Bab 18 - Pencarian Kerajaan Qing (1)

2.9K 300 1
                                    

Tiga hari telah berlalu namun utusan kerajaan Qing yang telah datang menyampaikan undangan pertunangan putri Qing Mei dan kaisar Fei tak kunjung datang. Seharusnya utusan kerajaan Qing telah sampai ke kerajaan Qing kemarin, namun hingga saat ini pejabat Wong dan rombongannya belum menampakkan diri dan melaporkan bahwa ia telah menyelesaikan tugasnya.

Istri pejabat Wong terus saja menanyakan kepulangan suaminya melalui putri Qing Mei yang tampak mulai kelelahan menjawab pertanyaan istri pejabat Wong yang tampak begitu mengkhawatirkan suaminya, terlebih saat ini istri pejabat Wong tengah hamil tua dan memasuki bulan kelahiran.

"Ayahanda apakah belum ada kabar pejabat Wong akan pulang?" Tanya putri Qing Mei yang baru saja memasuki ruangan kerja kaisar Qing Wei.

"Terakhir kali ia memberi kabar Zhen melalui surat jika ia akan pulang melalui rute tercepat, yakni melewati bukit Utara kerajaan Huang. Bukankah saat itu Mei'er dan Yong Ru bersama Zhen membaca surat yang ia kirimkan?" Jawab kaisar Wei.

Putri Qing Mei lantas mendesah, ia lalu mengatakan "Hamba tahu ayahanda, hanya saja hamba butuh jawaban pasti kapan kepulangannya. Hamba lelah terus di tanya nyonya Wong mengenai suaminya yang tak kunjung pulang. Berulang kali hamba mengatakan jika dalam surat yang pejabat Wong kirim, ia akan pulang melalui rute tercepat. Namun nyonya Wong terus saja mendesak dan mengatakan jika harusnya suaminya telah pulang" balas putri Qing Mei yang kini tak mampu menahan kekesalannya.

Baru saja putri Qing Mei mengutarakan keluh kesahnya, seorang kasim muda memasuki ruang kerja kaisar Wei dan melaporkan jika nyonya Wong yang merupakan istri dari pejabat Wong ingin bertemu dengan kaisar Qing Wei.

"Mohon maaf atas kelancangan hamba menengahi perbincangan yang mulia kaisar dan yang mulia putri, hamba kemari ingin melaporkan bahwa Nyonya Wong ingin bertemu dengan anda yang mulia" lapornya.

"Lihatlah, setelah lelah bertanya padaku, sekarang nyonya Wong mendatangi ayahanda" kata putri Qing Mei dengan nada suara yang terdengar lelah.

"Pulang dan beristirahatlah Mei'er, biar Zhen yang mengurus nyonya Wong" perintah kaisar Wei yang langsung di patuhi putri Qing Mei.

Selepas kepergian putrinya, kaisar Wei meminta kasim untuk membiarkan nyonya Wong bertemu dengannya di ruang tamu. Ruang tamu istana utama bagian dalam kerajaan Qing sama seperti aula utama kerajaan Qing, hanya saja ukurannya lebih kecil. Kursi yang paling atas terdapat singgasana, di bagian bawah terdapat kursi kayu ukiran rumit dengan bantalan empuk yang saling berhadapan.

"Nyonya Wong telah tiba".

Pengumuman kedatangan istri perdana mentri Wong pun di kumandangkan, pintu yang awalnya tertutup rapat kini perlahan terbuka dan memperlihatkan sosok wanita berbalut pakaian sutra kualitas terbaik berwarna cerah. Wanita dengan perut besar itupun memasuki ruang tamu kerajaan Qing dengan susah payah. Perutnya yang kian besar membuatnya harus memegang pinggangnya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya terus mengusap perut buncitnya.

"Hormat hamba pada yang mulia kaisar" kata nyonya Wong yang hanya membungkukkan kepalanya mengingat ia tengah hamil besar sehingga tidak mampu membungkuk 90 derajat.

"Bangunlah nyonya Wong" perintah kaisar Wong yang dengan cepat di patuhi nyonya Wong.

Setelah berdiri tegak, Nyonya Wong pun hendak mengutarakan kegundahannya. Namun kaisar Qing Wei lebih dulu menyela dengan menyuruh nyonya Wong duduk terlebih dahulu agar perbincangan mereka lebih nyaman. Sayang nyonya Wong menolak dan mulai melanjutkan kalimatnya yang sempat tertahan.

"Hamba tidak ingin di sini terlalu lama yang mulia kaisar, mohon maaf atas kelancangan hamba" kata nyonya Wong meminta maaf.

"Tidak masalah, lanjutkan apa yang ingin kau katakan" kata kaisar Qing.

"Hamba mendengar suami hamba telah berada di perjalanan pulang mengambil rute tercepat. Namun mengapa hingga sampai saat ini ia tak kunjung menampakan dirinya?" Tanya nyonya Wong mulai menanyakan keberadaan pejabat Wong.

"Hamba sebentar lagi melahirkan yang mulia, hamba khawatir pejabat Wong tak kunjung datang di saat saya melahirkan" tambah nyonya Wong mengutarakan kekhawatirannya.

"Zhen tahu kau sangat khawatir mengenai pejabat Wong. Kami juga di sini mengalami hal yang sama dan saat ini tengah mengupayakan mencari kabar keberadaan pejabat Wong" kata kaisar Qing mulai memberi pengertian pada nyonya Wong seraya berharap wanita yang tengah hamil tua itu bisa sedikit tenang.

"Zhen janji akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan pejabat Wong. Zhen bahkan telah mengirim surat pada kaisar Axuan. Saat suratnya telah sampai, Zhen akan mengabari nyonya Wong secepatnya" tutup kaisar Qing yang di angguki nyonya Wong.

Setelah memberi janji untuk mencari mentri Wong, pada akhirnya nyonya Wong bisa pulang dengan sedikit perasaan lega. Kaisar Qing mendesah, wajar saja putrinya Qing Mei merasa lelah menghadapi nyonya Wong yang sedikit keras kepala dengan suasana hati yang sulit di tebak.

Kaisar Qing lantas segera memerintahkan bawahannya untuk kembali mengirim surat pada kaisar Axuan. Ia butuh jawaban yang cepat sehingga nyonya Wong tak kunjung mengganggunya. Alhasil kaisar Qing memutuskan mengirim surat dengan bantuan burung elang. Biasanya mengirim surat melalui burung elang hanya di gunakan di saat penting dan mendesak saja. Namun kali ini kaisar Qing harus menggunakannya bagaimana pun ia tak ingin pekerjaannya dan hari-hari tenang putrinya terus di ganggu oleh keberadaan nyonya Wong yang terus mempertanyakan keberadaan suaminya.

*****

Di sisi lain kaisar Axuan baru saja mendapat laporan jika kaisar Qing mengirim surat darurat. Awalnya kaisar Axuan mengernyit bingung mengingat tidak ada hal mendesak yang harus membuat kaisar Qing mengiriminya surat penting melalui burung elang.

Namun saat kaisar Axuan mengingat bahwa mereka telah menghabisi pejabat Wong untuk menutup mulutnya. Kaisar Axuan berpikir bahwa mungkin surat penting itu tentang pejabat Wong yang tak kunjung pulang.

"Gege ada apa?" Tanya Axia yang baru saja datang dan melihat kaisar Axuan tampak berpikir keras.

"Tidak ada mei-mei. Zhen hanya mendapat surat dari kaisar Qing. Tampaknya mereka sedang mulai khawatir tentang keberadaan pejabat Wong" jawab kaisar Axuan.

"Apa yang perlu Gege khawatirkan. Kita telah melenyapkan pejabat Wong tanpa meninggalkan jejak dan bukti sedikit pun. Anda hanya perlu membalasnya dan mengatakan bahwa pejabat Wong hanya tinggal semalam di sini dan keesokan harinya ia pergi bersama rombongan melalui rute tercepat sesuai perintah kaisar Qing" balas Axia yang di angguki kaisar Axuan.

"Zhen akan membalas surat kaisar Qing sama seperti yang mei-mei katakan" kata kaisar Axuan mulai memerintahkan kasim untuk mengambilkan kertas dan alat tulis.

Setelah menulis balasan surat untuk kaisar Qing, kaisar Axuan lantas memerintahkan Kasim untuk mengirim surat tersebut melalui prajurit penjaga benteng kerajaan Huang juga menggunakan burung elang agar surat tersebut segera sampai.

"Zhen yakin, kaisar Qing semakin pusing setelah mendapat jawaban dari kita" kata kaisar Axuan setelah Kasim yang ia perintah pergi.

.
.
.

Senin, 23 Mei 2022

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang