Bab 58. Romansa dan Pesona

170 12 10
                                    

Bab 58. Romansa dan Pesona

"Kamu adalah rumah paling nyaman yang pernah aku miliki, Annavia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu adalah rumah paling nyaman yang pernah aku miliki, Annavia. Berada di samping kamu, membuat aku menemukan diri aku yang sebenarnya. Berada di samping kamu, membuat aku merasa menjadi anak kecil yang di dalam kepalanya hanya ada tawa dan kebahagiaan."

****

SETELAH makan malam, Annavia mengajak Alden untuk pergi ke rumah lamanya yang letaknya tepat berada di depan rumah Alden. Begitu memasuki rumah lama yang masih terlihat rapi dan bersih itu, ingatan mereka berdua secara bersamaan berputar ke masa lalu.

Dulunya mereka banyak menghabiskan waktu berkumpul di rumah Annavia, Alden bahkan sangat sering datang ke rumah Annavia demi menggantikan posisi Niskala yang ketika itu lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkuliah di luar negeri.

Waktu berlalu menit demi menit saat mereka tenggelam bersama dalam nostalgia masa silam sebelum akhirnya mereka berdua duduk berdampingan di sebuah ayunan kayu di rooftop rumah Annavia, dengan masing-masing membawa secangkir kopi di tangan.

Dengan pandangan menerawang jauh, Alden mendenguskan senyumannya seraya menundukkan kepalanya, ia lantas berkata, "kamu tahu? Selama ini, aku bahkan nggak berani membayangkan hal-hal semacam ini selama tiga tahun terakhir. Berada di samping kamu seperti ini, benar-benar terasa seperti mimpi buat aku, Vi."

Annavia hanya tersenyum sambil memutar cangkir di tangannya. Dalam situasi yang menenangkan itu, meski tidak saling menatap, juga dengan jarak yang tidak begitu dekat, tetapi mereka dapat merasakan perasaan satu sama lain.

Annavia kemudian teringat akan sesuatu. Tidak berselang lama, ia langsung merogoh tas di sampingnya lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam.

"Nih!" Ujar Annavia seraya menjulurkan kotak tersebut tepat di samping Alden.

Alden pun menoleh, meletakkan cangkir di tangannya di atas meja, lantas menerima kotak pemberian Annavia dengan wajah penuh keheranan.

"Apa ini?" Tanyanya.

"Buka saja." Titah Annavia setelah mengalihkan tatapannya dari Alden menuju kotak kecil itu.

Alden mendesah pelan. Dan ia seketika membeku saat menemukan cincin pertunangan milik Annavia di dalam kotak itu. Itu cincin yang sempat Alden lemparkan dengan penuh amarah beberapa waktu lalu. Itu cincin yang selama tiga tahun ini selalu dekat dengan detak jantungnya kemana pun ia melangkah.

"Kamu... menemukan cincin ini?" Alden bertanya sehati-hati mungkin.

"Iya. Malam itu aku langsung mencarinya. Kamu tahu? Aku sampai rela hujan-hujanan gara-gara benda yang kamu sebut 'sialan' ini. Hampir aku mati kedinginan." Rutuk Annavia dengan nada bercanda.

"Kenapa kamu cari?"

"Benda ini sangat berharga buat kamu. Gimana bisa aku abaikan begitu saja?" Jawab Annavia dengan tetap menggunakan kata ganti 'Benda Ini' untuk menyebut cincin pertunangannya.

Kutukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang