diam memperhatikan dirinya.

"Sini."

"Apa?" Tanya Jihan yang tak paham.

"Tasnya. Gw bawain."

Jihan tersenyum senang. "Yaudah nih." Gadis itu memberikan tote bag nya dan langsung diterima Azam. "Makasih." Ucapnya.

"Buset berat bener udah kayak dosa dosa lo."

Jihan tak perduli. Dia keluar duluan meninggalkan Azam yang telah membantu nya.

"Kurang baik apa coba gw."

Sekarang Azam dan Jihan berada di teras menunggu Usman dan Eva yang masih berada dalam rumah. Orang tua Jihan akan mengantar keduanya ke rumah baru mereka.

"Cengeng lu." Ledek Azam.

Jihan menoleh kesamping. "Nggak. Mana ada cengeng." Elaknya. Nyatanya, gadis itu sedang menahan tangis karena harus meninggalkan rumah.

Suara sandal terdengar. Yang mereka tunggu akhirnya datang. Eva langsung mengajak keduanya ke mobil sedangkan Usman mengunci pintu dulu.

"Hey kenapa nangis?" Tanya Eva pada putrinya yang tiba tiba menyembunyikan wajahnya di pundak nya.

"Nggak mau pergi umi." lirih Jihan.

Azam mendengarnya. Pemuda itu memilih diam. Saat ini dia paham dengan gadis itu. Tak mudah bagi Jihan jauh dari orang tuanya terlebih dia adalah anak perempuan dan satu satunya.

"Diliatin suaminya tuh." Goda Eva sambil melihat Azam. Wanita itu terkekeh mendengar isakan kecil putrinya.

"Nggak boleh cengeng ih. Kan udah gede."

Jihan menjauhkan wajahnya. Menatap umi nya dengan kondisi pipi yang basah dan masih terisak. Gadis itu sudah seperti bocah lima tahun yang tak di ijinkan main ibunya.

"Kita pergi sekarang." Ujar Usman lalu masuk ke dalam mobil diikuti Azam yang juga duduk di depan.

Kendaraan beroda empat itu berada di luar pekarangan rumah. Sebelum masuk, Usman tak lupa menutup gerbang

"Ayo masuk." Ajak Eva pada sang putri.

Jihan menurunkan kaca mobil. Menatap rumah bercat biru di depannya. Di umur belasannya gadis itu harus pergi meninggalkan rumah.

Setelah menempuh setengah jam perjalanan akhirnya mereka semua sampai. Mobil sedan putih itu berhenti di depan gerbang yang di dalam nya terdapat rumah bercat abu abu.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang