Bab 54. Merasa Seperti Lelucon

185 11 35
                                    

Bab 54. Merasa Seperti Lelucon

"Kamu bisa meninggalkan aku dalam semalam, lalu bersikap seolah aku bukan apa-apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu bisa meninggalkan aku dalam semalam, lalu bersikap seolah aku bukan apa-apa. Bagaimana bisa aku menganggap kamu lelucon?"

****

SETELAH mematikan sambungan telepon dari Annavia, Reiga pun menatap kotak cincin yang ia letakkan di atas meja kerjanya dalam keadaan terbuka. Pandangannya terlihat begitu sendu. Semua kesedihan seakan berkumpul jadi satu di matanya ketika ingatan saat dia melepaskan cincin itu dari jari manis Annavia terus berputar dalam kepalanya.

Reiga sudah menyiapkan diri untuk kemungkinan seperti itu. Tetapi saat kemungkinan itu akhirnya benar-benar terjadi, tetap saja Reiga merasakan sakit yang tidak terkira.

Ingatan Reiga pun kembali berputar pada kejadian beberapa hari yang lalu, ketika dirinya dan Windy mengantar Annavia ke bandara untuk kembali ke kota Harsa. Saat itu, Reiga dan Annavia ada di mobil yang sama, sementara Windy mengendarai mobilnya sendiri. Windy yang paham bahwa Reiga butuh waktu berbicara berdua dengan Annavia, akhirnya membiarkan saja dan tetap melanjutkan perjalanannya ketika Reiga terlihat menepikan mobilnya.

Reiga keluar terlebih dulu dari dalam mobil, kemudian berdiri di samping mobilnya menghadap tepat ke arah lautan yang terhampar luas di depannya. Dengan perasaan gentar, Annavia juga keluar dari mobil, kemudian berdiri tepat di samping Reiga.

Perihal semua perkataannya terhadap Windy yang tadi didengarkan sendiri oleh Reiga, Annavia sama sekali tidak ingin berkilah apa lagi melarikan diri dari Reiga. Annavia akan menjawab sejujur-jujurnya apabila Reiga bertanya padanya.

"Vi?" Panggil Reiga pelan dengan tatapan yang tetap terpancang ke arah lautan di depannya.

"Iya, Kak Rei?"

"Kak Rei punya satu permintaan sebelum kamu kembali ke Harsa."

Reiga kali ini mengalihkan pandangannya pada sosok Annavia yang ternyata sedang menatap dirinya penuh antisipasi.

"Permintaan apa, Kak?" Annavia bertanya dengan waswas.

"Tolong jawab "tidak" untuk satu pertanyaan yang akan Kak Rei tanyain ke kamu."

Tanpa menunggu pertanyaan yang akan Reiga ajukan padanya, Annavia sudah tahu pertanyaan seperti apa yang Reiga maksudkan. Itulah kenapa, Annavia tidak bisa memberikan persetujuan begitu saja.

Perasaan cemas kian meredam semua keberanian Annavia saat mengingat bahwa betapa baiknya Reiga selama ini, bahwa betapa banyak hal yang sudah Reiga lakukan demi bisa menyembuhkannya juga membebaskannya dari ketakutannya akan masa depan. Dan tolong jangan pernah mengatakan bahwa Annavia tidak pernah mencoba untuk belajar mencintai Reiga. Annavia sudah belajar semampunya, tetapi tetap saja tidak bisa.

Bagaimana dia bisa menyerahkan hatinya sepenuhnya untuk Reiga, ketika setiap detak jantungnya selalu menyebutkan nama Alden? Bagaimana bisa Annavia menerima Reiga, ketika di setiap denyut nadinya ada kenangannya bersama dengan Alden di sana?

Kutukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang