Bab 43 - Menghilang (2)

1.8K 233 3
                                    

"Lekas jawab Chou, bagaimana saudari Zhen bisa hilang!" Perintah kaisar Axuan yang mulai terlihat kesal.

Dengan cepat Chou mengangguk dan mulai menceritakan awal mereka datang kemari hingga Chou menjelaskan bagaimana putri Axia memberi pengarahan dan penjelasan mengenai proses pembuatan meriam beberapa waktu lalu.

"Saat kami hendak menuju lapangan latihan prajurit khusus untuk memulai membuat cetakan berbentuk tabung untuk badan meriam, tiba-tiba angin kencang berhembus dari arah kuil Puji. Angin itu begitu kencang sehingga pandangan kami terhalangi oleh debu dan kotoran. Saat angin kencang berhenti, yang mulia putri Axia telah menghilang" jawab Chou.

"Apakah kau sudah memeriksa semua pandai besi?" Tanya kaisar Axuan yang curiga jika ada beberapa pandai besi yang masih menaruh dendam pada sikap saudarinya kemarin sehingga mereka memanfaatkan kejadian angin kencang untuk menculik saudarinya.

"Menjawab yang mulia kaisar, kami telah memeriksa para pandai besi namun mereka memang tidak melihat keberadaan yang mulia putri karna pandangan mereka juga terhalang oleh debu dan kotoran. Selain itu jumlah pandai besi sama sekali tidak berkurang" jawab Chou.

"Apakah kau yakin telah memeriksa semuanya?" Tanya kaisar Axuan yang di balas anggukan oleh Chou.

"Hamba sangat yakin yang mulia" jawab Chou.

Kaisar Axuan lantas mengacak rambutnya frustasi. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Tanpa saudarinya pembuatan meriam tidak akan berjalan. Di sisi lain waktu mereka semakin berkurang mengingat pernikahan kaisar Fai dan putri Qing Mei hanya tinggal 1 bulan 10 hari lagi.

"Yang mulia apa yang harus kita lakukan sekarang?" Pertanyaan Chou membuat kaisar Axuan menatapnya sejenak sebelum ia kembali menatap kedua sepatunya sembari berpikir keras.

' Jika aku adalah mei-mei, maka langkah apa yang akan kulakukan?' batin kaisar Axuan.

Seketika kaisar Axuan seakan-akan menemukan jawaban. Sebelumnya Chou mengatakan jika saudarinya telah menjelaskan bagaimana cara membuat meriam, seingatnya penjelasan putri Axia sangat mudah di pahami sama seperti saat ia memberi saran skenario 1,2 dan 3 untuk memusnahkan pejabat Wong dari kerajaan Qing. Sedikit banyak pasti ada beberapa pandai besi yang paham penjelasan putri Axia sehingga pembuatan meriam tidak perlu di tunda. Sembari mereka tetap bekerja, sebagian prajurit khusus akan mencari putri Axia kembali.

"Cari tahu berapa banyak pandai besi yang paham mengenai penjelasan mei-mei beberapa waktu lalu. Jika jumlah mereka banyak, proses pembuatan senjata meriam tetap di lakukan sembari di sisi lain kita juga mencari mei-mei" putus kaisar Axuan yang dengan cepat di laksanakan Chou.

Chou dengan cepat mengumpulkan para pandai besi dan mulai menanyakan berapa banyak yang paham mengenai pembuatan meriam. Disaat Chou sibuk bertanya, di sisi lain kaisar Axuan hanya mampu berdoa agar putri Axia baik-baik saja di manapun ia berada.

"Yang mulia, hampir semua pandai besi paham penjelasan yang mulia putri. Terlebih mereka mengatakan panduan langkah-langkah pembuatan meriam sangat detail sehingga mereka mungkin bisa membuatnya kapan saja" kata Chou setelah kembali.

"Jika seperti itu arahkan para pandai besi untuk mulai bekerja. Sembari mereka bekerja, para prajurit khusus juga mencari mei-mei" perintah kaisar Axuan.

"Baik yang mulia" kata Chou lantas segera mengarahkan para pandai besi untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju lapangan latihan yang akan di jadikan tempat mereka untuk bekerja mulai hari ini.

Setelah kepergian Chou, kaisar Axuan mulai bersugesti pada diri sendiri bahwa apa yang ia lakukan saat ini benar. Ia telah mengambil langkah yang tepat. Ia tahu putri Axia juga akan mengambil langkah yang sama seperti yang ia lakukan mengingat waktu mereka yang kian sempit.

"Mei-mei ketika kau kembali, kau pasti tidak akan kecewa. Maka dari itu bersabarlah, Gege akan mencari mu" kata kaisar Axuan menatap langit-langit gua.

Di saat kaisar Axuan terus melanjutkan pembuatan meriam, di sisi lain aku menyerah berteriak meminta tolong. Sebab aku merasa apa yang kulakukan adalah kesia-siaan. Sebanyak apapun aku berteriak, tidak ada satupun prajurit khusus yang tampak sibuk mencari keberadaan ku mendengar teriakan ku.

Ruangan yang ku tempati mulai menggelap, aku memutuskan untuk duduk di bawa cawan yang ada di tengah ruangan karna hanya di sana tempat satu-satunya yang tampak terang karna cahaya yang masuk dari langit-langit bangunan melalui lubang dengan ukiran Yin dan Yang.

"Sampai kapan aku berada di sini? Aku sudah sangat lapar mengingat sejak pulang berolahraga dengan para prajurit militer kerajaan Huang, aku belum sempat makan" kataku sedih.

"Mengapa Gege dan para prajurit khusus kerajaan Huang sangat lama? Aku ingin keluar!" Keluhku mulai duduk jongkok di bawa cawan.

"Kurasa aku harus minum air dari cawan untuk mengganjal rasa lapar ku" kataku bangkit berdiri dan mulai minum dari mata air cawan menggunakan kedua tangan.

Air yang terasa segar dan dingin membasahi tenggorokan. Selain rasa dingin dan segar, aku juga merasakan rasa manis pada air yang ku minum. Tanpa sadar aku terus mengambil dan meminum air dari cawan hingga perutku rasanya kembung dan ingin meledak.

Rasa lapar yang kurasakan kini tergantikan dengan rasa sakit dan sesak. Terlalu banyak minum membuatku harus merasakan perut yang terasa sakit. Tak tahan dengan rasa sakit yang kurasakan, aku memutuskan tidur di lantai seraya berharap sakit perutku segera menghilang.

Saat aku terlelap, samar-samar aku mendengar percakapan dua orang yang ku tebak seorang gadis dan seorang pemuda. Suara mereka sangat pelan, namun masih terdengar jelas di pendengar ku karena mungkin jarak dua orang tersebut dekat denganku.

"Xue mengapa kau memanggilku?" Tanya Hong pemuda tampan berpakaian serba merah yang saat ini mendekati gadis cantik dengan pakaian yang di dominasi warna putih.

"Apa yang kau lihat pada gadis muda itu?" Tangan Xue.

Hong dan Xue adalah pedang legendaris milik leluhur kerajaan Huang, bentuk asli mereka adalah pedang namun kekuatan sihir yang mereka miliki membuat mereka mampu berubah wujud menjadi apa yang mereka inginkan.

"Apa yang kau lakukan? Gadis itu adalah saudari kaisar Axuan. Tuan ku sedang mencarinya!" Gertak Hong.

"Aku tidak peduli. Kau hanya perlu menjawab pertanyaanku barusan" balas Xue acuh.

"Pertanyaan apa yang kau maksud?" Dengus Hong.

"Bagaimana pendapatmu mengenai saudari kaisar Axuan?" Tanya Xue.

Hong yang mendapat pertanyaan itu lantas mengamati tubuh Putri Axia yang saat ini memunggungi mereka berdua. Hong cukup terkejut saat melihat aliran energi pada tubuh Putri Axia yang begitu besar.

"Apa ini?" Tanya Hong menatap Xue.

"Mengapa kau bertanya padaku. Seharusnya kau lebih tahu ini mengingat kau sudah bersama kaisar Axuan cukup lama" balas Xue sedikit kesal dengan pertanyaan Hong yang seakan-akan menunjukkan bahwa ini adalah kali pertamanya ia juga melihat energi yang di keluarkan putri Axia.

"Aku memang sudah cukup lama bersama kaisar Axuan, tapi ini juga merupakan kali pertama aku melihat aliran energi sebesar dan sederas ini" jawab Hong yang terus melihat aliran energi berwarna biru yang mengalir deras pada tubuh Putri Axia.

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang