68. Tutor Tinggi Bang

5.7K 268 75
                                    

"Bang Azam, itu temen temennya ya?"

Bocah berbaju koko bernama Adit serta tiga temannya mensejajarkan langkah dengan Azam yang akan keluar masjid seraya bertanya tentang enam laki laki yang dilihatnya ketika sedang wudhu tadi. Adit dan teman temannya begitu penasaran pasalnya baru kali ini melihat mereka datang ke masjid.

Azam menolehkan kepalanya pada bocah disampingnya dengan sedikit menunduk. "Iya, semuanya temen gw."

"Satu sekolah bang?" Alif, bocah disamping Adit kembali mendongak untuk melihat Azam.

"Saudaranya dora lo ya?" Namun bukannya menjawab, Azam malah bertanya ngawur pada bocah itu.

"Bang Azam nggak asik ah." Ucap Alif sambil memanyunkan bibirnya.

Azam malah tertawa tanpa dosa melihat wajah kesal bocah itu.

Sekarang mereka semua sudah tak lagi berada didalam masjid. Tujuh pemuda itu mulai keluar memakai sandal masing masing. Diikuti empat bocah yang juga akan pulang.

"Bang, kok temennya tinggi semua?" Tanya Adit setelah selesai memakai sandalnya. Menatap satu per satu teman Azam dengan kepala mendongak.

"Iya dong cil." Aldi menyahut sombong. "Btw gw ganteng nggak?" Tanyanya pada empat bocah itu.

"Ganteng bang ganteng."

Aldi menyugar rambutnya seraya tersenyum. "Thanks gw emang ganteng."

"Abang makan apa? Kok bisa tinggi?" Tanya Adit, lagi.

"Kalau nggak tiang bendera, gw biasanya makan tiang listrik."

"Serius dong bang. Kita juga pengen tinggi soalnya."

"Gede nanti pasti tinggi kok." Jawab Rian membuat empat bocah itu beralih melihat dirinya.

"Emang iya bang?"

"Nggak percayaan banget lo pada. Sana pulang kerjain pr." Usir Aldi yang mulai kesal.

"Oke bang." Jawab keempatnya patuh.

"Yuk lanjut mabar." Ajak Alif. Para bocah itu kini berlari sambil merangkul satu sama lain.

Azam dan keenam temannya pun mulai melangkah meninggalkan masjid yang sebenarnya belum kosong. Para pemuda itu pulang duluan tanpa ikut berdoa.

"Zam, bu waketos beneran nggak marah sama lo?" Tanya El memulai obrolan.

"Jihan sabar banget anjir. Bisa bisanya dia nggak marah setelah ngelihat foto itu." Ucap Ai kagum.

"Jihan sebenarnya nggak mau dengerin penjelasan gw."

"Ha? Jadi lo belum jelasin sama bu waketos?"

"Belum. Gw mau jelasin sebentar."

"Anjir!"

"Lo harus bersyukur sih Zam punya istri kayak Jihan." Ujar Toni menasehati.

"Eh, bu waketos selain cantik, pemalu juga ternyata ya." Puji Aldi membuat Azam langsung menoleh pada cowok itu.

"Jangan puji cewe gw." Peringatnya.

"Iyalah pemalu. Emangnya lo Di, malu maluin." Balas Zidan.

"Si Rian tuh yang lebih malu maluin."

"Anjing! Gw diem ya daritadi."

"Parah lo Yan. Habis shalat malah ngomong kasar."

"Dikit lagi Di."

"Ha? Dikit lagi apaan?"

"Dikit lagi gw pukul."

El yang berada diantara Aldi dan Rian langsung merangkul pundak dua temannya itu. "Daripada saling pukul mending kita saling ngasih pertanyaan tentang agama. Mumpung baru selesai shalat kan?" Usulnya.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang