Bab 30 - Waktu Bersama Saudara Laki-laki

2.1K 220 2
                                    

Kaisar Axuan tidak tahu harus berbuat apa. Saudari perempuannya tengah putus asa akan keadaannya. Ia telah kehilangan semangat dan motivasinya untuk balas dendam atas perbuatan yang kaisar Fai lakukan padanya. Meski kaisar Axuan sadar bahwa gadis cantik yang duduk di sampingnya dengan kulit wajah tampak masih pucat itu tidak memiliki kewajiban untuk membalaskan dendam atas penderitaan yang Huang Axia rasakan.

Meski berada dalam raga yang sama, mereka tetaplah dua jiwa yang berbeda. Gadis cantik di samping harusnya tidak perlu membuang-buang waktunya. Ia hanya cukup menikmati hidupnya sebagai dirinya yang sekarang.

"Zhen tidak akan memaksamu" kata kaisar Axuan menolehkan pandangannya ke depan seraya menatap matahari yang mulai terbenam.

"Jika kau lelah, kau boleh beristirahat. Jika kau mulai menyerah, maka berhentilah. Kau tahu segala sesuatu yang dipaksakan akan berakhir tidak baik. Jika kau telah mencapai titik di mana kau merasa semuanya telah sia-sia, maka tinggalkanlah dan mulailah menikmati hidupmu tanpa perlu merasa bertanggung jawab atas masa lalu putri Axia yang asli. Kau tidak perlu lagi menekan dan membebankan dirimu dengan membanding-bandingkan dirimu di kehidupan sebelumnya dengan yang sekarang" kata kaisar Axuan panjang lebar.

"Beda tempat, beda raga, beda waktu dan beda dalam segala hal. Semuanya jelas tidak akan pernah sama lagi dengan kehidupanmu sebelumnya, jadi tidak perlu memaksakan diri. Cukup tetap bersyukur dan menerima jika kemampuan mu mungkin hanya sebatas ini" tambah kaisar Axuan.

"Zhen tidak berniat untuk semakin memadamkan semangatmu. Zhen hanya bingung harus memberimu kalimat motivasi seperti apa" aku kaisar Axuan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Meski semua tidak berjalan sesuai apa yang telah kamu rencanakan dan inginkan. Satu hal yang perlu kamu tahu yaitu bahwa Zhen akan tetap bersamamu dan menerimamu apa adanya, mei-mei" tambah kaisar Axuan yang berhasil membuat tangis ku pecah.

Melihatku yang menangis membuat kaisar Axuan dengan cepat menarik ku dalam pelukannya. Ia tidak banyak berkata-kata lagi, yang kaisar Axuan saat ini lakukan hanyalah mengusap punggungku penuh rasa sayang.

Di kehidupanku sebelumnya, aku selalu di tuntut untuk melampaui batas kemampuanku, aku selalu di latih begitu keras hingga aku tak tahu lagi bagaimana perasaanku menjalani segala siksaan selama pelatihan. Namun saat ini berbeda. Ada kaisar Axuan yang mendukungku bahkan ia memintaku beristirahat atau berhenti jika aku sudah tidak mampu.

Padahal jika dipikir-pikir kami bukanlah saudara kandung. Jiwaku tak sengaja mengisi raga saudari perempuannya, tapi ia masih memperlakukanku layaknya seperti saudara kandungnya sendiri.

"Ingatlah mei-mei, kau tidak perlu menjadi kuat. Cukup menjadi wanita lemah lembut dan apa adanya. Tidak perlu melakukan kekerasan untuk membalaskan dendam Huang Axia yang asli, dengan kau menunjukkan bahwa kau bahagia tanpa kaisar Fai saja sudah lebih dari cukup" kata kaisar Axuan mengusap punggungku.

Mendengar nasihat kaisar Axuan aku tentu saja tersadar. Balas dendam terbaik adalah menunjukkan bahwa kita bahagia. Tapi apakah itu cukup? Hatiku tentu saja menolak hal itu. Aku sudah bertekad membuat kaisar Fai menderita dan menunjukan pada semua orang bahwa wanita yang selama ini mereka pandang sebagai sampah dan benalu kerajaan Huang telah berubah.

Mungkin akan memakan waktu lama untuk membuat tubuhku memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Namun selama proses pembentukan daya tahan tubuh yang kuat, aku bisa membantu beberapa hal yang mungkin akan bermanfaat untuk kerajaan Huang di masa mendatang.

Aku lantas melepaskan diri dari pelukan kaisar Axuan. Aku menghapuskan air mataku seraya tak lupa berterima makasih pada kaisar Axuan yang telah membuatku kembali bangkit dan mengingatkan akan tujuan awal ku.

"Gege terima kasih" kataku dengan suara parau karna habis menangis.

"Aku akan kembali berlatih seperti tujuan awal ku dan menepati janjiku padamu untuk membantu militer kerajaan Huang di masa mendatang" tambah ku yang membuat kaisar Axuan tersenyum dan mengusap puncak kepalaku.

"Karna kau telah bangkit kembali, bagaimana sebelum kembali berlatih kita jalan-jalan terlebih dahulu?" Usul kaisar Axuan.

"Jalan-jalan?" Tanyaku bingung.

"Ya. Jalan-jalan" tegas kaisar Axuan. "Berdiam diri di kerajaan dalam waktu yang lama tentu saja membuat kita merasa sesak bukan?" Tanyanya yang tentu saja ku balas dengan anggukan.

"Nah maka dari itu kita harus mencari udara segar dengan cara jalan-jalan" seru kaisar Axuan.

"Tapi kita akan jalan-jalan kemana?" Tanyaku.

"Tentu saja keluar istana dan berbaur dengan masyarakat seperti yang pernah kau lakukan dengan Feng saat berusaha membuat barbel kecil" jawab kaisar Axuan yang lantas membuatku berbinar.

"Benarkah?" Tanyaku dengan mata berbinar.

"Tentu saja"

"Tapi bagaimana dengan istana? Bukankah akan sangat berbahaya jika Gege meninggalkan singgasana?" Tanyaku.

"Kau tenang saja mei-mei, tidak akan ada yang berani mengambil posisiku selama pedang Hong bersamaku" jawab kaisar Axuan yang membuatku mengangguk mengerti.

"Jika apa yang Gege katakan benar, berarti tidak ada lagi yang perlu ku khawatirkan" balasku merasa lega.

"Sudahlah, kau tidak perlu memikirkan hal yang berat. Sekarang cepatlah berganti pakaian, kita akan keluar" perintah kaisar Axuan.

*****

Suara keramaian menyapa indra pendengaran ku. Cahaya lampion-lampion yang menerangi pusat ibukota kerajaan Huang tampak sangat cantik dari tempatku saat ini. Tanpa kusadari aku telah keluar dari kerajaan Huang bersama dengan kaisar Axuan.

Keluarnya kami dari istana tentu saja dirahasiakan, hanya ada Yiyi dan Feng yang menemani perjalanan kami menikmati udara malam hari di ibukota kerajaan Huang. Meski kami tampak hanya bertiga, tetapi sebenarnya ada Chou dan para prajurit khusus yang tengah memantau dan mengawasi kami di balik kegelapan.

Saat keluar dari kerajaan Huang, aku berpikir suasana malam hari di ibukota akan tampak sepi. Sayangnya ekspektasi ku tak seperti realita yang saat ini tampak di hadapanku. Suasana ibukota pada malam hari bahkan dua kali lipat dari pagi hari. Penduduk ibukota masih berlalu lalang, bahkan masih banyak penjual yang berjajar rapi dan menjual dangangan mereka. Aroma makanan yang berbaur dengan udara, teriakan penjual yang mempromosikan dagangannya sangat mendominasi saat ini. Terlalu ramai akan penduduk ibukota yang berlalu lalang membuat kami dengan leluasa berbaur tanpa ada yang menyadari identitas kami.

"Gege, aku ingin makan bakpao isi kacang merah" kataku menunjuk salah satu penjual bakpao yang tampak sangat ramai.

Kaisar Axuan lantas mengangguk mengizinkan ku untuk beli, aku dengan cepat lantas berlari menghampiri penjual tersebut di temani Yiyi yang mengikuti dari belakang.

"Yang mulia apakah tidak masalah membiarkan yang mulia putri berlari seperti itu?" Tanya Feng khawatir.

"Kau tidak perlu khawatir Feng, ada banyak prajurit khusus yang ikut bersama kita. Jadi biarkan mei-mei menikmati perjalanan ini tanpa harus merasa takut" jawab kaisar Axuan yang saat ini tersenyum melihat tingkah saudarinya dari tempatnya saat ini berada.

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang