59. Kepikiran

5.2K 365 35
                                    

Iya maaf karena baru up lagi🙏

Jujurly part ini butuh beberapa hari baru bisa selesai. Maafkan saya manteman.


Bila sontak menelan saliva kala melihat Jihan berjalan menuju kearahnya. Padahal kakak kelasnya itu belum memberitahu maksud mengajaknya bertemu tapi dia sudah merasa takut duluan.

"Ada apa ya kak?" Tanyanya pada Jihan yang baru saja duduk disampingnya. Keduanya kini berada di taman.

"Ada yang mau aku tanyain sama kamu." Ujar Jihan.

"Soal apa?"

Jihan terdiam sesaat. Jujur saja, ia sebenarnya merasa ragu mengikuti saran Wulan yang menyuruhnya bertanya langsung pada Bila. Tapi dilain sisi ucapan Wulan juga ada benarnya. Tidak mungkin Bila ke loker kelasnya tanpa maksud apa apa.

"Em maaf sebelumnya, kemarin kamu ketauan pergi ke loker kelasku kan?" Tanya Jihan.

Bila mengangguk kecil. "K-kenapa emangnya kak?" Tanyanya balik.

"Kamu ngapain kesana?"

Bila diam. Entah apa yang ia pikirkan sekarang. Jihan yang melihatnya merasa aneh dengan adik kelasnya itu. Sejak tadi Bila memilin milin roknya. Kegugupannya bahkan nampak jelas dimata Jihan.

"Kamu ngagumin teman kelas aku ya sampai masukkin coklat sama surat dilokernya setiap hari?"

"I-iya aku suka teman kelas kak Jihan." Jawab Bila membuat Jihan malah menatapnya heran. Entah kenapa jawaban adik kelasnya itu begitu meragukan ditelinganya. Raut wajah Bila bahkan terkesan gelisah seperti ada suatu hal yang membuatnya takut. Sungguh, Jihan benar benar merasa kalau Bila yang ada didepannya saat ini bukanlah Bila yang ia kenal sebelumnya.

"Sejak kapan kamu ngagumin Afik?" Tanyanya, lagi.

"Maaf kak ini urusan pribadi aku. Kak Jihan nggak seharusnya nanya kayak gitu." Jawab Bila yang malah menegur.

"Iya aku tau. Tapi_____

"Kak, kalau nggak ada hal penting lagi aku pergi aja." Selanya lalu beranjak dari bangku. Baru saja akan melangkah, Jihan tiba tiba menahan lengannya.

"Kamu beneran ngagumin Afik?" Dan Jihan akhirnya mengeluarkan pertanyaan yang ditahannya sejak tadi.

"Kamu______nggak bohong?"

"Penting banget ya untuk kak Jihan tau?" Bukannya menjawab, Bila malah balik bertanya sambil melepaskan tangan Jihan. "Maaf kak kalau aku nggak sopan. Tapi ini bukan urusan kak Jihan."

Jihan ikut berdiri. "Kamu gugup?" Tanyanya.

Bila refleks menelan saliva setelah mendengar pertanyaan Jihan. Ekspresi wajahnya pun nampak gugup padahal saat ini Jihan hanya menatapnya.

"Kamu nggak bohong soal loker Afik?"

Bila menggeleng cepat. "Ng-nggak aku nggak bohong. Aku emang suka naruh sesuatu diloker temannya kak Jihan. Teman teman kakak sendiri yang mergoki aku kemarin."

"Apa benar Bila pelakunya?" Batin Jihan yang sejujurnya merasa ragu menaruh prasangka buruk pada Bila. Namun cara Bila menjawab pertanyaannya membuat Jihan merasa kalau Bila menyembunyikan sesuatu. Bila bahkan berbohong tentang alasannya pergi keloker kelasnya.

Tapi jika benar Bila pelakunya, bagaimana bisa dia memiliki pikiran untuk mengotori lokernya? Bukankah itu terdengar mustahil?

"Ck apa apaansih lo Sel. Lo nggak malu." Kesal Azam sambil berusaha melepaskan tangan Selin yang melingkar dilengannya. Namun bukannya terlepas, Selin malah semakin membuat dirinya kesal. Kini cewek itu menyenderkan kepala dilengannya tanpa peduli kalau saat ini keduanya berada di kantin. Selin bahkan tak peduli dengan tatapan murid murid lain.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang