Bab 60 - Perjalanan Menuju Kerajaan Qing (1)

2K 213 7
                                    

Pada akhirnya rencana menghirup udara segar dengan nyaman di hari yang mulai beranjak sore ini harus kandas. Tindakanku menolong nona muda yang merupakan putri kecil pejabat Li membuat penyamaran ku terbongkar berkat teriakan spontan dari Feng.

Aku tahu bahwa Feng takut dan khawatir terhadapku. Tindakan yang kulakukan juga sangat ceroboh karena langsung menyerangnya tanpa memberitahukan Feng mengenai langkah atau tindakan apa yang ingin ku lakukan agar pengawal pribadiku bisa mengontrol dirinya. Sayangnya semua sudah terlambat, semua orang menatapku dengan tatapan sungkan dan sopan sehingga aku pada akhirnya memilih pulang tanpa membeli apapun.

Sepanjang perjalanan pulang aku lebih banyak diam. Aku terus memanjatkan doa gara saudari laki-laki ku, yakni kaisar Axuan tidak akan memarahinya karena telah membuat keributan dan masalah baru untuknya sama seperti saat ia bertekad membuat tubuhnya sedikit lebih kuat dengan cara mendatangi pandai besi terbaik di ibu kota kerajaan Huang untuk di buatkan barbel kecil.

Saat itu identitas ku ketahuan terlebih hari itu aku baru saja kembali dari kerajaan Huang setelah dicampakkan kaisar Zhang Long Fai dari kerajaan Zhang kekaisaran Ming. Rasa penasaran penduduk membuatku terkepung sehingga Feng tidak ada pilihan lain selain menggendongku guna menyelamatkan ku dari segala pertanyaan akan rasa penasaran mereka.

Sesampai di istana kaisar Axuan memarahiku, dan Feng mendapat teguran keras karena menemani ku keluar. Tampaknya sekarang mereka berdua akan kembali mengalami hal yang sama seperti ia mengunjungi toko seorang pandai besi yang ada di ibukota.

Feng yang melihatku terdiam lantas semakin merasa bersalah "Yang mulia maafkan atas kecerobohan hamba" pinta Feng penuh sesal.

Aku yang mendengar hal itu lantas berhenti dan hal itu juga membuat Feng berhenti. Aku memutar tubuhku menghadap Feng lalu menatapnya dengan tatapan kesal sembari berkata "Bisakah kau berhenti meminta maaf?" Tanyaku mulai merasa jengah mendengar permintaan maaf yang terus Feng lontarkan.

"Hamba tidak akan berhenti sebelum anda memaafkan hamba" balas Feng kukuh.

Mendengar jawaban Feng aku lantas mendesah dan berkata. "Ben Gong sama sekali tidak marah atas tindakanmu yang membocorkan identitas Ben Gong. Terlebih saat itu juga bukan sepenuhnya salahmu, karena saat itu Ben Gong juga sangat ceroboh".

"Jika seperti itu, lantas mengapa anda diam saja?" Tanya Feng.

"Melihat anda diam, pikiran hamba mulai berpikiran buruk. Hamba takut anda marah sehingga sepanjang perjalanan hamba terus meminta maaf" tambahnya.

"Ben Gong terus terdiam karena memikirkan rencana agar saat kita pulang yang mulia kaisar Axuan tidak memarahi kita. Ben Gong takut yang mulia kaisar Axuan tidak hanya memarahi atau menegur kita. Hal yang ku takutkan adalah apa bila kita mendapatkan hukuman" jelas ku.

Mendengar nama kaisar Axuan, Feng lantas mengingat kembali dimana ia di tegur dengan keras. Feng memang tidak mendapatkan hukuman kala itu, hanya saja kaisar Axuan menegurnya dengan mengingatkan bahwa ia tidak boleh keluar sendiri. Setidaknya ia harus membawa beberapa prajurit untuk membantunya. Beruntung kala itu ia bisa dengan cepat membawa putri Axia kabur. Bagaimana jika saat para penduduk mulai mengerumuni mereka, ada yang berusaha mencelakai putri Axia?

Sejak saat itu, Feng mulai memastikan jika setidaknya ada beberapa prajurit khusus yang mengikutinya ketika putri Axia ingin keluar. Sama seperti hari ini, ada beberapa prajurit khusus  bersamanya. Meski mereka tidak menampakkan diri, tapi Feng tahu mereka ada dan bersembunyi di dalam keramaian.

"Feng" panggil ku yang berhasil membuyarkan lamunan Feng.

"Hamba yang mulia" jawab Feng setelah tersadar dari lamunannya.

"Ben Gong lapar" akuku.

Setelah bangun dan mandi, aku tidak sempat sarapan ataupun makan siang. Awalnya aku bertujuan mencari makan lezat di ibukota sambil menikmati udara siang menjelang sore tadi. Namun rencana ku gagal karena seorang pencopet yang menghalangi jalanku dan membuat identitas ku sebagai putri kerajaan Huang terbongkar.

"Di depan ada kedai makanan. Hanya saja tempatnya sangat kecil dan hamba takut makanan di sana tidak sesuai dengan selera anda" jawab Feng.

"Tidak masalah. Kita akan ke sana. Akan lebih baik tetap makan meski tidak sesuai selera, di bandingkan tidak makan berujung sakit. Gege pasti akan semakin marah" balasku.

"Hhaaccumm" kaisar Axuan yang masih berada di kamar putri Axia lantas bersin karena namanya terus di sebut.

"Baiklah yang mulia, hamba akan menuntun anda ke sana" kata Feng.

Aku tidak menyangka jika kecil yang Feng maksud seperti ini. Aku seakan-akan hilang kata-kata saat melihat sebuah gerobak penjual Mie Ayam yang berjualan di bawah pohon besar. Ini sama sekali bukan kedai makanan seperti dalam bayanganku, yang kulihat saat ini adalah gerobak makanan, bukan kedai makanan.

Feng mengajakku duduk di kursi panjang yang di hadapannya juga terdapat meja panjang setelah memesan dua mangkuk mie ayam. Ada beberapa pasang kursi dan meja panjang di bawah pohon besar yang melindungi dari sengatan panas matahari yang perlahan mulai terbenam.

Tak berselang berapa lama mie ayam pesanan kami datang. Awalnya aku kurang yakin melihat pembeli mie ayamnya yang sangat sedikit. Namun saat aku mencicipi kuahnya mataku lantas membulat dan dengan spontan berkata "Enak".

Mendengar perkataan ku, Feng tersenyum lega dan berkata "Syukurlah kalau ternyata mie ayam ini sesuai dengan lidah anda yang mulia".

Setelah menghabiskan dua mangkuk mie ayam, aku dan Feng memutuskan untuk pulang. Matahari baru saja terbenam, langit perlahan mulai menggelap. Saat aku dan Feng tiba di istana, lentera-lentera mulai di nyalakan. Segala penjuru istana kerajaan Huang telah terang tak terkecuali kediaman ku di bagian barat istana dalam.

Yiyi menghampiri ku, ia mengatakan bahwa kaisar Axuan tampak marah karna aku keluar tanpa seizinnya. Mengetahui hal itu aku sudah memikirkan rencana, yakni menyuap kaisar Axuan dengan makan. Setelah kenyang memakan mie ayam, aku memutuskan untuk membungkus dua porsi lagi untuk ku bawa pulang. Aku berpesan pada penjualnya agar mie dan kuahnya di pisah supaya ketika aku sampai di kerajaan Huang, mienya tidak terlalu mengembang.

"Tidak masalah Yiyi. Ben Gong punya cara ampuh agar Gege tidak memarahi Ben Gong" kataku tenang.

"Cara ampuh apa yang anda maksud?" Tanya Yiyi bingung.

Aku lantas mengangkat kantong kresek berisi mie dan kuah mie ayam yang telah di pisah sesuai pesanan ku. Aku berniat untuk memanaskannya dan membawakannya sendiri ke kaisar Axuan.

"Aku akan membuat Gege tidak memarahi ku dengan ini" jawabku yang sama sekali tidak dipahami Yiyi.

Aku lantas menuju dapur yang ada di belakang kediamanku. Aku memanaskannya di temani dengan Yiyi yang mulai sibuk menyiapkan nampan dan meletakan mangkuk besar beserta sepiring cemilan di atasnya. Setelah aku memanaskan kuah mie ayam tersebut, aku menuangkannya ke dalam mangkuk di mana di sana sudah ada mie dan toping daging ayam dan sayuran.

Setelah itu Yiyi pun mulai mengangkat nampan tersebut dan mulai berjalan menuju kamarku di mana menurut Yiyi kaisar Axuan masih di sana berkutat dengan pekerjaannya.

"Hormat hamba pada yang mulia kaisar Axuan" sapaku memberi saudara laki-laki ku sebuah penghormatan.

"Dari mana saja kau mei-mei?" Tanya kaisar Axuan setelah aku kembali berdiri tegak.

"Gege kesampingkan pertanyaan itu terlebih dahulu. Gege tahu aku baru saja menemukan makanan yang sangat lezat. Saking enaknya aku membungkuskan untuk anda" kataku lalu memberi isyarat pada Yiyi untuk meletakan nampan berisi mangkuk mie ayam dan sepiring kudapan di hadapan kaisar Axuan.

"Aromanya sangat harum" puji kaisar Axuan yang mulai mencicipi kuah mie ayamnya.

"Enak!" Pujinya lagi.

Terlalu menikmati mie ayam yang aku bawakan tampaknya rencana ku menyuap ataupun mengalihkan kaisar Axuan yang hendak marah padaku tampaknya berhasil. Untuk sementara aku bisa bernafas lega.

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang