"Han, serius lo_____
Buk
Aci seketika meringis setelah Ovi tiba tiba memukul lengannya menggunakan buku paket Biologi. "Lo kenapa mukul gw anjir." Tanyanya kesal. Oh ayolah tampang teman duduknya itu bahkan tak merasa bersalah sedikitpun setelah memukulnya.
"Lo yang kenapa. Please deh Ci berhenti nanyain foto itu. Kan udah jelas kalau Azam cuman nolongin aja." Balas Ovi yang juga sama kesalnya.
Jihan yang masih menolehkan kepalanya kebelakang hanya bisa diam melihat dua teman duduk itu. Padahal ia menunggu ucapan Aci yang sebelumnya memanggil namanya.
"Lo nggak kasian sama Jihan? Dia pasti nggak nyaman ditanyain mulu soal foto yang lagi beredar itu. Ngertiin orang lain lah Ci." Tegur Ovi membuat Aci kini menggaruk punggung tangannya yang tidak gatal. Sedangkan Jihan, gadis itu malah tersenyum tipis mendengar perkataan bijak Ovi yang begitu membelanya. Padahal sebelumnya Jihan mengira orang lain tetap tak akan mengerti walau ia menjelaskan panjang lebar. Mereka hanya akan terus menanyakan pertanyaan yang sama. Namun sepertinya perkiraannya itu telah salah karena nyatanya masih ada Ovi yang bisa mengerti dengan dirinya saat ini.
"Bener tuh. Kasian tau Jihan ditanya tanyain mulu." Timpal Noni membuat Aci semakin merasa bersalah pada Jihan.
"Minta maaf Ci." Suruh Ovi namun Jihan tiba tiba menggeleng tanda tak setuju dengan ketua kelasnya itu. "Udah nggakpapa. Aci nggak salah kok nanya kayak gitu." Katanya seraya tersenyum.
"Yaudah gw duluan ya. Nyokap gw udah didepan soalnya." Pamit Noni yang memang sudah memakai ranselnya. Berbeda dengan ketiganya yang belum selesai memasukkan buku dan alat tulis kedalam ransel. Buku Biologi yang masih berada ditangan Ovi sebenarnya akan dimasukkan kedalam ransel. Namun omongan Aci yang ia yakini akan menanyakan lagi kebenaran foto yang sedang beredar membuat Ovi langsung memukul lengan temannya itu.
"Maaf ya Han." Ucap Aci dengan perasaan bersalah yang nampak jelas diwajahnya.
Jihan yang melihat itu menjadi tidak enak hati. Ia pun mengangguk tanpa memudarkan senyum agar Aci tidak terlalu menyalahkan dirinya.
"Gw janji nggak bakal nanyain itu lagi." Aci mengangkat dua jarinya seraya tersenyum pepsodent.
"Untung nggak gw timpuk pake ransel lo Ci." Celetuk Ovi membuat siempunya nama sontak menoleh padanya dengan raut wajah tak percaya. Berbeda dengan Jihan yang malah tertawa mendengar candaan ketua kelasnya itu.
"Udah, udah. Kalian berdua nggak mau pulang." Lerai Jihan ketika Aci mulai menaikkan lengan bajunya.
"Yaudah ayo. Udah laper juga nih gw." Aci tiba tiba menimpali lalu lanjut memasukkan bukunya kedalam ransel. Hal itu tentu saja membuat Jihan dan Ovi cengo.
"Perlu diperiksa ke dokter jiwa nih anak." Ucap Ovi pelan.
Setelah memakai ransel, ketiganya akhirnya keluar dari dalam kelas. Berjalan beriringan dilorong yang masih ramai karena bel pulang belum lama berbunyi.
"Udah nggak ngurusin yang piket lo?" Tanya Ovi menoleh pada Aci yang merupakan seksi kebersihan. Biasanya, Aci akan menahan teman temannya yang akan bertugas esok harinya. Lalu memberikan mereka sapu, kemoceng, penghapus papan tulis dan tong sampah yang pastinya sudah dipenuhi dengan sampah.
"Udah nggak peduli."
Jihan sontak menoleh setelah mendengar jawaban Aci. "Lho, kenapa?" Tanyanya bingung.
"Pada males anjir. Kalau gw suruh ada aja alesan. Sakit perut lah, nggak bisa telat pulang lah, ada acara keluarga lah, kucingnya mau lahiran lah, lebih lebih si Iki yang alesannya paling nggak masuk akal."
KAMU SEDANG MEMBACA
AZAM [SELESAI]
Teen Fiction"Azam bangun." "Hem." "Shalat tahajud." "Males." .・゜゜・ JODOH ITU CERMINAN DIRI Tapi kenapa Jihan malah dinikahkan dengan Azam? cowok nakal yang hobinya bolos, ngerokok, balapan dan masih banyak lagi kebandelan yang ada didalam diri cowok itu! Cov...