Bab 12 - Bersin

3.5K 317 1
                                    

Setelah mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sebuah kebenaran dan fakta antara dirinya dan kaisar Axuan kemarin, hari ini aku pun mulai menjalankan rencana ku membentuk tubuh sehat dan ideal. Rencana ku dalam membentuk tubuh mendapat dukungan penuh dari kaisar Axuan yang bahkan rela memanggil tuan Tong ke istana untuk mendapat perintah langsung darinya untuk membuatkan ku barbel kecil.

Hari masih terbilang sangat pagi, langit masih nampak gelap, udara pagi hari berhembus dengan kencang dan membawa aroma embun yang terasa menyejukkan. Pagi ini aku bangun lebih awal seraya mulai menjalankan rencana ku. Pagiku akan diawali dengan berlari mengelilingi kerajaan Huang, sebelum berlari aku melakukan pemanasan terlebih dahulu dan hal itu membuat Feng yang menemaniku bingung.

"Yang mulia putri, apa yang anda lakukan?" Tanya Feng.

"Ini namanya pemanasan Feng. Agar otot-otot tubuh tidak kaku, sebelum berlari harus melakukan pemanasan terlebih dahulu" jawabku yang lantas membuat Feng mengangguk mengerti.

Feng lantas mengikutiku melakukan pemanasan. Pemuda tampa berstatus pengawal pribadiku itu tampak bersemangat mempelajari hal baru meski ia tak menunjukkan ekspresinya secara terang-terangan.

Setelah aku merasa pemanasan yang kulakukan telah cukup, aku pun mulai mengajak Feng berlari. Aku meminta Feng untuk berlari paling depan agar menuntunku. Bagaimanapun dalam ingatan Huang Axia yang kudapatkan, bangunan dan tempat yang ada di kerajaan Huang mulai terasa asing dan samar.

Feng pun menuruti perintahku, ia pun berlari mendahuluiku yang kini pun ikut lari mengekor di belakangnya. Suasana pagi ini masih terbilang sangat sepi, para penghuni kerajaan Huang jelas sebagian masih terlelap. Kalaupun ada beberapa prajurit penjaga yang berpapasan denganku dan juga Feng, itu karna mereka kebagian mendapat tugas sift malam.

Aku dan Feng lantas berhenti di halaman belakang kerajaan Huang di mana terdapat danau juga hamparan rumput luas yang merupakan lapangan latihan para prajurit tentara kerajaan Huang. Di pinggir danau terdapat sebuah pohon besar yang dibawanya terdapat sebuah gazebo kayu tempat untuk bersantai. Pemandangan di tempatku saat ini sangat nyaman dan sejuk terlebih kabut pagi masih menyelimuti sekitar.

"Yang mulia apakah anda akan masih lanjut berlari?" Tanya Feng padaku yang saat ini duduk di gazebo dekat danau.

"Tidak. Kurasa lari mengelilingi istana sudah cukup. Sekarang waktunya pulang dan sarapan" jawabku yang dibalas anggukan mengerti oleh Feng.

Aku lantas bangun dari dudukku lalu mulai berlari-lari kecil menuju jalan arah pulang ke kediamanku yang ada di istana barat. Di belakangku Feng pun ikut berlari-lari kecil menjagaku, ia meskipun mengikuti ku latihan tetap menunjukkan sikap waspada terhadap sekitarku.

Sepanjang perjalanan pulang, kami banyak bertemu para penghuni kerajaan yang mulai melaksanakan tugas dan kewajiban mereka. Para Kasim dan dayang yang berpapasan padaku selalu membungkuk memberi hormat. Aku tentu saja membalasnya dengan anggukan tak lupa memberi mereka sebuah senyuman.

Di kehidupanku sebelumnya hal-hal ini juga kerap kali kurasakan. Ketika aku kembali pulang ke markas besar setelah berhasil menjalankan misi dan tugas yang di berikan, aku kerap kali berpapasan dengan junior-juniorku. Rangking ku sebagai pembunuh bayaran profesional kelas S kerap kali membuatku merasa semua orang takut dan segan padaku.

Namun di kesempatan hidupku kali ini. Aku ingin merubah diriku yang lalu. Ada banyak hal yang ku sesali semasa hidupku di kehidupanku sebelumnya, salah satunya adalah karna aku tidak menikmati hidupku layaknya orang normal.

Kembali ke masaku yang sekarang, aku terus mengangguk dan memberi senyuman kepada siapapun yang menyapa dan memberi salam hormat padaku sepanjang perjalanan pulang menuju istana bagian barat.

Sesampainya di istana bagian barat yang merupakan kediamanku, aku lantas melempar diriku di atas peraduan. Aku tidur terlentang dengan pakaian yang masih basah oleh keringat sehabis berolahraga. Saat ini pakaian yang ku kenakan adalah atasan hanfu dengan bawahan celana kain yang memudahkan aktivitas berolahragaku.

"Yang mulia putri, bak mandi anda telah siap" lapor kepala dayang Rong yang bertugas mengurus segala keperluanku.

Mendengar laporan kepala dayang Rong, aku lantas beranjak bangun dan mendudukkan diriku di pinggir peraduan. Melawan rasa malas yang mulai menyerang ku, akupun beranjak bangun dari dudukku dan mulai berjalan menuju ruangan samping yang merupakan ruangan pakaian dan segala aksesoris yang berhubungan dengan kamar mandi.

Di saat aku tengah membersihkan diri, rumor mengenai diriku yang berkeliaran di istana kerajaan Huang dini hari bersama dengan Feng mulai hangat dibicarakan oleh para penghuni kerajaan Huang. Desah desu mengenai diriku yang baru saja pulang setelah berlari memberi senyuman pada para dayang, Kasim dan prajurit yang menyapaku kini geger di perbincangkan.

"Kau pasti bercanda. Putri Huang Axia adalah gadis yang pesakitan, ia sangat lemah dan saking lemahnya membuatku muak. Bagaimana bisa ia terlahir dari keturunan kerajaan dengan fisik yang begitu rapuh. Bukan hanya di juluki sebagai sampah, tapi ia juga adalah beban keluarga kerajaan. Aku sungguh kasihan dengan yang mulia kaisar Axuan yang harus mengurus dan merawat gadis yang tidak berguna seperti itu" kata salah satu dayang yang dengan terang-terangan mengutarakan ketidaksukaannya terhadap putri Axia.

"Sttttt... pelankan suaramu. Bagaimana jika ada yang mendengar dan melaporkannya?" Tegur dayang lain memperingati.

"Aku tidak peduli. Bagaimana pun semua orang tahu akan fakta itu. Putri Huang Axia hanyalah gadis yang tidak berguna, buktinya yang mulia kaisar Fei dari kerajaan Zhang saja bahkan membuangnya" balas dayang sebelumnya.

"Tapi kurasa rumor yang kini beredar adalah fakta. Kemarin yang mulia kaisar Axuan memanggil yang mulia putri Axia karna ketahuan keluar dari istana diam-diam bersama dengan pengawal pribadinya. Bukankah itu telah membuktikan jika yang mulia putri Axia sudah sehat, ia bukan lagi gadis yang akan menjadi beban untuk kerajaan" kata dayang dengan tubuh paling mungil dan wajah yang tampak menggemaskan.

"Kau percaya itu?" Tanya dayang bertubuh tinggi dengan tubuh berisi yang sejak awal menunjukan kebenciannya pada putri Axia. "Aku sama sekali tidak percaya. Aku sangat yakin gadis egois dan manja itu meminta prajurit Feng untuk terus menggendongnya saat mereka keluar istana" tambahnya.

Di saat para dayang dan kasim mulai membicarakan diriku baik menyangkal rumor ataupun membenarkan rumor yang tengah beredar, di sisi lain di dalam bak air hangat yang telah di campur pewangi dan kelopak bunga mawar warna warni, aku terus saja bersin.

"Haaaccin!"

"Yang mulia putri apakah anda tidak apa-apa?" Tanya Yiyi yang khawatir akan kondisi tubuhku.

"Aku tidak apa-apa Yiyi, kau tidak perlu khawatir. Hidungku hanya terasa gatal" balasku berusaha menenangkan Yiyi.

Aku terus saja bersin dan hal itu membuatku mulai berpikir, apakah aku akan flu?

.
.
.
.
.

TBC

Selasa, 22 Maret 2022

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang