Mengakhiri acara kemah dengan para prajurit kerajaan Huang sebagai bentuk hadiah dan apresiasi pihak keluarga kerajaan atas perjuangan mereka melawan prajurit kerajaan Yong dari kekaisaran Yuan pun telah selesai.
Siang ini aku, kaisar Axuan dan para prajurit kerajaan Huang pulang ke kerajaan setelah menutup acara perkemahan. Janjiku telah ku tepati dan kini para prajurit kerajaan mulai kembali ke aktivitas mereka masing-masing setelah mendapat hadiah. Baik hadiah dari perlawanan terhadap kerajaan Yong maupun hadiah dari lomba-lomba yang mereka menangkan di perkemahan.
Selain di beri hadiah, kaisar Axuan juga memberi para prajurit kerajaan Huang libur selama dua hari kerja. Namun libur tersebut di lakukan secara bergiliran. Hal ini di lakukan agar kerajaan Huang masih tetap memiliki penjaga. Bukanlah hal yang lucu jika ribuan prajurit libur secara bersamaan. Hal itu sama saja membuat kerajaan Huang sendiri celaka jika keamanannya melonggar. Maka dari itu sistem bergiliran pun menjadi alternatif yang kaisar Axuan lakukan agar kerajaan Huang tetap aman, dan para prajurit pun sama sekali tidak merasa di rugikan.
Pemberian bonus libur telah berlaku hari ini untuk regu 1 prajurit kerajaan Huang yang lebih awal mengikuti perkemahan. Hari ini mereka telah terhitung 1 hari libur. Semua prajurit akan mendapatkan giliran mereka sesuai dengan regu mereka saat perkemahan.
Kepulangan ku ke kerajaan Huang setelah dua minggu berada di hutan sebagai panitia pelaksana kemah tentu saja berhasil membuat bibi Ling Ling khawatir terlebih saat ia mendengarkan kabar bahwa aku tengah jatuh sakit di akhir-akhir acara perkemahan yang mengharuskan kaisar Axuan datang menjemput ku pulang setelah menutup acara perkemahan hari ini. Mengetahui bahwa aku tengah jatuh sakit membuat bibi Ling Ling mengusir paman Yu Zhong untuk segera mengganti posisi ponakannya, kaisar Axuan selama saudara laki-laki ku itu bersamaku.
Setibanya aku di kerajaan Huang, aku tak lantas mengerjakan pekerjaanku sebagai putri kerajaan Huang. Badan ku terasa panas dan lemas sehingga rasanya aku tidak memiliki tenaga. Kepalaku rasanya begitu berat sehingga yang ku lakukan saat ini hanyalah berbaring menyamping di atas peraduanku sembari menatap para dayang dan kasim yang sibuk berlalu lalang dengan aktifitas mereka masing-masing.
Menatap mereka bekerja membuatku merasa turut ingin bekerja. Aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku sehingga dengan begitu aku bisa segera leluasa melanjutkan eksperimen ku membuat sabun dan mulai melanjutkan kembali latihan kultuvasi ku. Sayangnya efek dari pemakaian pertama pedang Xue yang beraksi begitu cepat pada tubuhku membuatku harus terbaring sakit di sini, bersamaan dengan Xue yang juga ikut jatuh sakit.
Terhitung dua hari aku terbaring lemas karena sakit. Para dokter kerajaan pun bingung harus memberi resep apa lagi agar demamku turun. Bahkan dokter Zhu yang merupakan lulusan medis terbaik di kerajaan Huang pun tidak tahu lagi harus memeriksa dan memberi resep obat apa untukku. Mereka tidak menemukan penyakit apapun yang ada pada diriku sehingga mereka sulit mengdiaknosa penyakit yang tengah ku alami.
Wajar mereka tidak tahu sebab demam yang ku alami adalah efek dari penggunaan pertama pedang Xue. Aku hanya memberitahukan kaisar Axuan mengenai efek tersebut. Sebab saudara laki-laki ku itu belum mengumumkan perihal pedang Xue yang kini telah bersamaku. Menurut Xue demamku akan reda dengan sendirinya jika jiwa kami telah menyatu sepenuhnya. Xue belum tahu pasti kapan demam yang ku alami turun. Ia tidak bisa memprediksinya sebab pertumbuhan dan perkembanganku berproses begitu cepat sehingga Xue kesulitan menentukan kapan demamku akan segera turun.
Ini sangat membosankan. Yang kulakukan hanya mengamati para dayang dan kasim sibuk berlalu lalang. Beberapa dari mereka mulai menyiapkan keperluanku untuk perjalanan menuju kerajaan Han. Sebentar lagi festival kekaisaran akan diadakan. Beberapa kerajaan mulai melakukan persiapan dan tak terkecuali kerajaan Huang pun telah memulai menyiapkan persiapan.
"Xue apakah kau baik-baik saja?" Tanyaku pada Xue yang saat ini berwujud pedang dan ku letakkan tepat di sampingku.
"Ini sangat buruk. Kepalaku sangat sakit" keluh Xue.
"Apakah kau tidak tahu cara atau obat apa yang dapat menyembuhkan rasa sakit kepala ini?" Tanyaku pada Xue.
"Tidak. Ini adalah kali pertamanya aku merasakan sakit kepala seperti ini" aku Xue.
"Bagaimana denganmu, bukannya kau dari masa depan seharusnya kamu pasti memiliki banyak cara untuk meredakannya bukan?" Tanya Xue.
"Tentu saja ada banyak cara. Di dunia tempat tinggal ku sebelumnya merupakan dunia modern yang telah di lengkapi alat canggih. Kita bisa mengetahui penyakit yang kita alami melalui sampel darah dan dahak yang di ambil, atau dengan cara rongseng. Pengobatannya pun lebih maju dengan banyaknya obat-obatan untuk segala penyakit" jawabku.
"Benarkah? Lalu apakah ada yang bisa meredakan sakit kepala kita?" Tanya Xue tampak senang.
"Mungkin ada" jawabku ragu.
"Sangat sulit mengetahui apa yang kita alami tanpa adanya bantuan alat medis. Meskipun ada sekali pun, akan sangat sulit bagiku untuk melakukannya di saat untuk bangun saja aku tak bisa" balasku yang membuat Xue putus asa.
"Sudahlah, kita tunggu saja hingga demam ini turun dengan sendirinya" kata Xue pasrah.
Tidak ada cara lain yang dapat aku lakukan bersama dengan Xue. Saat ini kondisi kami berdua sedang tidak baik-baik saja. Tubuh kami terasa sangat lemas sehingga bahkan untuk bangun pun aku selalu di bantu oleh Yiyi dan beberapa dayang.
"Feng"
"Feng"
Aku terus memanggil Feng saat tidak menemukan sosok Yiyi dan dayang-dayang yang bertugas di kediamanku. Lagi-lagi aku ingin buang air kecil untuk ke sekian kalinya. Aku terus memanggil Feng dan Yiyi, namun tak ada dari keduanya yang menyahut panggilanku.
Alhasil aku memaksakan diriku untuk bangun meski tubuhku rasanya tidak memiliki tenaga, dan kepalaku yang kian sakit, berdenyut dan terasa berat. Pandanganku mulai berkunang-kunang saat aku berhasil mendudukkan diriku. Perlahan aku mulai menurunkan kedua kaki dan berusaha untuk berdiri.
Aku turun dari peraduan dengan tumpuan kedua kaki yang gemetar. Belum lama aku berdiri, aku pada akhirnya jatuh dan terduduk di lantai. Suara keras jatuh ku berhasil membuat para dayang dan kasim yang saat ini berada di ruang tengah lantas bergegas lari menghampiriku.
"Yang mulia.. anda tidak apa-apa?" Tanya dayang Rong lantas menyerahkan nampan berisi makanan yang di bawanya kepada Yiyi yang terkejut mendapatkan sodoran dari dayang Rong. Beruntung Yiyi begitu sigap menerimanya sehingga nampan tersebut tidak jatuh.
Dayang Rong membantuku bangun dan tepat saat itu pula aku tiba-tiba menangis. Aku menangis bukan karena aku terluka, melainkan karena aku merasa aku sangat tidak berguna dan lemah. Hanya karena sebuah demam aku tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya mampu menyusahkan dan merepotkan banyak orang. Aku merasa kesal dengan takdir dan kondisi fisikku yang begitu lemah. Di saat semua orang tengah sibuk melakukan persiapan festival kekaisaran yang akan di selenggarakan beberapa bulan lagi, mengapa di waktu-waktu penting seperti ini aku harus sakit?!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)
FantasyMa Axia adalah seorang gadis muda berprofesi sebagai seorang pembunuh profesional di Tiongkok. Ia merupakan pembunuh bayaran terkenal dengan gaji fantastis. Prestasinya dalam menyelesaikan misi begitu akurat dan tepat sehingga ia mendapat julukan se...