Bab 74 - Pulang (2)

2K 216 27
                                    

Berjam-jam keretanya di perbaiki, sampai hari beranjak semakin siang, kereta tersebut tak kunjung selesai. Kaisar Fei hanya mampu mendesah pasrah dan memutuskan mengutus 5 prajurit kerajaan Zhang menyampaikan informasi kepada bibinya, putri Zhang Miao bahwa mereka kemungkinan akan sampai di kerajaan Zhang tidak sesuai dengan rencana.

Prajurit yang mendapatkan perintah tersebut lantas bergegas pergi setelah masing-masing dari mereka membawa bekal dan uang selama perjalanan. Perjalanan dari kerajaan Qing ke kerajaan Zhang memakan waktu beberapa hari. Berbanding terbalik dengan kerajaan Huang yang hanya membutuhkan waktu sehari untuk melakukan perjalanan menuju kerajaan Zhang.

"Mei'er tampaknya kita akan bermalam di sini" kata kaisar Fei menghampiri permaisuri Zhang Mei yang saat ini tengah berteduh di bawah pohon besar.

Permaisuri Zhang Mei tentu saja terkejut dengan pernyataan kaisar Fei. Namun ia dengan cepat mengendalikan diri dan menjawab "Apa boleh buat, memperbaiki kereta tentu saja tidak dapat selesai hanya dalam setengah hari" jawab permaisuri Zhang Mei.

Kaisar Fei lantas mengangguk, ia laku berkata "Zhen akan memerintahkan beberapa prajurit untuk membangun tenda. Kita akan bertenda di sini. Setelah tenda selesai di bangun, Zhen akan pergi berburu untuk makan malam nanti" kata kaisar Fei.

"Baiklah yang mulia, anda harus hati-hati" kata permaisuri Zhang Mei.

"Tentu saja Mei'er. Zhen akan segera pulang, tak akan Zhen biarkan kau merasa kesepian" kata kaisar Fei yang berhasil membuat permaisuri Zhang Mei tersipu.

"Hamba akan menunggu anda, yang mulia" balas permaisuri Zhang Mei tulus.

Kaisar Fei mengangguk. Setelah itu ia pun memerintahkan beberapa prajurit membangun tenda, dan ia pun pergi berburu dengan beberapa prajurit lainnya. Alasan terbesar mengapa kaisar Fei memutuskan berburu adalah karna stok makanan yang mereka bawa dari kerajaan Qing tidaklah banyak. Awalnya kaisar Fei telah memperhitungkan biaya konsumsi selama perjalanan pulang menuju kerajaan Zhang. Namun siapa sangka kereta yang membawa pengantin perempuannya harus rusak di tengah jalan.

Tempat mereka saat ini adalah Padang rumput yang cukup luas, tidak jauh dari tempat mereka ada sungai yang mengalir. Boleh dikatakan tempat tersebut cukup strategis untuk mereka tempati menginap. Hanya saja hal yang mereka khawatirkan adalah hewan liar yang akan keluar pada malah hari. Di sebrang sungai terdapat sebuah hutan, sedangkan di sebrang jalan setapak terdapat sebuah ladang pertanian.

Ladang pertanian kerap kali menjadi sasaran hewan liar yang mencari makana pada malam hari. Dari tempat mereka sekarang tidak ada satupun rumah selain ladang, padang rumput, sungai dan hutan yang berada di sebrang sungai. Desa ini memang hanya di khususkan sebagai ladang pertanian. Rumah para petani yang tinggal di desa ini sangat berjauhan sehingga pada akhirnya kaisar Fei memutuskan tetap di sini membangun tenda di tempat yang cukup strategis dan juga memiliki resiko.

Seharusnya rombongan kerajaan Zhang bisa saja melanjutkan perjalanan dan meninggalkan kereta mereka. Hanya saja kereta-kereta lain telah penuh akan muatan. Kaisar Fei tidak mungkin meminta permaisuri Zhang Mei menunggangi kuda berdua bersamanya. Sebab permaisuri Zhang Mei pasti akan sangat kelelahan mengingat perjalanan cukup memakan waktu beberapa hari. Selain itu setibanya permaisuri Zhang Mei di kerajaan Zhang ia harus mengikuti ritual penyambutan pengantin wanita dan prosesi penobatannya sebagai permaisuri Zhang secara resmi.

Satu tenda besar berhasil di berdiri. Tenda tersebut di peruntukan untuk kaisar Fei dan permaisuri Zhang Mei. Para dayang dan kasim dengan cepat mengatur tempat tidur dari futon. Sebelumnya mereka membentang karpet besar sebagai alas sebelum akhirnya menyusun 3 futon besar untuk tempat kaisar Fei dan permaisuri Zhang Mei tidur. Setelah menyusun 3 futon menjadi tiga tingkat, para dayang pun mulai menggantung kelambu agar saat kaisar Fei dan permaisuri Zhang Mei tidur, keduanya tidak terganggu oleh gigitan nyamuk.

Di saat para dayang dan kasim masih membereskan tempat tidurnya, permaisuri Zhang Mei malah tengah memarahi Qiu yang merupakan pengawal pribadinya.

"Qiu katakan, apakah kereta yang kau rusak adalah kereta Ben Gong?" Tanya permaisuri Zhang Mei marah.

"Yang mulia hamba tidak memiliki keberanian seperti itu untuk merusak kereta anda. Lagian bawahan mana yang ingin mencelakai junjungannya? Jika hamba berkhianat, tidak mungkin hamba menunjukan diri hamba di hadapan anda saat ini" jawab Qiu yang tentu saja berhasil mematahkan kecurigaan permaisuri Zhang Mei.

"Lantas siapa yang melakukannya?" Tanya permaisuri Zhang Mei.

"Apakah mungkin putri Huang Axia?" Tebak permaisuri Zhang Mei yang dengan cepat mendapat bantahan dari Qiu.

" Hamba rasa bukan putri Huang Axia yang mulia" balas Qiu.

"Apa maksudmu?" Tanya permaisuri Zhang Mei tidak suka.

"Bawahan hamba terus mengawasi putri Huang Axia dan kaisar Huang Axuan. Selama pengawasan tidak ada hal yang mencurigakan yang di lakukan kerajaan Huang" jeda Qiu menarik nafas.

"Sama halnya dengan kerajaan Han. Pihak putra mahkota Ling juga tidak melakukan hal yang mencurigakan. Jadi kemungkinan orang yang merusak kereta anda bukanlah dari tamu kehormatan" tambah Qiu.

"Jika bukan kerajaan Huang dan kerajaan Han, lantas siapa yang berniat mencelakai Ben Gong?".

Di saat permaisuri Zhang Mei dan Qiu memikirkan dalang di balik rusaknya kereta yang di tumpangi permaisuri Zhang Mei. Di sisi lain, di ibukota kerajaan Qing. Tepatnya di rumah pejabat Wong, 5 orang pembunuh bayaran tengah menghadap pada nyonya Wong.

"Nyonya besar, kami telah melaksanakan perintah anda" kata salah satu pembunuh bayaran yang mewakili rekan-rekannya.

"Kerja bagus. Ambil lah ini sebagai upah dari pekerjaan kalian" puji nyonya Wong tak lupa melemparkan sekantong kecil koin emas sebagai bayaran mereka.

Setelah mengucapkan terima kasih, para pemburu bayaran pun pergi. Sepeninggal mereka, nyonya Wong lantas tertawa keras.

"Whahaha.."

"Whahaha.."

"Permaisuri Zhang Mei. Ku harap perjalanan mu menyenangkan".

Tidak ada orang seberani nyonya Wong. Setelah kematian pejabat Wong setelah membawa undangan pernikahan permaisuri Zhang Mei. Nyonya Wong mulai memberontak. Ia tidak lagi mengikuti peraturan kerajaan Qing dan mulai berdiri pada pendirian sendiri. Setelah melahirkan seorang putra, nyonya Wong mulai mendendam pada pihak keluarga kerajaan. Ia terus berpikir bahwa pihak keluarga kerajaan Qing lah yang menjadi alasan terbesar terbunuhnya pejabat Wong dan rombongannya di tangan para bandit.

"Tuan Wong, hamba akan membalaskan kematian mu" tekad nyonya Wong.

Di saat nyonya Wong dari kerajaan Qing melancarkan aksi balas dendamnya. Di sisi lain rombongan kerajaan Huang telah tiba di depan pintu gerbang utama bagian timur. Pintu gerbang bagian timur pun di buka saat prajurit melihat bendera dan panji-panji kerajaan Huang yang berkibar.

Semua orang yang merupakan imigran yang saat ini mengantri untuk masuk ke kerajaan Huang lantas memusatkan pandangan mereka pada putri Axia yang masih menunggangi kudanya. Mereka cukup terkejut dengan putri kerajaan Huang yang ternyata pandai menunggang kuda sendiri.

Bukan hanya para imigran. Penduduk kerajaan Huang pun yang tinggal dekat gerbang utama bagian timur kerajaan Huang pun cukup terkejut. Namun rasa terkejut mereka dengan cepat mereka kendalikan. Sebab saat ini mereka harus menunduk hormat pada para penguasa. Suara pintu gerbang tertutup. Rombongan kerajaan Huang telah hilang dari pandangan para imigran dibalik pintu gerbang yang tertutup.

Setelah memasuki kerajaan Huang aku pun merasa lega dan senang. Sebentar lagi aku akan makan mie ayam yang sangat ingin segera ku makan. Namun sayang, perasaan senang dan lega kurasakan perlahan sirna saat burung elang tiba-tiba berteriak dan membuat rombongan kerajaan Huang berhenti.

Burung elang itu lantas hinggap pada lengan Feng. Feng dengan cepat mengambil surat pada tabung kecil pada kaki elang dan menyerahkannya pada kaisar Axuan setelah ia turun dari kudanya.

Kaisar Axuan menerima surat tersebut dan raut wajahnya seketika berubah. Aku yang sedari tadi mengamati raut wajah kaisar Axuan di atas kuda lantas dengan cepat paham. Tampaknya prediksi ku sesuai dugaan. Kerajaan Yong dari kekaisaran Yuan tampaknya mulai menyerang.

"Ah.. padahal kita baru saja pulang, tetapi harus menghadapi perang" keluhku.

.
.
.

TBC

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang