Bab 19 - Pencarian Kerajaan Qing (2)

2.8K 299 8
                                    

Seekor elang berwarna putih sampai di benteng kerajaan Qing. Di pundak burung elang tersebut terdapat sebuah tabung terbuat dari bambu berisi sebuah surat balasan kerajaan Huang.

Salah satu prajurit penjaga benteng kerajaan Qing dengan cepat membawa surat kerajaan Huang setelah memberi burung elang kerajaan Huang air dan juga sepotong daging. Prajurit itu dengan cepat menyerahkan surat tersebut kepada kepala kasim yang bekerja di istana bagian dalam.

"Serahkan ini pada yang mulia kaisar. Surat ini datang dari kerajaan Huang" jelasnya menyodorkan surat tersebut.

Dengan cepat kasim itu mengangguk dan menerima surat tersebut. Sudah menjadi hal yang tak perlu menjadi kejutan lagi saat kasim itu harus mengantar atau menyampaikan surat penting, nyaris setiap hari ia akan bertugas melakukan hal itu diluar pekerjaannya yang lain.

Hari ini, berkat desakan nyonya Wong, ia kembali harus disibukan. Tidak hanya pekerjaannya yang sudah sangat melelahkan, tapi pekerjaan tambahan seperti ini juga tidak melelahkan sebab ia diharuskan untuk bolak balik hanya untuk mengantar dan menyampaikan surat.

Kasim itu mendesah. Kabar pejabat Wong yang tak kunjung pulang setelah menyampaikan undangan pertunangan putri Qing Mei di kerajaan Huang tak kunjung menampakan dirinya. Hal ini tentu saja membuat orang-orang mulai berpikir buruk dan berpendapat hal yang tidak-tidak.

Banyak yang mengatakan jika pejabat Wong mendapat masalah di perjalanan pulangnya ke kerajaan Qing, pikiran buruknya mungkin pejabat Wong dan para rombongan kerajaan Qing telah meninggal di perjalanan karna serangan bandit ataupun binatang buas.

Asumsi buruk inilah yang membuat nyonya Wong khawatir dan juga takut. Ia takut suaminya benar-benar mati dan meninggalkannya yang kini tengah hamil tua. Berkat praduga-praduga buruk semua orang, nyonya Wong terus mendesak untuk memastikan. Ia pun mulai mengusik putri Qing Mei dengan pertanyaan kapan suaminya pulang, hal itu tentu saja sangat melelahkan bagi putri Qing Mei yang pada akhirnya mengeluh kepada kaisar Qing.

Di sisi lain, kaisar Qing pun merasakan hal yang putrinya rasakan saat bertemu nyonya Wong. Ia merasa jengkel namun jika di pikir-pikir lagi sudah sepatutnya ia mulai mencari pejabat Wong mengingat sudah 3 hari ia tak kunjung sampai di kerajaan padahal ia menggunakan rute tercepat.

Saat ini hari telah menjelang malam, kepala kasim yang membawa surat dari kerajaan Huang baru saja memasuki kamar kaisar Qing. Saat kasim itu menghadap, kaisar Qing saat ini tengah di bantu beberapa dayang untuk mengenakan pakaian tidurnya.

"Mohon maaf mengganggu yang mulia, hamba menghadap seraya mengantarkan surat balasan dari kerajaan Huang".

Mendengar perkataan kepala kasim yang baru saja datang, kaisar Qing dalam sepersekian detik sempat menunjukan rasa senangnya sebelum pada akhirnya kembali menampilkan raut wajah datar yang tampak sangar.

Setelah kaisar Qing berpakaian, ia lantas segera menuju ke meja yang ada di tengah-tengah kamarnya dan mulai duduk disalah satu kursi yang ada di meja tersebut. Kaisar Qing lalu meminta surat tersebut dan mulai membacanya.

Saat membaca surat singkat yang kaisar Axuan sampaikan lengkap dengan stempel kerajaan Huang yang menunjukan bahwa surat tersebut adalah surat resmi dan asli, kaisar Qing tak mampu lagi berkata-kata selain hanya mampu terkejut.

Menurut surat yang di sampaikan kaisar Axuan, pejabat Wong hanya menginap di kerajaan Huang selama satu malam dan keesokan harinya meninggalkan kerajaan Huang melalui rute perjalanan cepat. Sebelumnya kaisar Axuan sempat mengingatkan jika rute tersebut berbahaya, namun pejabat Wong dan rombongan kerajaan Qing menghiraukan peringatannya.

Seketika kaisar Qing mulai memijit keningnya yang terasa berdenyut. Ia mulai memikirkan jika pejabat Wong saat ini mungkin terlibat suatu masalah di perjalanan pulangnya sehingga ia terlambat sampai ke kerajaan Qing. Memikirkan hal itu membuat kaisar Qing lantas memerintahkan seorang kasim untuk memanggil Jendral muda Chun Li yang malam ini bertugas untuk mencari pejabat Wong yang bisa dikatakan hilang.

Keesokan harinya, berita hilangnya pejabat Wong mulai tersebar di ibukota kerajaan Qing. Hal itulah yang membuat nyonya Wong datang ke istana pagi sekali untuk menemui kaisar Qing yang kini tampak pusing mendengar cercaan dari luapan kemarahan nyonya Wong.

Tak mampu mengontrol emosinya, seketika nyonya Wong pendarahan di susul dengan air ketubannya yang pecah. Kepanikan penghuni kerajaan Qing mulai bertambah di saat nyonya Wong tiba-tiba saja akan melahirkan di saat situasi di istana tengah kacau akibat kabar menghilangnya salah satu pejabat pemerintahan setelah mengantarkan undangan di setiap kerajaan-kerajaan tetangga mengenai pertunangan putri Qing Mei dengan kaisar Zhang Long Fei dari kerajaan Zhang.

Berita hilangnya pejabat Wong yang kian memanas di perbincangkan penduduk ibukota kerajaan Qing kini mulai membuat para penduduk berpikir jika pertunangan putri Qing Mei dan kaisar Fei dari kerajaan Zhang tampaknya memberi pengaruh buruk, terbukti dari kemalangan yang menimpa pejabat Wong dan keluarganya.

Selain itu banyak penduduk kerajaan Qing yang sebenarnya mengkritik dan menunjukan ketidak setujuannya mengenai pertunangan putri Qing Mei dengan kaisar Fei mengingat bahwa kaisar Fei baru saja berpisah dengan putri Axia dari kerajaan Huang, mereka masyarakat yang menjunjung tinggi tradisi tentu saja sebenarnya keberatan akan hal tersebut. Sebab setidaknya kaisar Fei harus menunggu paling lama 6 bulan sebelum bertunangan untuk menjaga perasaan putri Axia dan pihak kerajaan Huang. Meski mereka tahu kerajaan Zhang dan kerajaan Huang telah memutuskan kerja sama dan berakhir menjadi musuh, tetapi mereka kurang setuju dengan tindakan kaisar Fei yang sangat buru-buru juga kaisar Qing yang menerima usulan pertunangan yang menjurus ke pernikahan politik antar kerajaan dengan mudahnya.

Rombongan prajurit kerajaan jendral muda Chun Li kini tengah melewati jalan raya ibukota kerajaan Qing. Semua penduduk ibukota menatap kepergian rombongan prajurit tersebut menuju jalan pintas yang di lalui pejabat Wong.

Perjalanan yang di tempuh prajurit kerajaan Qing hingga mencapai bukit timur yang tidak jauh dari wilayah kekuasaan kerajaan Huang dan wilayah kekuasaan kerajaan Qing hanya memakan waktu setengah hari.

Kedatangan prajurit kerajaan Qing di sambut langsung dengan pertempuran sengit. Para bandit yang tinggal di bukit timur melakukan perlawanan untuk mempertahankan markas mereka, namun jumlah mereka yang tak seimbang membuat para bandit kalah.

Meskipun begitu, dari pihak prajurit yang dibawa jendral muda Chun Li beberapa di antaranya gugur dalam pertarungan sengit, ada pula yang mendapat luka parah dan juga luka ringan.

"Telusuri dan geledah markas mereka, temukan pejabat Wong dan perwakilan kerajaan Qing lainnya" teriak jendral muda Chun Li.

Baru saja mereka hendak mencari kedalam markas para bandit, bau menyengat bangkai menguar di udara dan membuat para prajurit menutup hidung karna bau busuk yang begitu tak tertahankan.

Penasaran akan bau tersebut, salah satu prajurit mulai mencari asal bau bangkai yang saat ini mereka cium. Ia berjalan cukup jauh dari markas para bandit, saat ia telah sampai pada asal bau tersebut, prajurit itu tak mampu menahan dirinya untuk segera lari menuju tempat jendral muda Chun Li berada.

"Ada apa?" Tanya jendral Chun Li saat prajuritnya kembali dengan wajah pucat.

"Pe-pejabat Wong" katanya.

"Di mana pejabat Wong?" Tanya jendral Chun Li tampak gembira karna berhasil menemukan sosok yang mereka cari.

"Pe-pejabat Wong telah mati. Bau bangkai yang kita ci-cium adalah bau dari mayat-mayat mereka".

.
.
.

TBC

Jumat 27 Mei 2022

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang