Hari mulai beranjak sore namun para penghuni kerajaan Huang masih sibuk mengurus persiapan keberangkatan rombongan kerajaan Huang. Padahal hanya akan berada di kerajaan Qing selama beberapa hari, tetapi persiapan yang di butuhkan sangat banyak.
Di saat kami mulai membuat persiapan keberangkatan, kerajaan Huang juga membuat persiapan untuk perang. Saat ini aku tengah memantau pekerjaan para pandai besi yang mulai membuat kaki atau roda pada meriam agar memudahkan pemindahan meriam.
Aku baru saja menjelaskan cara membuat bagian kaki atau roda pada meriam, dan sekarang para pandai besi mulai membuatnya. Hari ini aku meminta para pandai besi untuk bekerja lembur mengingat waktu kami kian menipis. Aku berharap besok beberapa meriam telah memiliki roda sehingga meriam yang pertama selesai bisa di gunakan untuk praktek pelatihan.
Aku takut jika penyerangan kerajaan Yong terjadi saat aku dan kaisar Axuan tengah berada di kerajaan Qing. Maka dari itu aku ingin membuat para prajurit kerajaan Huang mendapat ilmu dan pembelajaran tentang bagaimana menggunakan meriam tersebut. Aku ingin mereka telah siap baik fisik, mental dan fasilitas senjata yang mendukung dengan harapan mampu mengurangi banyaknya korban jiwa dan korban yang terluka.
"Yang mulia, para prajurit kerajaan Huang telah berkumpul di halaman latihan kerajaan Huang" lapor Chou yang sebelumnya ku minta untuk mengumpulkan para prajurit kerajaan Huang untuk melatih mereka di lapangan latihan kerajaan Huang yang sekarang.
"Kerja yang bagus Chou" pujiku.
"Ben Gong akan melatih mereka, tolong awasi pekerjaan para pandai besi. Jika ada masalah lekas laporkan pada Ben Gong" kataku lantas bergegas pergi.
Chou tentu saja bingung dengan kata 'melatih' yang sempat putri Axia sebutkan. Ia tahu putri Axia telah belajar kultivasi dan mencapai tahap Ensoulment sebagai kultivator muda. Hal itu bisa di lihat seberapa kuatnya tenaga yang putri Axis miliki kemarin saat ia memukulnya bersama dengan Feng.
"Hanya saja melatih ribuan prajurit, apakah putri Axia sanggup?" Batin Chou bertanya-tanya.
Ensoulment merupakan Kultivator tingkat menengah, itu tentu saja tingkatan yang bisa di bilang tinggi. Namun meskipun telah mencapai Ensoulment bukan berarti putri Axis bisa mengajari mereka semua. Meski putri Axia memiliki pedang Xue sekali pun, itu hanya akan membebankan tubuhnya.
"Selain itu, apakah putri Axia bisa bela diri dan menggunakan pedang?" Batin Chou bertanya-tanya.
Selama ia mengabdi di kerajaan Huang, ia dan semua penghuni kerajaan Huang tidak pernah memegang pedang. Kondisinya yang lemah membuatnya tidak dibekali pembelajaran bela diri dan pedang. Setiap kali putri Axia melakukan pekerjaan yang berat, keesokan harinya ia akan jatuh sakit. Hal inilah yang membuat kaisar terdahulu tidak membekali putri Axia yang merupakan putri kandungnya pengetahuan mengenai bela diri dan seni bermain pedang.
"Sial aku penasaran!" Rutuk Chou.
Di saat Chou merasa penasaran ingin melihat proses latihan para prajurit kerajaan Huang, di sisi lain aku menatap ribuan kepala para prajurit kerajaan Huang yang tengah berbaris rapi di lapangan latihan yang ada di belakang istana bagian dalam.
"Baiklah Ben Gong mengumpulkan kalian untuk berlatih pedang bersama. Ben Gong berharap kalian berlatih dengan serius. Tapi sebelum itu Ben Gong ingin kalian para prajurit kerajaan membuat regu. Setiap regu terdiri atas 100 orang" teriak ku menggunakan pengeras suara yang di buatkan oleh salah satu pandai besi menggunakan besi ringan yang dibentuk kerucut.
Teriakan ku melalui pengeras suara tersebut mampu di dengar para prajurit kerajaan sebab saat ini aku berteriak di atas menara pengawas pintu keluar belakang.
"Setelah membagi regu, kalian harus pemanasan dan berlatih pedang bersama sebelum setiap regu maju melawan Ben Gong satu persatu" teriak ku lagi.
Mendengar penjelasan terakhirku, tentu saja 2000 prajurit kerajaan Huang terkejut. Mereka saling tatap seraya memastikan pendengaran mereka tidak bermasalah. Namun setelah saling bertatapan dan mengajukan pertanyaan masing-masing mengenai pendengaran mereka, faktanya mereka tidaklah salah mendengar.
"Apakah yang mulia putri telah gila? Bagaimana ia bisa mengalahkan kita seorang diri?" Tanya salah satu prajurit tidak habis pikir.
"Selain itu apakah yang mulia putri bisa bela diri sang pedang?" Tanya prajurit lain.
"Ben Gong tahu saat ini kalian meremehkan Ben Gong, tapi perlu Ben Gong tekankan bahwa apa yang Ben Gong katakan tidaklah main-main. Lawan Ben Gong dengan sekuat tenaga jika kalian tidak ingin mati di tangan Ben Gong" kataku seakan-akan membaca pikiran mereka.
Mendengar kata-kata terakhirku, tentu saja membuat para prajurit kerajaan Huang tidak percaya. Mereka malah tertawa karna beranggapan bahwa saat ini aku sedang bercanda. Suara tawa mereka menggema dan berbaur dengan udara, di saat itu pula senyum menyeringai ku terbit. Aku suka di remehkan. Di saat aku di remehkan, di situ pula akan ku hancurkan mental mereka.
Kaisar Axuan yang saat ini bersamaku lantas bergidik ngeri. Ia lalu menepuk bahuku seraya mengingatkan "Gege harap kau berbaik hati dan menyerang mereka dengan lembut. Jika mei-mei menyerang mereka dengan sungguh-sungguh, lantas siapa yang akan melindungi kerajaan Huang jika mereka semua terluka?" Kata kaisar Axuan.
Aku lantas tersenyum pada kaisar Axuan dan berkata "Gege tenang saja, aku tidak akan melukai mereka lebih jauh" jawabku yang sama sekali tidak membuat kaisar Axuan tenang.
"Baiklah karna kalian tidak percaya dengan perkataan Ben Gong. Maka mari kita buktikan setelah kalian semua selesai pemanasan" teriakku kembali setelah tawa prajurit kerajaan Huang reda.
Para prajurit kerajaan Huang pada akhirnya mulai pemanasan. Sangat tampak jelas jika apa yang mereka lakukan saat ini hanyalah karna perintah sehingga mereka terpaksa melakukannya. Mereka berpikir putri Axia hanya sedang bercanda agar mereka tidak tegang menyambut prediksi penyerangan kerajaan Yong dari kekaisaran Yuan.
Aku yang menyaksikan sebagian prajurit kerajaan Huang saat ini semakin diliputi kekejaman. Akal sehatku tampaknya tidak berfungsi dengan baik saat kemampuanku di remehkan. Aku tahu mereka sulit percaya mengingat putri Axia yang mereka kenal adalah gadis cantik yang lemah dan suka sakit-sakitan. Tidak heran jika banyak yang menganggap sepele perkataannya barusan mengingat betapa tidak berguna ia dahulu.
Orang-orang beranggapan bahwa ia hanyalah beruntung lahir di keluarga kerajaan Huang, tidak ada hal istimewa yang patut dibanggakan darinya. Hanya saja itu dulu. Saat ini jiwa yang ada dalam raga putri Huang Axia adalah aku. Ma Axia dari masa depan dengan profesi Assassin dengan seribu wajah dan profesi. Tidak ada hal yang tidak bisa ku lakukan. Dalam keadaan genting sekalipun aku bisa menuntaskan pekerjaanku dengan bersih dan profesional.
Alasan mengapa aku mati adalah karna organisasi yang menciptakan diriku sendiri tak mampu lagi membayar ku. Mereka beranggapan bahwa aku adalah hal yang sangat berbahaya dan harus di musnahkan. Karna hal itulah mengapa aku berada di sini.
Setelah melewati tahap Nascent Soul yang membuatku mampu memproyeksikan kekuatan jiwa, aku akhirnya bisa kembali mendapatkan kekuatan dan kemampuan yang kumiliki sebagai seorang Assassin di kehidupanku sebelumnya. Dengan kembalinya semua kemampuanku, aku ingin membuat para prajurit kerajaan dalam keadaan siap dan kuat. Selama persiapan yang kerajaan Huang lakukan, selama itu pula aku akan melatih mereka dengan begitu keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)
خيال (فانتازيا)Ma Axia adalah seorang gadis muda berprofesi sebagai seorang pembunuh profesional di Tiongkok. Ia merupakan pembunuh bayaran terkenal dengan gaji fantastis. Prestasinya dalam menyelesaikan misi begitu akurat dan tepat sehingga ia mendapat julukan se...