Bab 39 - Ancaman Putri Axia (2)

1.9K 214 2
                                    

Mendengar kata 'mati' tentu saja membuat pandai besi marah. Mereka merasa aku hanya mengancam mereka sehingga beberapa pandai besi memberontak dan mengamuk ingin menyerang ku yang saat ini duduk di kursi singgasana.

"APAKAH KAU PIKIR KAMI DATANG KEMARI HANYA UNTUK MATI, HAH?" Teriak pandai besi bertubuh besar.

"Kau sama sekali tidak ingin bekerja pada Ben Gong, kau juga telah mendengar rancangan senjata yang akan Ben Gong buat meski sepenuhnya kalian belum tahu bagaimana detail pembuatannya tetap saja untuk mengantisipasi kebocoran, Ben Gong harus membungkam mu" jawabku santai meski pria bertubuh besar itu terus mulai berlari dan hendak menyerang ku.

"WANITA SIALAN!!" Teriaknya marah.

Belum sempat pria bertubuh besar itu melukaiku, kepala pria bertubuh besar itu telah lepas dari badannya tepat saat Chou baru saja memasukan kembali pedangnya yang berlumuran darah kedalam sarung pedang miliknya.

Melihat kejadian kilat itu semua orang terkejut, beberapa pemuda yang juga berstatus pandai besi bahkan ada yang menjerit. Mereka menatapku dengan tatapan tidak percaya dan juga memberi tatapan takut secara bersamaan.

"Kalian hanya punya 1 pilihan jika ingin selamat. Dan tentu saja kalian tahu apa jawabannya" kataku menatap mereka masih dengan memberi tatapan tajam sembari mengeluarkan aura mengintimidasi yang terasa semakin mencekik semua orang yang berada di aula.

"Saat kalian memasuki istana kerajaan Huang, seharusnya kalian telah sadar telah masuki tempat yang paling mengerikan" jedaku.

"Penampilan luar memang tampak mengiurkan bahkan banyak yang berpendapat hidup di istana itu enak. Faktanya di balik kemewahan yang kalian lihat, banyak darah, keringat, tangis, dan jeritan yang ada di sini. Kehidupan di istana tidaklah sebaik kehidupan sehari-hari kalian yang biasa tapi sering kalian keluhkan".

"Ketika kalian masuk di sini, kalian harus sadar bahwa taruhan yang kalian berikan adalah nyawa" tambahku.

Semua pandai besi yang mendengar perkataan ku lantas merasa semakin takut dan mulai muncul penyesalan dalam diri mereka. Mereka pikir hidup mereka akan meningkat ketika mulai bekerja di istana membantu proses persiapan perang. Ketentraman dan kekayaan yang mereka bayangkan pun musnah ketika melihat bagaimana sadis dan kejinya penguasa menggunakan kekuasaannya dengan mudah untuk melenyapkan mereka.

Saat ini sangat tampak terlihat jika mereka seakan-akan berdiri di telapak tangan putri Axia. Mereka jelas akan dengan mudah dikendalikan karna kekuasaan yang putri Axia miliki begitu kuat mendukung segala keegoisannya saat ini.

Sangat sulit di percaya, sosok gadis cantik yang dikatakan lemah, pesakitan dan di juluki sebagai sampah masyarakat itu kini tengah menggenggam mereka dengan mudah. Kecerdasan dan kelicikan yang di tunjukkan berhasil menepis segara persepsi buruk mengenai dirinya.

Tidak ada pilihan lain yang dapat mereka lakukan saat ini selain menerima pekerjaan dan peraturan yang di tetapkan putri Huang Axia dari kerajaan Huang. Dengan perasaan takut dan marah yang bercampur menjadi satu, mereka pun menandatangani kontrak darah dengar terpaksa.

Setelah semua menandatangani kontrak, para prajurit khusus kerajaan Huang pun membimbing mereka dan mengantar mereka ke tempat produksi persenjataan yang akan di buat. Sebelumnya aku sudah meminta pada kaisar Axuan bahwa pembuatan senjata akan di buat di kerajaan Huang terdahulu. Sebab tempat yang cocok membuat senjata baru tanpa adanya kebocoran bagusnya di buat di tempat tertutup dengan keamanan tinggi seperti kerajaan Huang terdahulu.

Selepas kepergian semua pandai besi, kaisar Axuan yang baru saja datang bersama Lian. Lian adalah seorang pemuda tampan yang juga merupakan salah satu prajurit khusus kerajaan Huang yang saat ini menggantikan posisi Chou karna Chou di tugaskan sementara padaku.

Kaisar Axuan tampaknya baru saja pulang dari pengadilan dan memutuskan untuk singgah dan memantau pekerjaan saudarinya. Ia lantas melihat mayat yang tergeletak di lantai dengan kepala yang terlepas dari tubuhnya. Kaisar Axuan hanya bergidik ngeri pasalnya ia sadar jika saudari perempuannya yang asli tidak akan melakukan hal keji seperti yang sedang kulakukan pasalnya bahkan untuk memberi hukuman pun, putri Huang Axia yang asli sungguh tidak berdaya.

"Tampaknya kau sedikit berlebihan, mei-mei" kata kaisar Axuan menghampiriku.

"Aku hanya memberi ancaman. Salah pria itu sendiri karna ingin menyerang ku" belaku pada diri sendiri.

"Aku bahkan tidak meminta Chou untuk membunuhnya, Chou sendiri yang bergerak secara refleks menebasnya" mendengar tambahan jawabanku tentu saja Chou terkejut. Ia tak menyangkan bahwa aku akan melimpahkan semua kesalahanku padanya padahal kenyataannya aku sendiri meminta Chou untuk membunuhnya sebelum sampai padaku.

"Yang mulia mengapa ada membuang kesalahan anda padaku?" Tanya Chou tidak terima.

"Bukannya memang seperti itu?" Tanyaku balik yang tentu saja membuat Chou dengan kesal menjawab tidak.

"Mengapa kau melakukan itu mei-mei?" Tanya kaisar Axuan yang tahu jika akulah dalang dari kekejian yang tengah ia lihat saat ini.

"Tentu saja untuk melindungi diri" jawabku.

"Hanya itu saja?" Tanya kaisar Axuan dengan tatapan memincing curiga.

Kaisar Axuan yang tahu bahwa di aku adalah seorang Assassin yang tengah terperangkap pada raga saudari perempuannya karna ritual terlarang yang ia lakukan membuat ku hanya bisa mendesah pasrah.

"Selain itu aku ingin memberi rasa takut dan trauma dari apa yang mereka saksikan sehingga kedepannya mereka tidak akan memiliki niat sedikit pun untuk berkhianat" jawabku.

"Tapi perbuatan yang kau lakukan hanya akan membuat mereka membencimu mei-mei" kata kaisar Axuan mengingatkan.

"Aku tidak peduli Gege, bukankah sejak awal mereka telah salah menilaiku? Lantas apa yang harus ku khawatirkan? Aku telah biasa di benci mereka karna julukan sampah masyarakat serta benalu kerajaan Huang yang ku sandang" balasku yang membuat kaisar Axuan tak bisa berkata-kata.

"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanya kaisar Axuan

"Tentu saja beristirahat Gege. Hari ini aku sangat lelah. Aku butuh tenaga sebelum menyambut hari esok yang akan lebih sibuk dari hari-hari lainnya" jawabku.

"Hamba memohon undur diri yang mulia" kata pamit tak lupa menunduk hormat pada saudara sekaligus penguasa kerajaan Huang.

Chou pun ikut menunduk dan hendak pergi, namun kaisar Axuan menahan lengannya sehingga langkah Chou terhenti. Chou lantas berbalik dan menghadap kaisar Axuan sembari bertanya "Yang mulia ada apa?" Tanyanya.

"Pastikan kalian terus menjaga mei-mei. Zhen takut para pandai besi memiliki dendam padanya. Sehingga selama proses pembuatan senjata dan  perlengkapan perang lainnya mereka berniat mencelakai mei-mei" kata kaisar Axuan khawatir.

"Kami akan selalu menjaga yang mulia putri selama proses pembuatan meriam. Anda tidak perlu khawatir yang mulia" jawab Chou yang sama sekali tidak membantu kaisar Axuan merasa tenang. Entah mengapa kaisar Axuan merasa gelisah menyambut hari esok.

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang