Bab 17 - Skenario 2 (2)

2.9K 303 6
                                    

Jamuan makan malam di siapkan kaisar Axuan untuk menjamu para tamunya. Pejabat Wong tentu saja mengucapkan banyak terima kasih kepada kaisar Axuan yang sibuk menjamunya dengan makanan lezat di saat kedatangannya dengan rombongan begitu mendadak.

"Yang mulia kaisar Axuan, kami sungguh mengucap banyak terima kasih karna anda sibuk membuatkan jamuan makan malam yang mewah ini untuk kami" kata pejabat Wong setelah jamuan makan malam telah selesai dan saat ini di lanjut dengan acara minum teh yang akan menjadi penutup acara jamuan makan untuk rombongan kerajaan Qing malam ini.

"Tidak masalah pejabat Wong, memang sudah sepatutnya kami menjamu para tamu kami. Hanya saja mohon maaf karna putri Huang Axia tidak sempat datang dan hadir menyapa anda, saat ini putri Huang Axia sedang sakit sehingga tidak dapat hadir" kata kaisar Axuan yang tentu saja sepenuhnya adalah kebohongan.

"Tidak masalah yang mulia kaisar Axuan, kesehatan putri Axia lebih penting" jawab pejabat Wong yang tentu saja dalam hati berpendapat bahwa putri Axia tak ingin menemuinya lantaran malu akan statusnya yang kini telah berubah menjadi janda setelah kaisar Fei membuangnya, terlebih putri Axia pasti saat ini merasa sedih karena kaisar Fei dalam waktu dekat akan bertunangan dengan putri Qing Mei.

"Zhen rasa kita sudahi jamuan makan malam ini, hari sudah sangat larut dan pejabat Wong beserta rombongan pasti harus beristirahat lebih awal mengingat besok kalian akan melakukan perjalanan pulang ke kerajaan Qing" kata kaisar Axuan membuyarkan lamunan pejabat Wong.

"Terima kasih atas kemurahan hati dan pengertian anda, kaisar Axuan" ucap pejabat Wong.

Pada akhirnya jamuan makan malam pun berakhir, para tamu yang di dominasi oleh rombongan kerajaan Qing satu persatu mulai meninggalkan gazebo yang terletak tepat di belakang aula utama kerajaan Huang yang menjadi tempat jamuan makan malam mereka.

Setelah kepergian mereka, kaisar Axuan pun mulai beranjak bangun dari duduknya di saat satu persatu dayang dan pelayan mulai membersihkan meja.

Kaisar Axuan tak lantas kembali ke istana emas yang merupakan kediamannya. Kaisar Axuan menuju bagian barat istana dalam di mana istana bulan milik saudarinya, putri Axia. Kaisar Axuan yakin jika saudarinya saat ini tengah menunggunya. Sebab mereka akan kembali membahas masalah rencana penyerangan yang akan mereka lakukan besok pada rombongan kerajaan Qing, bagaimanapun kaisar Axuan pada akhirnya memilih skenario ke 2, yakni ingin membungkam pejabat Wong dan rombongannya untuk tidak memberitahukan perkembangan kerajaan Huang.

"Feng, di mana putri Axia?" Tanya kaisar Axuan yang saat ini berpapasan dengan Feng yang baru saja keluar dari kamar putri Axia.

Baru saja Feng hendak menjawab pertanyaan kaisar Axuan, suara merdu dari balik pintu yang tertutup telah berhasil menjawab pertanyaan kaisar Axuan.

"Gege, hamba di dalam" sahutku.

Tak berselang berapa lama, pintu kamarku yang baru saja tertutup kini terbuka kembali dan menampakan sosok kaisar Axuan yang masih saja tampak segar padahal seharian ini ia sangat sibuk mengurus pekerjaannya dan menjamu para tamunya. Tanpa rasa lelah dan tanpa berbasa-basi terlebih dahulu, kaisar Axuan lantas memanggil Chou yang tiba-tiba saja muncul di hadapanku. Malam ini kaisar Axuan akan kembali membahas masalah strategi penyerangan dan taktik yang akan di gunakan Chou dan para prajurit rahasia milik kaisar Axuan lebih lanjut.

Aku hanya mampu menghela nafas pasrah. Padahal aku rasa, aku telah menjelaskannya sebelumnya sebelum utusan kerajaan Qing sampai kemari. Namun tampaknya kaisar Axuan yang merupakan saudaraku itu benar-benar ingin kejadian penyerangan nanti tampak seperti penyerangan bandit yang sesungguhnya.

******

Hari masih terbilang sangat pagi, namun aku sudah bangun dan kini telah berolahraga pagi bersama dengan Feng yang saat ini menemaniku berlari di halaman belakang istana dalam. Lebih tepatnya lapangan latihan para prajurit kerajaan Huang.

Biasanya aku akan mengelilingi istana terlebih dahulu sebelum pada akhirnya beristirahat di sebuah gazebo kecil yang ada di pinggir danau yang tidak jauh dari tempatku sekarang. Namun setelah kaisar Axuan menjelaskan bahwa ia berbohong pada pejabat Wong mengenai kondisiku yang kurang sehat, alhasil pagi ini aku hanya melakukan olahraga lari di sekitar istana dalam agar tidak ada satupun utusan kerajaan Qing yang melihatku.

Menurut laporan Yiyi sebelum aku meninggalkan istana bulan, para utusan kerajaan Qing mulai bersiap-siap untuk melakukan perjalanan pulang dengan mengambil rute tercepat, yakni memutari bukit Utara kerajaan Huang. Aku merasa saat ini seharusnya para utusan kerajaan Qing telah pergi dan kini mereka telah memasuki kawasan hutan yang ada di pegunungan.

"Feng kurasa hari ini sudah cukup, aku lelah dan ingin beristirahat sembari menunggu kabar baik dari Chou mengenai kesuksesannya dalam menjalankan tugas atas pilihan skenario ke 2 yang Gege pilih" kataku pada Feng yang dengan cepat dipatuhinya.

Di sisi lain, tepatnya di puncak bukit Utara di pedalaman hutan, suara dentingan pedagang yang saling beradu terdengar nyaring di keheningan pagi. Matahari baru saja terbit, namun pertempuran yang kian memanas antara para bandit dan utusan kerajaan Qing semakin mencekik.

Di dalam keretanya pejabat Wong gemetar ketakutan terlebih satu persatu prajurit kerajaan Qing yang mengawalnya tumbang. Cipratan darah segar menodai pintu kereta yang terbuat dari kertas semakin membuat pejabat Wong menggigil ketakutan.

"A-apa yang sedang terjadi di luar?" Tanya pejabat Wong dengan suara gemetar.

"Tuanku, tampaknya kita tengah di serang para bandit" jawab salah satu pengawal.

"A-apa katamu? Bandit? Yang benar saja? Lantas apa yang akan kita lakukan sekarang?" Tanya pejabat Wong panik.

"Kurasa kita harus berbalik dan kabur untuk meminta pertolongan kerajaan Huang" jawab pengawal yang saat ini menangkis serangan salah satu bandit yang berusaha menyerangnya.

"Jika begitu, perintahkan semuanya untuk mundur!" Titah pejabat Wong.

Tak menunggu lama, pengawal yang berada di sisi pejabat Wong lantas berteriak untuk memerintahkan mereka mundur. Namun saat baru saja mereka berbalik, sebuah bom asap dilempar untuk menutup jalan mereka. Asap tebal kini menghalau penglihatan dan jalan pulang yang hendak mereka ambil. Tiba-tiba saja suara aba-aba dari kawanan bandit mengema untuk menyerang mereka tanpa mengizinkan mereka kabur.

"Jangan biarkan mereka kabur!!!" Teriak pemimpin para bandit.

Suara pedang saling berdenging dan beradu kembali terdengar, suara jeritan dan teriakan kesakitan pun menjadi melodi yang menakutkan untuk pejabat Wong. Pertempuran dalam asap tebal antara bandit dan rombongan kerajaan Qing tentu saja tidak di sia-siakan Chou dan para prajurit rahasia milik kaisar Axuan yang telah menunggu sejak dini hari, mereka pun menyerang para bandit dan prajurit kerajaan Qing di balik kabut tebal bom asap yang di lemparkan para bandit sebelumnya.

Agar pertempuran yang terjadi terkesan seperti penyerangan bandit, kaisar Axuan sebelumnya mendapat gambaran masa depan jika para bandit akan menggunakan bom asap yang terbuat dari kumpulan abu perapian yang di bentuk bulatan besar. Dengan informasi penting tersebut, Chou pun menjalankan tugasnya bersama para prajurit lainnya sesuai dengan strategi dan arahan putri Axia yang memintanya menyerang dalam bayangan. Alhasil mereka berhasil menyelesaikan tugas mereka tanpa ketahuan dan tetap membiarkan para bandit beranggapan bahwa mereka telah menang, padahal orang yang berhasil menang sesungguhnya adalah kerajaan Huang karna berhasil membungkam utusan kerajaan Qing untuk membeberkan kebenaran perubahan kerajaan Huang.

"Skenario ke 2 sukses" kata Chou meninggalkan bukit dengan prajurit lainnya secepatnya sebelum asap tebal yang menyelimuti menghilang.

.
.
.
.
.

TBC

Kamis, 7 April 2022

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang