Penduduk kerajaan Qing semakin yakin bahwa pernikahan putri Qing Mei dan kaisar Fai sama sekali tidak diberkati oleh Sang Pencipta pasalnya pejabat Wong yang di utus membawa pesan ke kerajaan-kerajaan tetangga lantas pulang tak bernyawa bersama para rombongannya.
Kesialan harus menimpa pejabat Wong dan rombongan, mereka dengan malangnya harus merenggang nyawa di tangan para bandit yang berhasil dilumpuhkan oleh rombongan prajurit jendral Chun.
Kepulangan jasad pejabat Wong tentu saja membuat nyonya Wong teramat terpukul. Niat hati menyambut kedatangan suaminya dalam keadaan sehat dan tanpa kekurangan apapun hanyalah tinggal rencana. Sang Pencipta berkehendak lain. Suaminya pulang dalam keadaan tak bernyawa di kediamannya dan hal itu membuat nyonya Wong terpuruk hingga ia mengalami pendarahan dan harus melahirkan di usia kandungan yang baru saja menginjak 7 bulan.
Tertimpa musibah suaminya meninggal, nyonya Wong juga harus turut berjuang melahirkan anak keduanya di hari dimana ia tengah berduka. Kabar melahirkannya nyonya Wong di saat suaminya pulang dalam keadaan tak bernyawa jelas menarik rasa prihatin dan iba dari penduduk ibukota. Beberapa dari mereka menyalahkan pihak keluarga kerajaan dan mulai berpendapat bahwa pernikahan putri Qing Mei dan kaisar Fei hanya membawa petaka dan kesialan untuk keluarga pejabat Wong.
Pihak keluarga kerajaan tentu saja telah mendengar bagaimana para penduduk ibukota kerajaan Qing memandang buruk keluarga kerajaan. Mereka bahkan telah mendengar bahwa para penduduk ibukota berpendapat bahwa putri Qing Mei dan kaisar Fei tidak di takdirkan bersama, buktinya baru saja menyebar undangan pernikahannya melalui perantara pejabat Wong, pejabat Wong yang baru saja hendak kembali ke ibukota harus menimpa kemalangan setelah menyampaikan undangan pernikahan keduanya. Para penduduk ibukota yakin jika pernikahan keduanya hanya akan membawa kesialan.
"Jie Jie" panggil Qing Xiu putri bungsu kaisar Qing Wei sekaligus saudara tiri putri Qing Mei sebab keduanya beda ibunda.
Putri Qing Mei dan putra mahkota Qing Yong Ru adalah anak kandung dari permaisuri, sedangkan Qing Xiu adalah anak dari selir kaisar Wei.
"Ada apa Xiu'er?" Tanya putri Qing Mei.
"Apakah jie jie baik-baik saja? Kudengar dari para dayang penduduk ibukota menjelek-jelekkan jie jie" kata Qing Xiu khawatir.
Qing Mei menatap adik bungsunya yang baru saja menginjak usia 7 tahun, ia lantas mengelus puncak kepala Qing Xiu sembari menjawab "Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir" kata putri Qing Mei berusaha menenangkan.
"Jie Jie akan tetap menikah bukan?" Tanya Qing Xiu polos.
"Tentu saja" jawab putri Qing Mei tersenyum.
Dalam hati putri Qing Mei tak memiliki niat sedikitpun untuk membatalkan pernikahannya meski para penduduk ibukota kerajaan Qing terus menerus mengatakan mereka tidak di takdirkan bersama dan keduanya hanya membawa petaka dan kesialan. Putri Qing Mei tidak peduli, yang ia pikirkan adalah mencapai impiannya, yakni menjadi permaisuri.
"Qing Xiu cepatlah bersiap, kita akan pergi melayap ke kediaman pejabat Wong" kata putri Qing Mei yang baru saja mengingat perintah kaisar Wei yang memintanya datang menghadiri pemakaman pejabat Wong mewakili kaisar Wei dan putra mahkota Yong Ru.
Ayahandanya berpesan meski para penduduk ibukota menghujat dan menyalahkannya, setidaknya mereka harus menunjukan diri sebagai bentuk rasa hormat dan bela sungkawa dari pihak keluarga kerajaan Qing. Bagaimanapun saat ini kaisar Wei juga merasa bersalah, ialah sosok yang meminta pejabat Wong memotong jalan dengan mengambil rute tercepat. Hal yang tidak diduga ialah jalan yang pejabat Wong lalui adalah tempat para bandit bersembunyi.
*****
Hari mulai beranjak sore, rombongan putri Qing Mei dan putri Qing Xiu baru saja tiba di depan gerbang kediaman pejabat Wong. Dilihat dari para pelayan yang mengenakan pakaian berkabung, serta orang-orang yang keluar masuk dari kediaman Wong untuk berbelasungkawa membuat putri Qing Mei berusaha menguatkan hati sebab ia merasakan firasat buruk ketika memasuki kediaman pejabat Wong.
"Xiu'er dengankan Jie Jie" kata putri Qing Mei menarik perhatian adiknya.
"Jika saat kita memasuki kediaman pejabat Wong dan Xiu'er mendengarkan kalimat-kalimat buruk yang di lontarkan para tamu ataupun kerabat jauh pejabat Wong yang datang melayat, Jie Jie ingin Xiu'er mengabaikannya dan tidak memasukannya kedalam hati" pesan putri Qing Mei.
"Kematian pejabat Wong bukan salah kita, melainkan itu sudah kehendak sang pencipta. Jadi Jie Jie harap meski semua orang menuduh kita bersalah, Jie Jie ingin kau tetap tenang dan menahan amarahmu" tambah putri Qing Mei yang di angguki putri Qing Xiu.
Setelah memastikan adiknya mengerti, putri Qing Mei pun turun dari kereta di susul putri Qing Xiu di belakangnya. Pengumuman kedatangan keduanya mewakili keluarga kerajaan jelas menarik perhatian para tamu yang datang melayat. Semua orang menunduk memberi hormat tatkala kedua putri kerajaan Qing memasuki kediaman pejabat Wong dan melewati mereka.
Seperti yang putri Qing Mei duga, sepanjang perjalanan mereka mendengar bisikan orang-orang yang terus menyalahkan keluarga kerajaan. Putri Xiu yang mendengarnya jelas tidak terima, meski usianya masih 7 tahun, ia sudah sedikit paham atas situasi yang terjadi bagaimanapun ia di tuntut untuk belajar begitu keras sejak dini.
Putri Qing Xiu hanya mampu mengepalkan kedua tangannya seraya menahan marah. Ia telah berjanji pada putri Qing Mei agar tidak mendengarkan perkataan orang-orang, ia juga tak ingin mempermalukan keluarga kerajaan jika ia berusaha membela keluarganya di saat ia mengunjungi rumah duka.
Putri Qing Mei yang menyadari perubahan adik bungsunya lantas menggenggam tangan putri Qing Xiu yang saat ini di kepalnya. Perlakuan yang dilakukan putri Qing Mei berhasil membuat putri Qing Xiu mengendurkan kepalan tangannya.
"Tetaplah bersikap tenang dan anggun, meski engkau kesal dengan perkataan mereka" pesan putri Qing Mei yang hanya mampu di dengar mereka berdua.
Putri Qing Xiu lantas mengangguk mengerti, dan tetap mengikuti langkah kaki putri Qing Mei yang kini menuntunnya menuju bangunan utama kediaman pejabat Wong. Sesampai keduanya di sana, pelayan dengan cepat mengumumkan kedatangan mereka.
Orang - orang di dalam aula bangunan utama lantas menunduk hormat dan memberi jalan, putri Qing Mei dan putri Qing Xiu pun memasuki aula yang kini terdapat banyak orang melayat dan memberi penghormatan terakhir pada mendiang penjabat Wong.
Tak membuang waktu, putri Qing Mei dan putri Qing Xiu turut memberi penghormatan terakhir. Setelahnya keduanya menemui nyonya Wong di kamarnya. Nyonya Wong saat ini tak mampu menyambut para tamu yang hadir di kediamannya, pasalnya ia baru saja melahirkan dan saat ini kondisinya masih lemah.
"Nyonya Wong, putri ini mewakili keluarga kerjaan mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya pejabat Wong sepulang bertugas" kata putri Qing Mei saat nyonya Wong baru saja selesai membungkuk hormat padanya.
"Terimakasih yang mulia putri" jawab nyonya Wong datar dan dingin.
Kedatangan putri Qing Mei di hadapannya hanya membuat nyonya Wong merasa geram. Tatapan matanya sangat tidak bersahabat, begitu pula sikap yang diberikannya. Putri Qing Mei tentu saja masih berusaha sabar dan memaklumi sikap dingin nyonya Wong, bagaimanapun keluarga pejabat Wong masih menyalahkannya dan keluarga kerajaan Qing atas kematian pejabat Wong. Meskipun begitu putri Qing Mei terus menjalankan perintah ayahnya dengan menyampaikan tunjangan yang akan di dapatkan nyonya Wong atas kematian pejabat Wong.
Setelah menyampaikan amanat kaisar Wei, nyonya Wong lantas mengangguk mengerti dan berkata "Jika urusan yang mulia putri telah selesai, anda boleh pulang. Hamba tidak ingin melihat wajah anda lagi di masa mendatang, hari ini adalah hari terakhir kediaman kami akan berurusan dengan keluarga kerajaan. Hamba masih tidak terima atas kematian suami hamba dan masih menyalahkan keluarga kerajaan atas kematiannya" kata nyonya Wong.
"Tolong pergi sebelum kesabaran hamba habis" tambahnya yang lantas di patuhi putri Qing Mei yang lantas menarik tangan putri Qing Xiu untuk pergi.
Baru saja putri Qing Mei dan putri Qing Xiu mencapai pintu kamar nyonya Wong, mereka lantas terkejut saat mendengar teriakan nyonya Wong.
"Taburi garam segera pintu masuk dan gerbang kediaman. Aku tidak ingin ada kesialan lagi!".
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)
FantasíaMa Axia adalah seorang gadis muda berprofesi sebagai seorang pembunuh profesional di Tiongkok. Ia merupakan pembunuh bayaran terkenal dengan gaji fantastis. Prestasinya dalam menyelesaikan misi begitu akurat dan tepat sehingga ia mendapat julukan se...