Bab 75 - Serangan Kerajaan Yong (1)

1.9K 214 1
                                    

Pada akhirnya aku gagal makan mie ayam yang sangat ku idam-idamkan. Rombongan kerajaan Huang bergegas kembali ke kerajaan Huang melakukan persiapan untuk perjalanan menuju gerbang selatan, tepatnya di kota nelayan.

Ketika aku dan rombongan kerajaan Huang tiba di kerajaan dengan kecepatan penuh. 2 ribu prajurit telah mengenakan zirah dan atribut perlengkapan perang lainnya. Paman Yu Zhong hanya mengerahkan 2 ribu pasukan, sebab sisa prajurit lainnya akan melindungi kerajaan dan para penduduk ibukota kerajaan Huang.

"Paman mengapa hanya mengerahkan 2 ribu pasukan?" Tanyaku bingung.

"2 ribu pasukan bahkan sudah lebih dari cukup" jawab perdana menteri Yu Zhong.

"Mengapa demikian?" Tanyaku.

"Karna kami semua percaya dengan senjata yang baru-baru ini kau buat Axia'er" jawab perdana menteri Yu Zhong.

Mendengar jawaban pamanku, aku tentu saja merasa tersentuh. Dalam hati aku bertekad untuk tidak mengecewakan semua orang yang menaruh harapan padaku. Aku lantas turun dari kuda yang ku tunggangi dan dengan cepat memeluk pamanku seraya berkata "Terima kasih karna telah mempercayai ku paman".

"Sama-sama Axia'er" balas perdana menteri Yu Zhong membalas pelukanku dan mengusap puncak kepalaku penuh sayang.

"Mei-mei sekarang bukan waktunya kau bermanja-manja dengan paman. Segeralah bersiap, para prajurit menunggu arahan dan aba-aba dari mu" tegur kaisar Axuan turun dari kereta kuda yang ditumpanginya.

Mendengar perkataan kaisar Axuan aku lantas tersadar. Aku pun melepas pelukanku pada paman Yu Zhong dan bergegas pamit menuju kediamanku untuk berganti pakaian. Karna mengingat terjadi sebuah penyerangan oleh kerajaan Yong, aku tentu saja tidak mungkin memakai hanfu dengan bawaan rok bukan? Hal itu hanya akan menghambat pergerakan ku.

Maka dari itu saat aku masuk ke kamarku, aku lekas berganti pakaian santai, yakni hanfu polos dengan bawahan celana. Rambutku yang awalnya di tata dengan begitu cantik kini ku lepas. Aku mengurai rambut panjang ku dan menyisirnya, setelahnya aku pun mengikat rambutku dengan model kuncir kuda.

Setelah bersiap aku pun kembali ke halaman aula utama di mana para prajurit kerajaan Huang telah berbaris rapi dan menunggu aba-aba dari.

"Haruskah Zhen menemani mu?" Tanya kaisar Axuan padaku ketika baru saja tiba dan berdiri di teras aula utama kerajaan Huang.

"Tidak perlu Gege. Anda hanya perlu duduk diam dan menunggu kabar kemenangan dari kami" jawabku yang diangguki kaisar Axuan.

"Baiklah jika itu mau mu, mei-mei" balas kaisar pasrah.

Setelah mengobrol singkat dengan kaisar Axuan dan perdana mentri Yu Zhong mengenai rencana ku dalam melawan penyerangan kerajaan Yong dari kekaisaran Yuan. Aku pun mulai menghadap pada 2 ribu prajurit yang telah bersiap bertempur di medan perang. Mungkin akan sedikit sulit sebab mereka akan bertarung di tepi pantai, pijakan mereka mungkin akan sedikit goyah akan pasir pantai. Maka dari itu kaisar Axuan memerintahkan ku memberi mereka motivasi sebelum berperang.

"Para prajurit kerajaan Huang sekalian" teriak ku menggunakan pengeras suara agar 2 ribu prajurit mampu mendengarnya.

"Hari ini tibalah saatnya kita menunjukkan latihan yang telah kita lakukan. Hari ini tibalah kita menunjukkan alat tempur yang susah payah kita buat. Hari ini mungkin akan sedikit sulit bertarung di atas pasir yang akan menggoyahkan pijakan kita, tapi Ben Gong yakin kalian telah lebih kuat dan hambatan kecil seperti itu tidak akan memadamkan semangat kalian membawa kemenangan untuk kerajaan Huang" kataku mulai memberi semangat.

"Berusahalah semampu kalian, tidak perlu memaksakan diri. Karna yang terpenting dalam pertarungan ini adalah keselamatan kalian yang juga sebagai penduduk kerajaan Huang. Ingatlah bahwa prioritas kami keluarga kerajaan adalah keselamatan dan kemakmuran rakyat kami" tutup ku yang membuat perdana menteri Yu Zhong menangis terharu.

"Lihatlah anak-anak anda telah dewasa kakak ipar" gumam perdana menteri Yu Zhong menyeka air matanya.

"Kemenangan memang utama, tapi keselamatan kalian juga adalah prioritas kami. Semangat lah para prajurit, hancurkan kerajaan Yong hingga tak bersisa!" Teriak kaisar Axuan yang mendapatkan teriakan membara para prajurit yang bersemangat.

Setelah membakar semangat para prajurit dengan kalimat-kalimat yang menyentuh hati, aku pun berpamitan dan mulai menuruni satu persatu anak tangga. Saat sampai di bawah aku pun menaiki kuda yang telah di siapkan untukku dan mulai memacukan kudaku di susul oleh para prajurit kerajaan Huang yang mengikuti dari belakang. Kami pun berangkat menuju wilayah bagian selatan kerajaan Huang dengan kecepatan penuh.

Setiba ku di gerbang pertama pintu bagian selatan, aku dengan cepat menaiki benteng benteng pertahanan gerbang pintu bagian selatan. Setiba ku di atas, Chou lantas segera menghampiri ku saat menyadari keberadaan ku.

"Bagaimana kondisinya?" Tanyaku pada Chou.

"Di perkirakan kapal-kapal kerajaan Yong akan mendekat perairan kerajaan Huang besok. Saat ini kapal-kapal kerajaan Yong masih berada di tengah laut menuju kemari" jawab Chou menjelaskan perkiraan kapal kerajaan Yong yang akan tiba besok.

"Lalu bagaimana persiapan yang telah kalian lakukan?" Tanyaku pada Chou.

"Kami telah memerintahkan prajurit membangun tenda dekat gerbang. Para warga kota nelayan pun telah di ungsikan ke tempat yang lebih aman. Persediaan makanan dan obat-obatan pun telah siap. Kerajaan Huang siap bertarung kapan saja" jawab Chou.

"Kerja bagus" pujiku pada Chou.

"Semua ini berkat arahan yang mulia putri sebelum berangkat ke kerajaan Qing" balas Chou merendah.

"Apakah kalian telah mengecek persediaan peluru meriam?" Tanyaku.

"Sudah yang mulia. Persediaan peluru meriam sangat banyak. Selama anda di kerajaan Qing, perdana menteri Yu Zhong memerintahkan para pandai besi yang masih tinggal di istana untuk membuatkan beberapa kotak besar berisi meriam lagi" jawab Chou.

"Ben Gong rasa, tanpa Ben Gong di sini kalian sudah mampu mengatasinya" kataku yang langsung di balas gelengan oleh Chou dan para prajurit yang tengah mengawas di benteng pertahanan.

"Itu tidak benar yang mulia. Kami masih butuh arahan dan bimbingan anda" kata Chou yang diangguki para prajurit lainnya yang setuju dengan argumen Chou.

"Kami bukanlah apa-apa tanpa bantuan anda. Kami harap yang mulia masih mau mengajari kami banyak hal" tambah salah satu prajurit.

"Ben Gong bisa saja mengajari kalian, hanya saja apakah ada jaminan di masa mendatang kalian tidak akan menusuk Ben Gong dari belakang?" Tanyaku dengan tatapan memincing curiga.

Bukannya tidak ingin mengajarkan banyak hal yang ku ketahui di kehidupanku sebelumnya. Hanya saja sampai saat ini aku masih trauma dengan namanya pengkhianatan. Setelah apa yang ku lakukan dan apa yang ku berikan, di kehidupanku sebelumnya aku dikhianati oleh organisasi yang membesarkan ku. Aku dikhianati oleh organisasi yang telah ku harumkan namanya berkat prestasi dan yang ku dapatkan sebagai balasan dari apa yang telah kuberikan, aku mereka bunuh.

.
.
.

TBC

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang