5. Nongkrong

9.9K 467 9
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Anak anak SMA Angkasa sudah berhamburan keluar. Suasana lorong dan koridor sekolah benar benar rame dan berisik.

"Nggak nganterin Selin lo?" Tanya Ai pada Azam yang berada di sampingnya.

"Nggak. Dia mau ke mall sama temen temennya."

"Belanja mulu."

Jihan dan Kia tiba tiba lewat di samping tiga cowok itu membuat Ai dan El tersenyum ramah.

"Kayak Jihan dong." Celetuk El sambil menatap ransel hijau gadis itu. "Anak rumahan, nggak keluyuran, kalem, cantik, sholehah beuh idaman." Ucapnya kagum.

Azam kembali mengingat kejadian saat di toilet tadi. Entahlah dia sendiri juga bingung kenapa bisa mendekati waketos itu. Bahkan sampe mengurung dengan kedua tangannya.

Kini dia melihat Jihan yang sepertinya sengaja menunduk saat lewat di sampingnya.

"Kalau gw udah sukses bakal gw lamar ah." Kata Ai berangan angan.

"Gaya lo ngelamar anak orang. Utang sama bu Cantik aja numpuk." Cibir El sewot.

"Spek bidadari syurga nggak cocok sama kembaran Abu Lahab kayak lo."

Azam seketika tersindir.

Diam diam dia mendoakan El agar segera dikeluarkan dari list penduduk bumi.

"Lo cocoknya sama si Hera noh kacungnya Selin."

"Cewek playgirl anjir."

"Lo bakal jadi yang ke 31 bro."

"Sesad nih anak."

"Kalau lo berdua pacaran, gw adain syukuran di warung ambyar."

"Zam," panggil Ai sambil merangkul pundak cowok itu. "Bunuh El yuk." Ajaknya.

"Bisa di atur." Timpal Azam tersenyum smirk.

"Tapi nongkrong dulu."

"Goblok!"

Cowok dengan jaket hitam dan celana abu abu itu turun dari atas motornya. Dia melepas helm  merah di kepalanya lalu menyugar rambut hitam nya yang berantakan.

"Rame nih." Celetuk Ai ikut bergabung.

Semua cowok di tempat itu masih mengenakan pakaian putih abu abu. Hanya saja beberapa di antara mereka ada yang memakai jaket bahkan melepas baju putih itu hingga tersisa kaos.

"Bucan kopi satu ya." Teriak El sambil duduk di bangku panjang.

"Siap." Jawab seorang perempuan bertubuh gemuk. Sebenarnya beliau bernama Elis tapi Azam dkk malah memanggilnya dengan sebutan bu cantik. Entah kenapa mereka mengubah nama pemilik warung tersebut.

"Eh tadi gw liat lo bertiga di hukum bu Lely di lapangan."

Rian memulai obrolan sambil menyodorkan sebungkus rokok di atas meja. Sebagian dari mereka memang sudah merokok sejak tadi.

"Si Azam masukkin kecoa dalam kantong bajunya bu Lely." Jelas Ai.

"Habis lari 29 putaran temen kita." El memegang pundak Azam. Dia sedang membanggakan cowok itu yang tadi berlari hampir 30 puluh kali putaran di lapangan. Ditemani sinar matahari yang terik.

"ANJIR! SEBANYAK ITU BRO?" Tanya Aldi kaget. Bukan tanpa alasan karena biasanya bu Lely menyuruh lari di lapangan hanya lima atau sepuluh kali putaran.

"Santai anjing." Rian ngegas karena Aldi berucap keras tepat di telinganya.

"Refleks bro refleks." Aldi cengengesan sambil mengangkat dua jarinya membentuk peace.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang