Pukul 17.10
Enam murid kelas 11 yang masih mengenakan pakaian sekolah itu keluar dari ruang OSIS. Keenamnya yang merupakan pengurus inti kini akan pulang kerumah setelah berada dua jam didalam ruangan.
"Han, gw anter ya." Dafa menoleh, memberi tawaran pada Jihan.
Mendengar itu, Tiara dan Zera yang berada disamping Jihan kompak saling pandang sambil senyam senyum.
"Iyain aja, Han. Udah ditawarin lho itu." Celetuk Tiara.
"Gw pulang naik ojek aja. Udah gw pesen soalnya." Jawab Jihan membuat Tiara dan Zera langsung menoleh pada gadis itu.
"Sumpah Han, lo cepet banget pesennya." Kaget Zera pasalnya mereka semua baru saja keluar dari ruangan.
Jihan tertawa kecil melihat raut wajah Tiara dan Zera. "Sengaja, supaya nggak nunggu lama." Jelasnya.
"Padahal Dafa bakal tetap anterin lo pulang. Iya kan Daf?" Tanya Zera namun siempu malah melihat Jihan.
"Gw nggak mau ngerepotin."
"Gw nggak merasa direpotin, Han." Ujar Dafa.
"Daf, gw tau lo pasti capek banget." Balas Jihan yang langsung beralih pada Dafa.
"Ribet, Ra. Satu nggak pernah ngungkapin, satunya juga nggak peka peka." Ucap Zera berbisik.
Keenamnya kini sudah tidak berada dikoridor. Dimas, Putra, Tiara dan Zera melanjutkan langkah menuju parkiran yang sudah sangat sepi. Tersisa beberapa motor termasuk milik satpam sekolah yang memang belum pulang. Sekarang beliau pasti sedang berkeliling SMA Angkasa guna memeriksa keamanan sekolah.
"Dafa tuh effort nya kurang. Ck! Semua cowo emang sama aja."
Baru saja mengambil helm, Dimas dan Putra sontak melihat Tiara yang kini memakai helmnya dengan perasaan kesal.
"Ngapain disini?" Tanya Jihan menatap heran Dafa yang masih berdiri disampingnya. "Lo nggak mau pulang?"
"Gw temenin lo dulu." Jawab Dafa seadanya.
"Udah mau nyam_____nah itu." Jihan mengembangkan senyumnya lalu kembali melihat Dafa. "Gw duluan." Pamitnya.
Dafa mengangguk. "Lo hati hati."
"Han, udah mau balik?" Tanya Zera setelah tak sengaja mendengar perkataan Dafa.
"Iya. Gw duluan ya." Jawab Jihan.
Empat orang yang sudah memakai helm itu mengangguk seraya tersenyum.
❃
Setelah menempuh beberapa menit perjalanan, Jihan akhirnya sampai dirumah. Gadis dengan ransel hijau itu memberikan helm dan uang secara bersamaan kepada pria paruh baya didepannya. Membalas senyum ramah beliau kemudian berbalik, masuk kedalam rumah.
"Assalamu'alaikum." Ucap Jihan namun sayangnya tak ada suara yang menjawab salamnya.
Baru saja membuka pintu, Jihan langsung dibuat geleng geleng kepala melihat ruangan yang gelap. Padahal Azam berada dirumah. Entah apa yang dilakukan cowok itu hingga lupa menyalakan lampu disetiap ruangan. Mau tak mau Jihan pun harus menyalakannya terlebih dahulu sebelum naik kelantai dua.
Ceklek
"Astagfirullah." Jihan refleks beristighfar melihat Azam yang masih tidur. Sungguh, sekarang sudah menunjukkan pukul 5 lewat dimana adzan maghrib sebentar lagi akan berkumandang. Bisa bisanya cowok itu masih menempel dikasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZAM [SELESAI]
Teen Fiction"Azam bangun." "Hem." "Shalat tahajud." "Males." .・゜゜・ JODOH ITU CERMINAN DIRI Tapi kenapa Jihan malah dinikahkan dengan Azam? cowok nakal yang hobinya bolos, ngerokok, balapan dan masih banyak lagi kebandelan yang ada didalam diri cowok itu! Cov...