Hanya dengan makanan, kaisar Axuan benar-benar melupakan amarahnya. Ia bahkan berkata jika aku ingin makan mie ayam itu lagi, aku harus mengajak saudara laki-laki ku itu untuk makan bersama. Ia mengatakan ia kurang puas makan mie ayam yang ku bawakan. Padahal aku sudah membungkuskannya dua porsi, tapi kaisar Axuan merasa itu masih sedikit.
Aku tentu saja mengiyakan permintaan kaisar Axuan. Bagaimana pun aku memang punya niat untuk makan mie ayam itu lagi dalam waktu dekat. Mungkin setelah pulang dari kerajaan Qing atau setelah penyerangan kerajaan Yong dari kekaisaran Yuan selesai.
Membahas masalah penyerangan kerajaan Yong dari kekaisaran Yuan. Saat ini kerajaan Huang sepenuhnya telah siap. Ratusan meriam dan kaki rodanya telah selesai dibuat hanya dalam kurun waktu sebulan. Malam ini meriam-meriam yang belum digabungkan dengan kaki rodanya mulai di angkut dan akan di pasang di gerbang pertama bagian luar dan gerbang kedua kerajaan Huang.
Aku sengaja meminta para pandai besi untuk tidak menyatukan meriam dan kaki rodanya terlebih dahulu sebab memikirkan bahwa akan sangat berat mengangkat meriam ke atas benteng gerbang yang tinggi. Ini saja aku sudah memperhitungkannya baik-baik seraya berharap tidak ada masalah selama proses pengangkutan dan pengangkatan meriam naik ke atas benteng pertahanan sekaligus gerbang kerajaan Huang.
Malam ini aku akan ikut serta dalam proses pengangkutan, pengangkatan dan pemasangan meriam malam ini. Sebab hanya aku yang tahu bagaimana cara yang baik dan aman agar meriam sampai pada tempat yang telah di sediakan. Malam ini tampaknya aku akan begadang hingga pagi mengingat akan ada banyak meriam yang akan di pasang.
"Gege aku ingin tidur sejenak, bangunkan aku sejam lagi" pintaku pada kaisar Axuan yang hanya membalas ku dengan anggukan. Aku lantas membaringkan tubuhku di atas peraduan dan memejamkan mataku.
Tubuhku terasa bergoyang pelan, suara panggilan kaisar Axuan yang berusaha membangunkan ku telah berhasil mengusik tidurku dan menarik kesadaran ku secara paksa. Aku lantas terbangun dengan mengucek kedua mataku pelan. Perasaan aku baru saja tertidur, namun saat aku menatap ke luar jendela yang terbuka, malam tampaknya telah sangat larut.
"Apakah sekarang waktunya berangka?" Tanyaku pada kaisar Axuan yang di balas anggukan.
"Semua orang telah menunggumu di halaman aula utama mei-mei" kata kaisar Axuan yang berhasil membuat kantuk yang kurasakan perlahan menguap.
Aku lantas lekas turun dari peraduan, masuk ke kamar mandi dengan cepat dan mengganti pakaianku dengan pakaian tebal. Dengan cepat aku lantas pamit pada kaisar Axuan dan segera berlari menuju halaman utama kerajaan Huang di temani Feng yang setia berada di sampingku.
Sesampai ku di halaman aula utama kerajaan Huang, aku memerintahkan para prajurit dan pandai besi untuk segera memulai perjalanan yang sekaligus merupakan tahap akhir dari pekerjaan mereka semua.
Pemasangan meriam dan kaki roda berlangsung di atas benteng pertahanan gerbang pertama bagian luar, dan gerbang kedua bagian tengah kerajaan Huang. Malam ini suasana hening perlahan tergantikan oleh suara teriakan prajurit yang menarik rantai besi agar katrol berputar dan meriam yang di angkat perlahan naik. Selama proses pengangkatan meriam menggunakan katrol, awalnya tidak berjalan dengan mulus mengingat benda yang di angkut sangat berat. Tapi berkat usaha dan kerjasama para prajurit dan pandai besi, meriam berhasil naik dan di pasang dengan sempurna.
Saat hari mulai beranjak pagi dan tersisa satu meriam yang hendak di pasang di benteng pertahanan gerbang kedua. Rantai besi yang menjadi alat untuk menarik malah terputus dan katrol yang di gunakan untuk memberi daya putar malah patah. Alhasil meriam jatuh dan meluncur. Beruntungnya tidak ada yang terluka saat insiden itu terjadi. Hanya saja ada bagian benteng pertahanan yang merupakan gerbang kedua kerajaan Huang yang roboh.
"Yang mulia bagaimana ini? Kita tidak memiliki rantai besi dan katrol lagi" tanya Chou bingung.
"Kita tidak punya pilihan lain selain mengangkatnya menggunakan tenaga manusia" jawabku yang sudah sangat mengantuk.
Aku lantas menoleh kebelakang menatap para prajurit kerajaan Huang dan para pandai besi yang ikut serta dalam proses pemasangan sedari malam menjelang pagi ini. Sebenarnya aku tidak tega untuk memaksa mereka mengingat mereka jelas lebih capek dan lelah di banding rasa capek dan lelah yang kurasakan.
Tapi tidak ada cara lain untuk mengangkat meriam dan kaki rodanya ke atas selain dengan mengangkatnya bersama-sama. Alat yang kami gunakan telah rusak semua padahal kami membawa lebih dari 50 buah katrol dan 100 buah rantai besi panjang. Sayang semuanya rusak mengingat bobot benda yang mereka tarik dan angkat lebih berat.
"Apakah kalian masih memiliki sedikit tenaga?" Tanyaku pada para prajurit dan pandai besi dengan raut wajah sedikit khawatir.
"Kami masih punya sedikit tenaga yang mulia, anda jangan khawatir" kata salah satu prajurit berusaha menghilangkan rasa khawatir dan bersalah yang tampak terlihat jelas dari raut wajahku.
Pada akhirnya para prajurit mulai mengangkat meriam menuju keatas. Untuk menyamai langkah mereka mengangkat meriam tersebut, mereka bersorak untuk menyamakan langkah dengan menghitung angka 1 dan 2 secara berulang. Setelah proses yang melelahkan, akhirnya mereka pun sampai pada tempat pemasangan meriam dan meriam berhasil di pasang.
Aku memuji kerja keras para prajurit dan pandai besi. Tanpa sadar melihat usaha dan kerja keras mereka aku malah menangis. Padahal saat ini aku sepenuhnya adalah seorang Assassin. Seorang pembunuh yang di kenal berdarah dingin. Aku harusnya telah mati rasa. Namun semenjak menempati raga putri Huang Axia dari kerajaan Huang, menangis bukan lagi hal yang mengejutkan.
"Yang mulia mengapa anda menangis?" Tanya Feng dan Chou yang hampir bertanya di waktu bersamaan.
Mendengar pertanyaan Feng dan Chou, semua prajurit dan pandai besi lantas menatapku. Mereka dengan khawatir bertanya mengapa aku menangis. Aku tidak mampu membendung perasaan sedih dan haru yang kurasakan. Ada banyak hal yang terjadi selama proses pembuatan meriam ini. Mulai dari perekrut, mengancam, membunuh seorang pandai besi yang melawan, hilang, lalu menjadi kultivator muda yang telah mencapai tahapan Ensoulment, menjadi pemilik pedang Xue, pembuatan kaki roda meriam, hingga pada tahap ini, yakni pemasangan meriam pada benteng pertahanan gerbang kerajaan Huang yang merupakan tahap akhir.
Banyak hal dan kenangan yang ia lalui, ada banyak tetesan keringat, air mata serta keluhan akan rasa lelah yang para pandai besi dan prajurit kerajaan Huang rasakan. Dan hari ini.. di saat subuh telah menyapa dengan semilir angin yang berhembus menyapu permukaan kulit, mereka telah berhasil menyelesaikan proyek mereka dalam kurung waktu yang singkat.
"Te-terima kasih karna telah bekerja dan berjuang sekeras ini, hiks.. hiks.." ucapku tulus.
Mendengar perkataan ku beberapa prajurit dan pandai besi ikut menangis. Mungkin tangisan mereka adalah bentuk rasa syukur atas kerja keras mereka. Aku lantas menghapus air mataku. Harusnya saat ini aku menyimpan tenagaku mengingat siang nanti aku dan kaisar Axuan akan memulai perjalanan menuju kerajaan Qing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)
FantasiaMa Axia adalah seorang gadis muda berprofesi sebagai seorang pembunuh profesional di Tiongkok. Ia merupakan pembunuh bayaran terkenal dengan gaji fantastis. Prestasinya dalam menyelesaikan misi begitu akurat dan tepat sehingga ia mendapat julukan se...