Bab 77 - Serangan Kerajaan Yong (3)

2K 247 29
                                    

Seperti yang telah putri Axia prediksikan. Para prajurit kerajaan Yong tak pantang menyerah. Mereka tetap menyerang meski kapal-kapal mereka telah di tenggelamkan. Para prajurit kerajaan Yong lantas berenang menuju permukaan, hal itu tentu saja membuatku lekas keluar dari tempat meriam-meriam di letakkan di benteng pertahanan gerbang utama pintu bagian selatan.

Aku lantas menaiki setiap anak tangga bergegas menuju lantai atas. Di lantai atas para prajurit bersenjata panah telah siap menunggu aba-aba. Setibanya aku di atas, seorang prajurit lantas menyerahkan pengeras suara padaku agar aku mampu memberi arahan pada 1500 prajurit yang kini telah bersiap di pelabuhan dan sepanjang pesisir pantai.

Jumlah prajurit kerajaan Yong memang banyak, namun mereka bisa membalikkan keadaan dengan memanfaatkan kelelahan yang mereka rasakan karna berenang. Selain itu aku juga memerintahkan prajurit khusus kerajaan Huang untuk terus menembakkan meriam. Meskipun kapal-kapal kerajaan Yong telah terbakar, lalu tenggelam dan hancur, tembakan peluru meriam yang terus menerus dan apabila mengenai sasaran mampu membunuh beberapa prajurit kerajaan Yong.

BOM!

BOM!

BOM!

DUAR!

DUAR!

Suara tembakan dan ledakan terus terdengar, peluru-peluru meriam terus menghujani lautan hingga permukaan lautan menghasilkan gelombang ombak besar yang menghantam beberapa prajurit kerajaan Yong hingga tenggelam.

"DENGARKAN WAHAI PARA PRAJURIT. BERSIAPLAH PADA POSISI KALIAN MASING-MASING. SEBAB DALAM WAKTU 10 MENIT PARA PRAJURIT KERAJAAN YONG AKAN SAMPAI PERMUKAAN!" Teriakku.

Para prajurit yang mendengar informasi lantas bersiap setelah pemanasan sejenak. Sesuai perkataan putri Axia, prajurit kerajaan Yong tiba di permukaan dengan nafas tersengal-sengal. Tak mengizinkan mereka mengambil nafas lebih lama di daerah kekuasaan kerajaan Huang, para prajurit kerajaan Huang pun menyerang hingga dentingan suara pedang saling beradu hingga suara jeritan kesakitan mengisi keheningan sore ini.

Crass!

Crass!

Suara tebasan demi tebasan terdengar begitu nyaring. Lengkingan suara teriakan kesakitan terdengar sangat keras dibandingkan suara deburan ombak air laut pantai selatan kerajaan Huang.

Langit berwarna merah dengan matahari yang mulai terbenam adalah saksi bagaimana prajurit kerajaan Huang terus menyerang tanpa membiarkan para prajurit kerajaan Yong menarik nafas sejenak.

Ketika para prajurit kerajaan Yong baru saja menepi di pesisir pantai, para prajurit kerajaan Huang langsung menyerang mereka. Baik menembakkan anak panah atau langsung menyerang mereka dan memberi tebasan panjang dan dalam hingga mereka mengeluarkan banyak darah.

"Brengsek!" Teriak salah satu prajurit kerajaan Yong berusaha melawan serangan prajurit kerajaan Huang. Padahal ia telah mendapat luka sayatan panjang.

Aku yang melihat hal itu tentu saja dapat menduganya. Pasti akan ada prajurit kerajaan Yong yang memiliki kondisi fisik kuat. Selain karna kondisi fisik yang memadai, ia juga memiliki tekad. Tapi hanya sebatas itu. Kita ia terus mendapatkan serangan secara beruntun, pada akhirnya tubuhnya pun akan mencapai pada batasnya.

"Kau" panggilku pada salah satu prajurit yang bertugas memanah di atas benteng.

"Kemari lah" tambah ku yang dengan cepat di patuhinya.

"Hamba yang mulia" jawabnya membungkuk sopan sebelum kembali menegakkan tubuhnya.

"Sampaikan perintahku pada Chou dari prajurit khusus kerajaan Huang. Katakan padanya bahwa Ben Gong mengizinkan mereka turun tangan sekarang" perintahku.

"Baik yang mulia putri" kata prajurit itu membungkuk sejenak sebelum beranjak pergi menyampaikan perintahku pada Chou.

Seharusnya meski tanpa prajurit khusus turun tangan pun, prajurit kerajaan militer Huang bisa mengatasinya. Hanya saja akan membutuhkan waktu yang sangat lama dan aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Hari ini aku sudah sangat lelah mengingat aku baru saja kembali dari kerajaan Qing. Selain itu seharian ini aku belum makan. Alasan ku ingin segera mengakhiri pertarungan ini adalah hanya karna aku ingin lekas istirahat. Sejujurnya aku juga ingin turun langsung membantai mereka dengan pedang Xue milikku. Hanya saja aku belum terlalu bisa mengendalikan kekuatan ku apabila aku mengalirkan Qi  pada pedang Xue. Aku takut kekuatanku yang terlalu besar malah menciptakan banyak kerusakan yang merugikan kerajaan Huang. Selain itu kaisar Axuan untuk sementara ingin menyembunyikan masalah pedang Xue pada khalayak ramai.

Suara tembakan meriam pun berhenti, tak berselang berapa lama prajurit yang ku perintahkan menyampaikan titah ku pada Chou pun kembali dan melaporkan bahwa ia telah menyampaikan perintahku pada Chou dan saat ini para prajurit khusus pun lekas kebawa dan membantu prajurit kerajaan Huang yang lain.

"Kerja bagus. Terimakasih dan kau boleh kembali ke tempatku" kataku.

"Baik yang mulia" jawabnya.

Sepeninggal prajurit itu, aku pun menyaksikan kembali bagaimana para prajurit khusus kerajaan Huang membantai para prajurit kerajaan Yong. Pergerakan mereka yang sangat cepat dan terampil membuatku seperti melihat penari pedang yang sedang menikmati lantunan alat musik yang tengah di mainkan.

Mungkin para prajurit kerajaan Yong sangat terkejut dengan bala bantuan yang datang. Sebab prajurit khusus kerajaan Huang baru saja terbentuk beberapa tahun yang lalu. Itupun karna setelah penyerangan kerajaan Yong yang sebelumnya, kaisar Axuan membentuk prajurit khusus kerajaan Huang secara diam-diam dengan cara mencari orang-orang berbakat dan terampil.

Berkat usaha dan kerja keras kaisar Axuan selama beberapa tahun belakangan, ia telah berhasil mengasah banyak prajurit khusus kerajaan Huang yang berkemampuan di atas rata-rata.

Suara jeritan kesakitan semakin kencang terdengar. Bau amis darah kian tercium berkat embusan angin yang bertiup kencang. Suara-suara yang semakin keras berhasil menyadarkan ku dari lamunan. Aku dengan cepat menatap kebawah di mana para prajurit masih bertarung namun jumlah prajurit kerajaan Yong semakin berkurang.

"Jendral Bai Dong, bagaimana ini kita kalah telak!" Teriak salah satu prajurit kerajaan Yong yang masih berada di laut. Tepatnya di dekat kapal kecil yang di tumpangi jendral Bai Dong.

Jendral Bai Dong pun tidak menyangka jika prajuritnya dibantai habis-habisan oleh prajurit kerajaan Huang yang saat ini melakukan perlawanan. Saat ini jumlah mereka semakin sedikit dan jika terus memaksa maju, mereka akan terbantai habis.

"Mundur!"

"Kita harus mundur!!!!"

Teriakan jendral Bai Dong lantas terus di teruskan para prajurit kerajaan Yong sehingga prajurit yang hampir menggapai tepi pantai lantas lekas berbalik.

Melihat pergerakan prajurit kerajaan Yong, aku lantas dengan cepat mengambil teropong ku dan melihat kearah laut. Di sana tampak jelas ribuan prajurit berenang berbalik arah menjauhi tepi pantai. Dapat ku simpulkan bahwa pihak kerajaan Yong pun menyerah dan meninggalkan sisa-sisa prajurit yang mati-matian berjuang dan melawan demi mempertahankan kehidupan mereka.

Perintah yang mereka jalankan pada akhirnya membuat mereka dikhianati. Hal ini tentu saja mengingatkanku dengan kehidupanku sebelumnya. Disaat kita telah mati-matian bekerja keras untuk bertahan hidup dari resiko pekerjaan yang ku tekuni, pada akhirnya atasanku sendiri mengkhianati ku dengan cara membunuhku karna ketidak sanggupannya membayar gaji.

"Sungguh ironis" ibaku melihat para prajurit kerajaan Yong yang saat ini ditinggalkan oleh pemimpin dan ratusan rekannya.

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang