44. Gombalan Jihan

6.2K 503 8
                                    

Niatnya bakal double up sebelum 20k pembaca
Tapi hari ini aku nggak nyempat nulis
part ini pun udah kuselesain kemarin😁

Ah iya gimana kabar kalian hari ini?

"Mah." Panggil Jihan sambil memperhatikan Feni yang sedang mengambil beberapa bahan makanan didalam kulkas. Gadis itu kini berada didapur. Tadi, setelah menjemput Aya, Feni mengajaknya masak bersama. Tentu saja Jihan mengiyakan. Ia bahkan excited diajak memasak oleh mamah mertuanya.

"Iya sayang." Jawab Feni tanpa menoleh. Wanita itu masih sibuk memilih bahan makanan yang akan dibutuhkan.

Jihan terdiam sesaat dengan perasaan yang sedikit gugup. Feni yang tak mendengar suara apapun akhirnya bertanya. "Kenapa sayang?"

Jihan menghela napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Mah, aku masih nutup aurat aku didepan Azam." Katanya pelan.

Mendengar itu, Feni menoleh dengan raut wajah tak percaya. "Lho, kenapa? Azam kan mahram kamu sayang."

"Jihan nggak biasa mah."

Feni menutup pintu kulkas lalu berjalan ke meja pantry sambil memegang beberapa bahan makanan. Setelah meletakannya, beliau kemudian duduk disamping Jihan. Menatap sang menantu seraya tersenyum.

"Gimana mau biasa kalau nggak dibiasain."

"Jadi aku harus biasain ya?" Tanya Jihan dibalas anggukan mantap oleh Feni.

"Malam ini kamu coba lepas jilbab. Dia pasti bahagia banget liat kamu nggak lagi nutup aurat didepannya."

"Iya mah."

Feni memegang tangan Jihan. "Nggak boleh takut." Ucapnya menyakinkan sang menantu. Jujur saja Feni merasa sedikit sedih mengetahui Jihan masih menutup auratnya jika bersama Azam. Saat Jihan memberitahunya, ia hampir saja mengira kalau selama ini Jihan tak menyukai Azam dan belum bisa menerima pernikahannya. Namun ternyata menantunya itu belum terbiasa. Tentu saja Feni merasa lega. Dilain sisi, ia bersyukur mempunyai menantu seperti Jihan. Gadis itu benar benar menjaga auratnya. Feni yakin kalau Jihan seperti wanita muslimah lainnya yang hanya akan memperlihatkan kecantikan dan keindahan dirinya untuk suaminya.

Sungguh, Feni merasa bersyukur memiliki menantu yang paham akan agama.

"Mamah minta maaf ya." Ucap Feni.

"Ya Allah, mah. Mamah kenapa minta maaf?" Tanya Jihan tak habis pikir. "Mamah nggak punya salah apa apa sama aku." Dan kini Jihan yang memegang tangan beliau.

"Karena perjodohan ini kamu harus menikah sama anak mamah yang jauh sekali jika disandingkan dengan kamu."

Jihan langsung menggeleng. "Mamah jangan ngomong gitu. Azam nggak seburuk itu."

"Tapi seharusnya jodoh kamu itu cerminan diri kamu. Bukan yang bandel kayak Azam."

"Mah, aku nggak sebaik penilaian orang lain. Mamah salah kalau nganggep aku paham akan agama. Karena nyatanya aku pun masih perlu belajar lagi." Jelas Jihan sambil menatap wanita didepannya. "Please mah jangan ngomong gitu lagi. Mau bagaimanapun aku tetap manusia biasa yang juga mempunyai dosa." Ucapnya pelan.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang