78. Cibiran dan Hinaan

3.1K 140 6
                                    

"Itu Selin sama nyokapnya nggak sih?"

"Hera sama Adel juga anjir."

"Itu mereka bawa nyokap semua?"

"Hadeh paling buat masalah lagi. Kayak nggak tau mereka aja."

"Eh, eh, itu siapa?"

"Itu yang dipernah dibully Selin kan? Mereka kayaknya ngelakuin pembullyan lagi sama tuh anak."

"Nindas orang lain mulu. Dasar cewe caper."

"Kok dia nggak malu ya buat masalah terus disekolah?"

"Nggak dididik kali sama orang tuanya."

"Sok jagoan banget anjir."

"Serius dia ngebully tuh anak lagi? Kok gw nggak yakin ya."

"Terserah lo aja deh Ci. Gw sih yakin banget dia ngelakuin pembullyan sama cewe culun itu. Lagipula nih ya kelebihan dia kan cuman itu doang. Iya nggak guys?"

"Nah bener tuh."

Pagi itu, setelah kegiatan upacara selesai, murid murid sma Angkasa yang memilih beristirahat diluar kelas kompak menatap kearah koridor dimana Selin dkk serta anak kelas 10 yang pernah menjadi korban bullynya baru saja datang kesekolah. Sebagian  perempuan yang masih memperhatikan pun langsung saling pandang setelah mengetahui kalau pria dan wanita yang berjalan disamping keempatnya adalah orang tua mereka masing-masing.

Gadis yang berjalan paling belakang itu menoleh sekilas pada ayahnya lalu kembali menunduk menatap lantai. Walau kalimat cibiran yang ia dengar hanya tertuju untuk Selin, Hera dan Adel, tetap saja ia tak punya keberanian mengangkat kepalanya.

"Mah, aku_____

"Diem Ra. Nggak malu kamu dijadiin bahan tontonan murid lain hah?"

Hera yang dimarahi mamahnya langsung menoleh sinis pada Bila yang berada dibelakangnya. Baginya, ini semua adalah salah perempuan itu. Jika saja kemarin dia tidak ikut ikutan, mamahnya pasti tidak akan semarah ini. Beliau bahkan sampai menamparnya setelah tau apa yang sudah ia lakukan disekolah.

"Gw pastiin lo ngerasain sakitnya juga!"

"Maaf mah." Ucap Adel sambil memegang tangan sang mamah. Namun baru saja sedetik, wanita disampingnya itu tiba tiba saja melepaskan tangannya secara kasar.

"Kamu benar benar sudah mempermalukan mamah."

"Mah, yang diceritain mereka kemarin nggak sepenuhnya salah aku."

"Diem! Jangan bikin mamah tambah malu."

Adel mengepalkan kedua tangannya menahan emosi. "Awas aja lo cupu!" Batinnya.

"LO SEMUA BISA DIEM NGGAK?!" Selin tiba tiba saja berhenti didepan sekumpulan perempuan yang sedang berdiri didepan kelas. Melihat raut mengejek diwajah mereka membuat emosi cewek itu seketika naik ke ubun ubun.

"Kita gangguin lo Sel?" Tanya salah satu dari mereka.

"Lo pikir gw tuli hah?" Balas Selin tanpa mempedulikan kalau sekarang dirinya semakin menjadi pusat perhatian. "Lo semua nggak tau apa apa anjing!"

"Anselin!" Wanita dengan pakaian elegan itu menatap tajam sang putri.

Hera yang akan bersuara tiba tiba saja dipaksa pergi oleh mamahnya.

"Mah sakit."

"Jangan nambah nambah masalah."

Belum cukup semenit, Adel meringis pelan merasakan lengannya digenggam erat sang mamah.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang