16. Seperti Saudara

5.9K 332 1
                                    

"Yang terpenting itu niat."


Jihan tersenyum melihat kebingungan di wajah Aya. Anak itu bahkan menggaruk kepalanya yang tertutup jilbab karena tak paham dengan ucapannya.

"Bingung ya?" Tanya Jihan, mencubit hidung Aya sambil tertawa kecil.

"Aku pikir tanggung jawab paling penting."

"Yap poin itu masuk tapi___

___semua yang dilakukan harus diawali dengan niat yang baik. Aya bayangin deh ngelakuin sesuatu tapi dengan niat buruk."

"Astaghfirullah." Aya langsung beristighfar. "Belum apa apa aja udah dosa." Tambahnya yang langsung paham.

"Nah disitu pentingnya niat."

Selepas makan siang, Jihan mengajak Aya kembali ke kamarnya. Dua gadis berbeda umur itu duduk lesehan dengan karpet bulu sebagai alas. Sebelum membahas tentang OSIS, Jihan sempat dibuat terkejut dengan keinginan Aya yang ingin menjadi seperti dirinya.

Dia bahkan berfikir apakah anak perempuan ini benar saudara Azam. Oh ayolah keduanya sangat berbeda.

"Aya menjabat sebagai apa dalam kelas?"

"Aku wakil kak."

"Berarti Aya anggota OSIS juga dong."

"Iya, tapi nggak asyik." Aya memasang raut masam membuat kening Jihan mengerut.

"Kok bisa nggak asyik." Tanya Jihan menimpali.

"Soalnya OSIS nya nggak aktif banget. Di sekolahku ketos nya cowok nakal."

"Heh kok bisa?"

Sungguh Jihan tidak percaya dengan penjelasan Aya karena menurutnya cowok nakal tak mungkin punya keinginan bergabung di OSIS. Bukankah itu merepotkan mereka yang kerjaan dan hobinya hanya ingin berbuat ulah.

"Beneran kak. Dia kepilih karena ganteng. Kakak tau, semua yang pilih dia kebanyakan perempuan."

Jihan tercengang.

"Petakilan banget padahal. Bahkan visi misinya ngecopas di goggle."

"Ini beneran?"

Aya menganggukan kepala. "Sumpah kak songong banget. Ngelakuin sesuatu selalu seenak jidat." Katanya dengan rasa kesal yang menggebu-gebu.

"Jadi sekarang OSIS di sekolah kamu gimana?"

"Entahlah kak. Pusing juga aku mikirnya."

Hingga lima detik berikutnya,

"Ahahaha."

Suara tawa terdengar. Pelakunya ialah dua gadis itu. Jika ada yang melihat sudah pasti mereka dianggap gila karena tak ada hal lucu sama sekali.

"Aku doain semoga tahun depan kamu bisa kepilih jadi ketua OSIS." Ucap Jihan setelah tawanya berhenti.

"Ketua kan untuk laki laki kak." Timpal Aya membenarkan ucapan Jihan.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang