Bab 22 - Berlatih Keras

2.7K 290 0
                                    

Sejak barbel pesanannya datang, putri Axia lebih sering menghabiskan waktunya di kediamannya. Bahkan untuk semua pekerjaan yang biasanya ia kerjakan di ruang kerja telah dipindahkan Yiyi kedalam kamarnya.

Tiga hari berlalu sejak barbel miliknya tiba, selama itu pula putri Axia terus berlatih mengangkat sepasang barbel miliknya. Setiap pagi sehabis pemanasan putri Axia akan mengangkat barbel miliknya di kedua tangannya, kadang kala ketika tangan kanannya naik, tangan kirinya yang juga mengangkat barbel akan turun. Putri Axia kerap kali mengangkat barbelnya tidak beriringan, bisa dikatakan ia mengangkatnya selang selin.

Sehabis berolahraga, putri Axia akan mandi dan setelahnya mengerjakan tugasnya mengurus masalah yang terjadi di istana dalam. Ketika hari beranjak naik, putri Axia akan berhenti untuk makan siang dan setelahnya kembali bekerja hingga sore. Saat hari telah beranjak petang, putri Axia akan berhenti bekerja dan keluar kediamannya bersama Feng menuju air mancur yang ada di bukit belakang istana. Putri Axia akan melakukan semedi dibawah guyuran deras air mancur yang menghantam tubuh mungilnya.

Ketika hari mulai beranjak malam, putri Axia akan pulang dan lekas mandi air hangat, setelah mandi ia lalu makan dan kembali berolahraga ringan yang bahkan gerakan yang dilakukannya sama sekali tidak di mengerti Yiyi ataupun dayang Rong.

Kegiatan yang putri Axia lakukan telah ia tetapkan sejak tiga hari terakhir sejak sepasang barbel pesannya datang. Yiyi dan dayang Rong tentu saja merasa terkejut dan merasa asing akan sosok putri Axia yang menurut mereka sangat berbeda jauh sejak ia bangun dari kematian yang sempat menghampirinya.

Meskipun keduanya merasa ada yang salah akan sosok junjungannya, keduanya tak ingin memberitahukan apa yang mereka rasakan. Sebab melihat junjungan mereka kini hidup dengan sehat dan menunjukan sedikit demi sedikit perubahan sudah lebih dari cukup untuk membuat keduanya merasa tetap bersyukur.

"Yang mulia putri air hangat anda telah siap" kata Yiyi menghampiri putri Axia yang saat ini menggigil kedinginan sehabis bersemedi dibawah guyuran air terjun yang terasa sangat dingin.

"Te-terima kasih Yiyi" jawabku menggigil.

Aku lantas segera menuju kamar mandi dan merendamkan tubuhku yang terasa sedingin es setelah melepas pakaianku yang basah. Air yang terasa hangat menyapu permukaan kulitku dan perlahan rasa dingin yang kurasakan mulai menghilang.

Kupejamkan mataku saat Yiyi kini membasuh rambut panjangku dengan air hangat, pijatan-pijatan ringan yang Yiyi berikan berhasil membuatku terlelap. Terlalu keras berlatih membuatku sangat lelah sehingga saat ini yang kubutuhkan hanyalah tidur dan mengistirahatkan tubuh di atas peraduan.

Hanya saja langsung tidur sehabis diguyur air dingin hanya akan membuatku masuk angin dan berakhir demam. Aku tak menginginkan hal itu, sebab hanya akan menghambat usahaku dalam membentuk stamina dalam diriku.

Terlalu nyaman dengan pijatan yang Yiyi berikan, pada akhirnya aku tertidur di dalam bak mandi. Hal itu baru Yiyi sadari saat ia mendengar dengkuran halus yang keluar dari bibir mungil junjungannya.

"Yiyi  apa yang membuatmu lama sekali? Makan malam yang mulia putri Axia nanti dingin!" Tegur dayang Rong yang baru saja memasuki kamar mandi.

"Pelankan suara anda" bisik Yiyi pada dayang Rong yang tampak kebingungan.

"Kenapa?" Tanya dayang Rong.

"Yang mulia putri Axia tertidur di bak mandi, aku tidak tega membangunkannya karna ia tampak sangat lelap" jawab Yiyi menunjukkan putri Axia yang memang saat ini tampak pulas dalam tidurnya.

"Lekas panggil Feng, kau akan membuat yang mulia putri masuk angin jika berendam begitu lama" perintah dayang Rong yang dengan cepat di patuhi Yiyi.

Sepeninggalan Yiyi, dayang Rong lantas segera membalut tubuh polos putri Axia dengan jubah mandi dengan susah payah. Tak berselang berapa lama Feng datang dan mengangkat tubuh mungil junjungannya dari genangan air dalam bak mandi.

Ujung pakaian Feng basah dan meneteskan air sepajang ia berjalan keluar dari kamar mandi menuju peraduan putri Axia. Feng tidak peduli dengan ujung pakaiannya yang terasa berat di tambah beban yang saat ini ia angkat, yang ia pikirkan sekarang adalah segera meletakkan putri Axia di atas peraduannya sehingga para dayang dengan cepat mengganti jubah mandinya yang basah.

Saat Feng ingin menidurkan putri Axia ke peraduan, dayang Rong dengan cepat menahannya. "Tunggu!" Cegat dayang Rong.

"Letakan yang mulia di atas kursi terlebih dahulu agar Yiyi dan dayang lainnya segera mengganti jubah mandi yang mulia dengan jubah tidur. Jika kau langsung menidurkan yang mulia putri di atas peraduannya, kasurnya akan basah dan kami akan kesusahan mengganti kasurnya karna tak ingin membangunkan yang mulia putri yang tengah tertidur pulas" jelas dayang Rong panjang lebar.

Tanpa banyak bicara Feng lantas mendudukkan putri Axia di kursi yang ada di tengah-tengah kamarnya. Para dayang dengan cepat melepas jubah mandi putri Axia di saat Feng telah membalikkan badannya.

"Selesai" kata Yiyi lantas mundur dengan para dayang lain.

Feng lantas membalikkan kembali badannya, berjalan menghampiri putri Axia dan mengangkat tubuh mungilnya. Dayang Rong telah membersihkan peraduan putri Axia sehingga Feng hanya tinggal menidurkan junjungannya di atas peraduannya. Setelah Feng menidurkan putri Axia di atas peraduannya, dayang Rong dengan cepat menyelimuti putri Axia dan segera menutup kelambu tempat tidurnya.

"Apakah mei-mei sudah tidur?" Tanya kaisar Axuan yang baru saja memasuki kamar putri Axia.

Menyadari kehadiran sang penguasa kerajaan Huang, para kasim, dayang dan pelayan yang bekerja di kediaman putri Axia yang terletak di bagian barat istana dalam lantas membungkuk memberi hormat.

"Hormat kami pada yang mulia kaisar" seru mereka semua bersamaan.

"Bangunlah" perintah kaisar Axuan yang lantas dipatuhi mereka semua.

"Apakah mei-mei sudah tidur?" Tanya kaisar Axuan untuk kedua kalinya.

"Menjawab yang mulia kaisar, yang mulia putri sudah tertidur. Sebelumnya sehabis pulang bersemedi di bawah air terjun bersama dengan Feng, yang mulia putri sempat mandi. Namun di dalam bak mandinya, yang mulia lantas tertidur sehingga hamba memutuskan untuk meminta bantuan Feng untuk mengangkat yang mulia putri dan menidurkannya di atas peraduan" jawab dayang Rong panjang lebar.

"Begitu" kata kaisar Axuan sedikit kecewa.

Kedatangannya ke kediaman saudarinya tentu saja untuk mengajak putri Axia makan malam bersama. Semenjak putri Axia telah mendapat barbel besi yang diinginkannya, ia mulai jarang keluar kediamannya, bahkan untuk mengunjunginya saja sangatlah jarang. Karna hal itulah kaisar Axuan berinisiatif datang mengunjungi saudarinya dan mengajaknya makan bersama agar hubungan keduanya kian akrab bagaimanapun bohong jika kaisar Axuan bisa menerima putri Axia sepenuhnya di saat ia tahu jiwa yang mengisi raga adik kesayangannya bukanlah jiwa Huang Axia yang asli.

"Tampaknya mei-mei sangat kelelahan" tambah kaisar Axuan.

"Yang mulia bukannya sebaiknya anda menegur yang mulia putri agar tidak memaksakan dirinya seperti ini?" Tanya Feng dengan nada suara yang terdengar khawatir.

"Zhen rasa tidak perlu. Sebab Zhen merasa apa yang mei-mei lakukan adalah bentuk kekesalannya" jawab kaisar Axuan.

Di kehidupannya sebelumnya putri Axia adalah seorang pembunuh bayaran, jiwanya telah dilatih dengan begitu kuat. Ketika ia kembali hidup dalam raga yang lemah, kekuatan yang ia miliki tidak mampu ia gunakan sehingga yang dapat ia lakukan saat ini hanyalah berusaha keras agar raga yang ia tempati mampu menyeimbangi kekuatan yang ia miliki.

"Pasti ia sangat kesal memiliki tubuh yang sangat lemah" gumam kaisar Axuan lantas berbalik dan beranjak pergi meninggalkan Feng yang kebingungan dengan jawabannya.

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang