Bab 93 - Kemah Yang Dijanjikan (1)

1.5K 192 7
                                    

Setelah di sibukkan dengan penyerangan kerajaan Yong, hingga kedatangan rombongan kerajaan Zamrud yang meminta pertolongan setelah mendapat penyerangan dari kerajaan Yong, aku akhirnya bisa beristirahat dengan lega di kediamanku.

Awalnya aku berfikir kaisar Axuan akan mengizinkanku untuk beristirahat sejenak setelah apa yang aku lalui selama beberapa hari terakhir. Nyatanya saudara laki-laki ku itu benar-benar berdarah dingin, ia mendatangi kediamanku sembari membawa pekerjaan yang seharusnya merupakan pekerjaan ibu negara kerajaan Huang.

"Mei-mei kerjakan pekerjaanmu" perintah kaisar Axuan meletakkan tumpukan dokumen di susul Feng yang ikut meletakkan tumpukan dokumen di atas meja bundar yang ada di tengah ruangan kamarku.

"Gege tidak bisakah kau membiarkan aku tenang dan beristirahat sejenak?" Tanyaku pada kaisar Axuan yang membalas pertanyaan ku dengan gelengan.

"Aku baru saja kembali dari perbatasan kota nelayan, sebelumnya setelah pulang dari kerajaan Qing, aku langsung turun untuk membuat strategi pertahanan terhadap penyelenggaraan kerajaan Yong. Dimana belas kasihmu sebagai seorang Gege? Mei-mei mu butuh istirahat. Mengapa Gege begitu kejam padaku?" Tanyaku mulai mengeluarkan keluh kesah ku.

"Gege tahu kamu capek, hanya saja jika kau terus menundanya pekerjaanmu akan semakin menumpuk. Ingatlah bahwa kau sebelumnya pernah menjanjikan liburan berkemah pada seluruh prajurit. Kau mengatakan akan mengajak mereka setelah peperangan usai" kata kaisar Axuan mengingatkan.

Mendengar perkataan kaisar Axuan, aku pun teringat dengan janji yang pernah aku katakan pada para prajurit saat kami latihan lari pagi. Tak ingin mengingkari janji, aku pun dengan berat hati beranjak bangun dari peraduanku. Dengan lemas aku berjalan menuju meja yang ada di tengah-tengah ruangan kamarku, Feng yang menyadari bahwa aku akan bekerja dengan perasaan enggan pun mulai menarik satu kursi dan mempersilahkan aku untuk duduk.

Setelah duduk, aku pun mengambil satu dokumen dan membacanya. Seharunya pekerjaan ini dilakukan oleh seorang permaisuri. Mengurus pemerintah bagian dalam istana adalah tugas permaisuri, mengatur tata tertib, keuangan, serta mengurus segala kebutuhan dan keperluan di dalam istana adalah tugas seorang istri dari kaisar. Hanya saja saat ini posisi permaisuri di kerajaan Huang masih kosong, sehingga semua tugas yang seharusnya dikerjakan seorang permaisuri harus di limpahkan kepada ibu suri atau putri kerajaan.

"Gege segeralah menikah agar pekerjaan ku sedikit ringan" pintaku pada kaisar Axuan dengan suara memelas.

"Belum saatnya" jawab kaisar Axuan.

"Sampai kapan Gege akan menundanya? Apakah sampai ada orang yang ingin melakukan kudeta padamu, Gege?" Tanyaku nyaris berteriak.

Terlalu kelelahan membuatku tak mampu mengontrol emosiku dengan baik. Terlebih pekerjaan yang begitu banyak di depan mataku semakin membuatku merasa muak dan kesal. Kaisar Axuan yang tahu suasana hatiku sedang buruk lantas meminta Feng agar memerintahkan dayang Rong untuk membuatkan makan siang dan cemilan kesukaanku.

Kaisar Axuan mendesah pelan sebelum mengalihkan pandangannya padaku, ia lalu berkata "Mei-mei dengarkan Gege" katanya menarik perhatianku.

"Perihal memilih jodoh dan pendamping hidup itu tidaklah muda. Selain karena para calon permaisuri harus melalui seleksi mengikuti peraturan kerajaan, mereka juga harus melewati ujian dariku sendiri. Kau tahu, bukan karena kosongnya kursi permaisuri ataupun pewaris kerajaan aku harus lantas segera menikah hanya karena desakan banyak orang. Aku akan menikah setelah aku siap. Siap membagi waktu dengan pekerjaan dan keluarga, siap secara fisik dan batin, dan siap dalam segala hal" kata kaisar Axuan mengjeda.

"Perihal nikah bukan karena faktor desakan, tapi karena faktor keinginan dan keyakinan kamu bahwa kamu telah mampu bertanggung jawab atas orang lain yang diamanahkan keluarganya untuk dijaga, disayangi, dan di cinta. Menikah hanya satu kali dan Gege tidak ingin salah memilih. Meskipun kelak aku akan memiliki banyak selir dan banyak penerus, aku ingin kasih sayangku merata, aku ingin mereka bisa bahagia bersamaku dan saling melengkapi satu sama lain. Cukup kita berdua saja yang rasakan bagaimana asingnya mendiang ayahanda, cukup kita berdua saja yang rasakan bagaimana kita tumbuh tanpa adanya kasih sayang dari kedua orang tua" tambah kaisar Axuan begitu menohok.

"Sudahlah tampaknya aku salah memaksa Gege untuk menikah hanya karena aku ingin pekerjaanku sedikit ringan" kataku tak lupa meminta maaf.

"Lakukan apa yang Gege yakini. Aku harap aku mampu, aku kuat, aku sehat sehingga masih bisa membantu mengisi kekosongan permaisuri di kerjaan Huang hingga Gege menemukan gadis yang tepat dan bertanggung jawab" tambahku yang membuat kaisar Axuan tersenyum.

"Jika begitu, mohon kerjasamanya mei-mei" kata kaisar Axuan tampak senang.

Aku tidak tahu hal apa yang membuat saudara laki-laki ku itu senang. Aku hanya membalas perkataan kaisar Axuan dengan anggukan dan kembali melanjutkan pekerjaan ku dengan khidmat.

Setelah beristirahat untuk makan siang dengan semua makanan kesukaanku yang berhasil mengembalikan semangatku, aku kembali melanjutkan pekerjaan ku ditemani kaisar Axuan yang juga mengerjakan pekerjaannya bersamaku.

"Gege aku penasaran, mengapa Gege lebih memilih mengerjakan pekerjaan Gege di sini ketimbang di ruang kerja Gege yang luas dan besar?" Tanyaku penasaran pada kaisar Axuan.

"Bekerja sendirian terasa sangat membosankan" jawab kaisar Axuan.

"Apakah kau merasa tidak nyaman dengan kehadiran gegemu ini?" Tanya kaisar Axuan.

Aku lantas menggeleng "huum".

"Aku hanya penasaran makanya bertanya hal itu" jawabku.

"Oh iya. Gege kapan aku bisa mengadakan kemah bersama para prajurit?" Tanyaku pada kaisar Axuan.

"Mungkin setelah pekerjaanmu selesai" jawab kaisar Axuan.

"Benarkah?" Tanyaku tampak berbinar.

"Iya" jawab kaisar Axuan dengan sabar.

"Jika kalian berkemah nanti, apa yang akan kalian lakukan?" Tanya kaisar Axuan penasaran.

"Akan sangat sulit mengajak semua prajurit untuk langsung ikut berkemah. Mungkin aku akan membagi jadwal sehingga semua prajurit bisa merasakannya" kataku mengawali penjelasan ku.

"Hal yang ingin ku lakukan saat kami berkemah nanti tentu saja tidur di alam terbuka, menyalakan api unggun, lomba berburu dan menangkap ikan, terakhir kita akan Barbeque" tambah ku menjawab pertanyaan kaisar Axuan.

"Barbiku?" Tanya kaisar Axuan bingung.

"Bar-be-que, Barbeque Gege" kataku mengajari kaisar Axuan yang melakukan kesalahan penyebutan nama.

"Ya itu. Apa itu Bar-be-que?" Tanya kaisar Axuan

"Barbeque adalah istilah yang merujuk baik terhadap teknik memasak panggang ataupun peralatan memanggang secara khusus" jawabku yang semakin membuat kaisar Axuan mengernyit bingung.

"Singkatnya setelah lomba berburu, hewan buruan akan kami panggang dan makan bersama. Nanti aku akan mengajari para prajurit cara memanggang dari dunia asal ku" jelas ku secara singkat.

Mendengar jawabanku, kaisar Axuan lantas terkejut. Ia lalu bertanya "Mei-mei kau bisa memasak?" Tanya kaisar Axuan yang tentu saja ku angguki sebagai jawaban.

Kaisar Axuan tidak bisa percaya hal itu, ia berpikir saudari perempuannya tidak bisa memasak. Namun tampaknya ia salah. Dalam bayangan kaisar Axuan, seorang assassin di masa depan hanya tahu membunuh, berbahasa asing dan menyamar. Nyatanya apa yang ia bayangkan melenceng jauh. Sebab saudari perempuannya bisa apapun.

"Katakan pada Gege apa yang tidak kau bisa? Dengan kau mengatakan 1 kelemahan, setidaknya hal itu mungkin bisa menghilangkan perasaan takut dan ngeri yang aku rasakan atas bakat dan kemampuan yang kau miliki" tanya kaisar Axuan mulai pucat.

"Mungkin aku lemah di percintaan" balasku yang membuat kaisar Axuan melongok.

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang