Bab 09. Harga Sebuah Mimpi

372 29 14
                                    

Bab 09. Harga Sebuah Mimpi

"Tapi dia tidak pernah tahu sampai akhirnya masa ini tiba, masa dimana rasa cinta itu justru mencekik dirinya, membuatnya susah untuk sekadar bernafas, dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi dia tidak pernah tahu sampai akhirnya masa ini tiba, masa dimana rasa cinta itu justru mencekik dirinya, membuatnya susah untuk sekadar bernafas, dan... mulai membunuhnya secara perlahan-lahan."

****

ANNAVIA sedang sibuk memilih novel di sebuah toko buku saat Greeta tiba-tiba saja datang dan menyapanya dengan senyuman yang selalu tampak bersahabat dan hangat. "Hay, Ann! Lo di sini juga? Nyari buku apa?"

Annavia yang baru saja menyadari kehadiran Greeta mendadak terkesiap. Matanya mencari satu sosok lain yang mungkin menemani Greeta ke tempat itu. Ya, Alden. Annavia mencari sosok Alden.

"Gue iseng aja nyari novel. Gue kehabisan bahan bacaan nih," jawab Annavia sekenanya seraya terus mencari sosok Alden.

Greeta mengangguk. Perhatiannya tidak luput dari gelagat yang ditunjukkan oleh Annavia secara terang-terangan. Greeta kemudian terkekeh pelan, lalu seakan bisa membaca isi pikiran Annavia, ia berkata, "gue dateng sendirian! Alden lagi nyelesain tugas kelompok."

"Oh." Gumam Annavia pelan tanpa ia sadari. Namun lagi-lagi Annavia terkesiap, lantas menyadari sesuatu, "nggak! Gue lagi nggak nyariin Alden." Elaknya.

Greeta tertawa, "yang bilang lo nyariin Alden siapa? Gue cuma bilang aja."

"Hah?"

"Kalian berantem, ya?" Tebak Greeta dengan seulas senyuman penuh misteri. Ia seperti sudah tahu apa jawabannya.

"Nggak kok," jawab Annavia singkat lalu kembali fokus dengan rak buku yang berada di depannya, berpura-pura memilih novel.

"Nggak usah bohong. Gue juga nanyain Alden, dan lucunya jawaban kalian sama."

Kali ini Annavia terdiam. Bingung bagaimana harus menjawab.

"I don’t know what’s going on between you two, but I just hope that whatever it is... kalian bisa menyelesaikannya dengan baik. Persahabatan kalian sudah enam belas tahun berjalan, jadi nggak seru aja rasanya ngeliat kalian diem-dieman kayak gini." Ucap Greeta yang 'sepertinya' terdengar tulus. "I have to go now. I’ve found the book I was looking for." Tutup Greeta sembari menunjukkan sebuah buku pada Annavia.

"Oke, Gree."

Baru saja Greeta berbalik pergi, ia malah kembali lagi setelah mengingat sesuatu. "Oh ya, kata Nath lo sakit, ya, makanya nggak bisa dateng ke birthday party gue?"

"Hah? Eemmm... iya, iya." Jawab Annavia gelagapan.

"Sekarang gimana keadaan lo? Udah baikan?"

"Ii— iya"

Kutukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang