Bab 95 - Kemah Yang Dijanjikan (3)

1.2K 163 5
                                    

Setelah mendapatkan persetujuan beberapa hari lalu, maka di sinilah aku berada sekarang. Saat ini aku berada di sebuah hutan luas yang ada di wilayah kerajaan Huang bersama 200 prajurit lebih. Menepati janjiku pada mereka, kami pun mengadakan kemah dengan sistem beregu. Mengingat banyaknya jumlah prajurit kerajaan Huang, kemah yang di adakan pun harus dibagi menjadi beberapa regu.

Akan sangat mustahil bagiku membawa semua prajurit yang telah mencapai angka ribuan. Terlebih kerajaan Huang tidak mungkin tanpa penjagaan. Selain itu aku tidak akan mampu memasakkan makanan sebanyak itu jika memasuki acara barbeque. Aku tentu saja akan mati kelelahan meski saat ini kemampuan yang kumiliki di kehidupanku sebelum sebagai seorang Assassin telah kembali kumiliki.

"Yang mulia apa yang akan kita lakukan setelahnya?" Tanya Feng setelah ia dan para prajurit berhasil mendirikan tenda-tenda.

Pertanyaan Feng berhasil menarik kesadaran ku. Aku lantas mengangkat wajahku dan memandang ke arah depan. Memang benar bahwa saat ini tenda-tenda berhasil di dirikan. Aku pun lantas berkata "Ben Gong inginnya kita langsung beristirahat mengingat perjalanan kita kemari cukup jauh. Namun berdiam diri rasanya akan sangat membosankan. Bagaimana jika kita lomba berburu sembari mencari kayu bakar?" Usul ku yang tentu saja mendapat respon antusias dari para prajurit kerajaan Huang.

"Jika kalian setuju maka sistem permainannya adalah sistem beregu atau berkelompok, jadi kelompok yang paling banyak mendapat hewan buruan akan menjadi pemenang dan tentu saja kelompok yang menang akan mendapatkan hadiah" jelas ku yang semakin membuat para prajurit semakin antusias untuk bermain.

Setelah membagi diri mereka dan membentuk kelompok masing-masing yang terdiri dari 5 hingga 7 orang, para prajurit pun mulai berburu. Di saat para prajurit berburu, aku meminta para pelayan mencari kayu bakar di sekitar kawasan yang kami tempati untuk mendirikan tenda.

"Ahhh!"

Baru saja para pelayan bergegas mencari kayu bakar, sebuah teriakan cukup keras di susul dengan suara kaki yang terdengar berlari kearah tenda yang kami dirikan terdengar. Para pelayan kembali dengan raut wajah pucat dan keringat yang membasahi tubuh mereka.

"Yang mulia, lari!" Teriak salah pelayan mulai menarik ku beranjak dari tempatku kini berpijak.

"Ada apa?" Tanya ku bingung.

"Yang mulia.. hamba mohon untuk anda segera lari sekarang" pintanya nyaris menangis.

"Sekumpulan serigala menuju kearah tenda kita" mendengar teriakan pelayan lain yang kini berusaha menyelamatkan diri berhasil membuat para dayang pun berteriak ketakutan dan mulai bergegas meninggalkan tempat kemah kami.

Pelayan sebelumnya terus menarik ku dan memaksaku untuk menyelamatkan diri. Namun aku masih di tempat dengan sebuah senyuman yang kini menghiasi wajahku.

"Ah, beruntungnya Ben Gong bisa bertemu mereka" gumam ku yang membuat pelayan muda yang sedari tadi berusaha menarik lenganku bingung.

Aku melepaskan tanganku dari pegangan tangan pelayan muda itu. Aku lantas mengambil pedang Xue yang memang saat ini kubawa dengan maksud ingin berlatih. Tampaknya semester tengah mendukung rencana ku untuk belajar dan berkembang. Sebab kedatangan para serigala akan menjadi eksperimen pertamanya menggunakan pedang Xue.

"Yang mulia apa yang anda lakukan?" Tanya pelayan itu berusaha mencegah.

"Diam ditempat mu dan lihatlah apa yang akan Ben Gong lakukan" kataku berjalan menuju kawanan serigala yang saat ini mengintai dan memasang ancang-ancang untuk menyerang.

Raungan serigala yang terdengar menggonggong cukup keras, satu persatu serigala melompat untuk menyerang ku, namun aku dengan cepat mengeluarkan pedang Xue dari sarungnya dan mulai menebas satu persatu serigala yang menyerang ku.

"Ahh.. ini sangat menyenangkan" kataku mulai mengejar balik serigala yang berusaha kabur saat melihat serigala lain yang berusaha menyerang ku mati dengan muda.

"Kau mau kemana? Setelah membuat keributan di kawasan Ben Gong, apakah kau pikir bisa lolos dengan mudah?" Tanyaku masih mengejar kawanan serigala yang berusaha kabur.

"Kalian tidak boleh kabur dengan mudah, sebab Ben Gong akan menjadikan kalian objek eksperimen dari latihan Ben Gong" kataku lantas melempar pedang Xue yang berhasil menusuk punggung salah satu serigala yang kini terpental menabrak pohon pinus. Suara retakan terdengar dan seketika pohon pinus yang di tabrak serigala itu roboh dan berhasil membuatku terdiam untuk sesaat karena bingung.

"Loh. Mengapa pohon pinus itu bisa roboh?" Tanyaku bingung.

"Aku bahkan belum mengerahkan seluruh kekuatanku" kataku menatap kedua tanganku.

Para serigala lainnya berhasil lari dan aku baru menyadari hal tersebut. Dengan raut wajah kesal dan tak lupa sebuah makian yang lolos dari bibir mungilku, aku pun akhirnya menyerah dan memilih menghampiri serigala yang telah mati berkat pedang Xue menancap punggungnya dan tembus hingga dadanya.

Crass

Aku menarik pedang Xue dan mengibaskannya agar cairan darah yang menempel pada pedang Xue lenyap. Setelah memastikan tidak ada lagi mangsa yang akan di jadikan objek latihan, aku memilih untuk mencoba menebang 1 pohon untuk memastikan kekuatanku.

Di sisi lain Feng kembali dengan beberapa prajurit kerajaan Huang yang sedari tadi berburu setelah mendengar suara teriakan yang membuat mereka khawatir. Feng menghampiri salah satu pelayan muda yang saat ini mematung. Pelayan muda itu adalah pelayan yang awalnya meminta putri Axia untuk pergi karena kawanan serigala menyerang mereka. Namun setelah melihat bagaimana putri Axia membasmi serigala itu satu persatu, ia tidak bisa berhenti untuk tidak terkejut.

"Apa yang terjadi?" Tanya Feng yang sama sekali tidak mendapat jawaban.

"Hei. Apakah kau mendengarku?" Tanya Feng lagi mengguncang tubuh pelayan itu agar tersadar.

Pelayan itu akhirnya tersadar, ia lantas menoleh menatap Feng dengan raut wajah bingung. Feng lantas dengan cepat kembali bertanya pada pelayan tersebut dan pelayan itu pun menjelaskan bahwa mereka sempat di serang kawanan serigala hitam dengan ukuran yang besar.

Feng yang mendengar hal itu tentu saja terkejut. Ia dengan cepat menatap tempat kemah mereka untuk memastikan tidak ada yang rusak dan Feng merasa lega ketika ia tidak menemukan adanya kerusakan ataupun kehancuran pada barang-barang bawaan mereka.

Meskipun Feng merasa bersyukur tidak ada yang terluka dan rusak, ia juga merasa bersalah sebab meninggalkan putri Axia, pelayan dan dayang di tempat kemah mereka tanpa penjagaan. Menyadari sosok junjungannya yang tidak ada, Feng lantas bertanya "Di mana yang mulia putri?" Tanya Feng saat tidak menemukan sosok junjungannya.

"Yang mulia putri berada di sana" tunjuk pelayan muda itu yang berhasil membuat Feng menoleh kebelakang.

Dari kejauhan Feng melihat junjungannya tambak memegang sebuah pedang yang tampak bersinar dengan cahaya biru dan merah muda yang tampak sangat cantik. Feng tidak tahu apa yang putri Axia lakukan. Saat ini junjungannya tengah memasang postur tubuh seperti seseorang yang ingin menebang pohon.

Feng lantas tertawa dalam hati, ia pun berkata "Tidak mungkin bukan yang mulia putri ingin menebang pohon besar itu dengan sebuah pedang?" Tanyanya pada diri sendiri.

Feng merasa hal itu mustahil. Namun saat putri Axia mengayungkan pedangnya, 5 buah pohon pinus terpotong dan hal itu membuat mereka sangat terkejut.

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang