Setelah kemarin mengejutkan semua orang dengan bakat dan kemurahan hatinya, pagi ini semua orang kembali di kejutkan dengan kepulangan putri Huang Axia dengan menunggangi kuda sendiri. Bahkan kaisar Axuan sendiri tidak tahu dengan jalan pikiran saudari perempuannya. Bagaimana bisa ia memilih menunggangi kuda sendiri ketimbang menaiki kereta yang jelas mampu membuatnya terhindar dari terik matahari yang panas.
"Mei-mei apakah kau yakin pulang dengan menunggangi kuda?" Tanya kaisar Axuan kembali memastikan keinginan saudari perempuannya.
"Tentu saja Gege" jawabku.
"Jika kau merasa lelah, kembalilah ke dalam kereta" pesan kaisar Axuan yang saat ini berada di dalam kereta dengan perasaan yang khawatir.
Sebelum menunggangi kuda sesuai keinginannya, kaisar Axuan berpesan pada putri Axia agar laju kudanya sama dengan kereta yang ia tumpangi sehingga kaisar Axuan dapat memantaunya sembari prajurit kerajaan Huang juga tidak kerepotan dalam menjaga keduanya. Bersyukur saudari perempuannya menuruti perintahnya sehingga saat ini kereta yang ia tumpangi sejajar dengan kuda yang ditunggangi putri Huang Axia.
Kepulangan rombongan kerajaan Huang tentu saja kini kembali menjadi pusat perhatian banyak orang, sedari mereka keluar dari gerbang istana kerajaan Qing hingga memasuki ibukota, kaisar Axuan sadar bahwa saudarinya lagi-lagi mengejutkan banyak orang.
Di kekaisaran Ming, belum ada seorang putri kerajaan yang berani menunggangi kuda sendirian. Kalaupun para putri ataupun nona muda ingin menunggangi kuda, mereka biasanya di dampingi oleh pengawal pribadi, saudara laki-laki, kekasih atau tunangannya.
Berbeda dengan saudari perempuannya, ia bisa menunggangi kuda sendiri. Bisa memerintahkan kudanya sesuai apa yang ia kehendaki. Terlebih kuda yang ia tunggangi terlihat sangat nyaman terlebih perlakukan putri Axia yang begitu menyayanginya tampak sangat jelas.
"Mei-mei ingatlah jika kau lelah kembalilah ke kereta" kata kaisar Axuan yang kembali mengingatkannya untuk yang ke sekian kalinya.
"Iya Gege" jawabku patuh.
Mendengar jawaban saudari perempuannya, kaisar Axuan pun bisa merasakan sedikit kelegaan. Putri Huang Axia sangat penurut, padahal jika di pikirkan mereka tidak memiliki ikatan darah. Keduanya sama-sama orang asing. Meskipun demikian baik kaisar Axuan dan jiwa Assassin yang ada pada raga saudari perempuannya sama ini tengah belajar menerima peran mereka masing-masing. Peran yang mana kaisar Axuan adalah seorang Gege yang menyayangi saudari perempuannya, dan putri Axia adalah seorang mei-mei yang manja karna kurang mendapat kasih sayang dari mendiang ayahanda dan ibunda mereka karena kondisi fisiknya yang lemah sehingga ia ditelantarkan dan hanya di asuh dan dibesarkan oleh dayang Rong.
Lamunan kaisar Axuan lantas buyar saat kereta yang ia tumpangi bergoyang sebab roda kereta kini tengah berjalan di atas bebatuan. Entah sejak kapan mereka telah memasuki daerah bukit yang menjadi jalan pintas antara kerajaan Qing ke kerajaan Huang, dan begitupun sebaliknya.
"Gege" panggilku yang membuat kaisar Axuan dengan cepat menatapku.
"Ada apa mei-mei? Apakah kau sudah lelah? Ataukah kau merasa kurang sehat?" Tanya kaisar Axuan bertubi-tubi.
Aku lantas menggelang dan menjawab "aku baik-baik saja Gege".
"Lalu?" Tanya kaisar Axuan bingung.
"Ketika kita sampai di ibukota, bolehkah kita singgah makan mie ayam yang pernah aku bawakan untuk Gege?" Tanyaku pada kaisar Axuan.
"Entah kenapa aku tiba-tiba ingin makan itu" tambah ku yang lantas dengan cepat di jawab 'Boleh' oleh kaisar Axuan.
*****
Alasan terbesarku ingin pulang adalah karna makanan-makanan di kerajaan Huang, baik yang di masak oleh juru masak istana ataupun yang di jual di kedai-kedai makanan yang ada di ibukota kerajaan Huang semuanya enak-enak. Bukannya aku ingin membandingkan makanan di kerajaan Qing dan kerajaan Huang, hanya saja makanan di kerajaan Qing tidak sesuai dengan seleraku.
Selain itu di kerajaan Huang aku bisa melakukan apa saja. Contohnya berlari pagi dengan para prajurit kerajaan Huang dengan leluasa, berlatih bela diri dan juga melanjutkan kultivasiku. Mungkin semua orang akan puas dengan pencapaian Ensoulment, tetapi tidak dengan diri. Sebagai seorang Assassin, aku sama sekali belum merasa puas dengan pencapaian itu. Mungkin karna sejak di kehidupan ku sebelumnya, aku di tuntut menyelesaikan sesuatu sampai tuntas dan sempurna. Pencapaian ku sekarang tentu saja bukanlah apa-apa.
Sedangkan tingkat kultivasi sendiri ada 5 tingkatan. Tingkatan pemula, tingkatan sedang, tingkatan menengah, tingkatan atas, dan puncak teratas. Tingkatan menengah terdiri atas. Untuk mencapai tingkatan kultivator selanjutnya, kita harus mencapai level 10. Mengingat hal itu membuatku sempat berpikir bahwa saat ini aku seperti karakter dalam sebuah game. Jika di pikir-pikir kan lagi, kehidupanku saat ini memang seperti berada di isekai.
Membahas masalah tingkatan kultivator, untuk tingkatan pemula ada Qi Gathering, dan Foundation. Tingkatan sedang ada Gold Core, Soul Wandering, dan Nascent Soul. Tingkatan menengah Ensoulment, Nihility, dan Ascension. Tingkat Atas terdiri dari Half Immortal, Earth Immortal, dan Golden Immortal. Dan terakhir tingkatan puncak teratas terdiri dari Immortal Venerable, Immortal King, dan Immortal Emperor.
Kultivator sendiri sebenarnya ada dua, yakni kultivator Qi (Tenaga Dalam), dan kultivator fisik. Meskipun ada dua, saat ini aku lebih berfokus pada kultivator Qi. Sebab aku ingin memperdalam kekuatan tenaga dalam ku agar semua kemampuan yang ku miliki di kehidupan sebelumnya bisa ku gunakan dengan baik dan leluasa. Selain itu aku juga berpikir untuk mengajak kaisar Axuan berlatih bersama untuk persiapan festival kekaisaran yang akan di adakan di kerajaan Han tidak lama lagi.
"Mei-mei" panggilan kaisar Axuan menyadarkan ku dari lamunan. Aku dengan cepat lantas menoleh ke jendela kereta di mana kaisar Axuan tengah menyembulkan kepalanya keluar dari jendela kereta.
"Gege sangat berbahaya jika anda melakukan hal itu" teguran ku pada kaisar Axuan.
"Tidak masalah lagian sebentar lagi kita akan memasuki gerbang pertama kerjaan Huang" kata kaisar Axuan yang berhasil membuatku lantas melempar pandangan ke depan.
Seperti perkataan kaisar Axuan. Saat ini kami telah menuruni bukit kerajaan Huang. Dari tempat kami berada gerbang pertama kerajaan Huang terlihat sangat jelas. Hal ini menunjukkan bahwa aku terlalu lama termenung hingga tidak menyadari bahwa sebentar lagi kami akan tiba di kerajaan Huang yang merupakan tempat untuk kami pulang.
Di saat rombongan kerajaan Huang sebentar lagi akan tiba di gerbang pertama kerajaan Huang. Di sisi lain rombongan kerajaan Zhang yang akan melakukan perjalanan pulang ke kerajaan Zhang harus berhenti di sebuah desa kecil yang masih berada di wilayah kerajaan Qing dikarenakan kereta yang di tumpangi permaisuri Zhang Mei tiba-tiba rusak di tengah jalan. Alhasil rombongan kaisar Fei memutuskan berhenti untuk memperbaiki kereta tersebut sebelum melanjutkan perjalanan.
Raut wajah permaisuri Zhang Mei mulai tampak tidak senang, terik matahari hari ini terasa sangat panas dari biasanya. Cuaca yang sangat panas menambah penderitaan permaisuri Zhang Mei yang kesal saat tahu bahwa kereta yang di rusak bawahannya adalah kereta yang akan ia tumpangi sendiri.
Permaisuri Zhang Mei rasanya ingin memaki, menghujat, marah, dan mengeluh saat ini. Hanya saja ia berusaha mati-matian menahan diri karna ingat pesan putra mahkota Yong Ru bahwa ia harus menahan diri dan jangan membuat masalah baru untuk kerajaan Qing. Sejujurnya mendengar pesan putra mahkota Yong Ru membuat permaisuri Zhang Mei tidak suka. Ia sempat berpikir jika saudara laki-lakinya tengah menganggapnya sebagai pembuat keributan dan biang masalah saja.
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)
FantasyMa Axia adalah seorang gadis muda berprofesi sebagai seorang pembunuh profesional di Tiongkok. Ia merupakan pembunuh bayaran terkenal dengan gaji fantastis. Prestasinya dalam menyelesaikan misi begitu akurat dan tepat sehingga ia mendapat julukan se...