Alden layaknya seorang penyihir jahat, yang berhasil melepaskan kutukannya pada Annavia- sang mantan pacar, sekaligus sahabatnya sejak masih kecil. Mereka pernah menjalin hubungan semasa SMA, tapi tiba-tiba saja putus karena Alden secara terang-tera...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mereka sama-sama tidak merasakan apapun, kecuali berharap bahwa apa yang terjadi saat ini akan segera berakhir di atas tempat tidur mereka sebagai mimpi buruk. Tetapi semuanya nyata, dengan luka tertata sempurna, meninggalkan jejak-jejak ingatan menyakitkan di kepala mereka setiap kali memori hari ini terbersit."
****
KARENA tidak ingin menerima banyak pertanyaan dari yang lainnya dan harus menjelaskan posisinya, Annavia akhirnya memutuskan untuk menghindar sementara waktu. Ia ikut bersama Reiga kembali ke Pulau Banu dan menginap di salah satu kamar hotel di Clover Leaf yang dikelola oleh Reiga.
Dan semenjak kembali dari Shanghai, Annavia terus mengurung diri di dalam kamar, merenungkan segala hal yang terjadi. Dan sejak ia kembali dari Shanghai juga, Alden tidak sekali pun menghubunginya. Di ujung keputusasaannya Annavia masih berusaha untuk mempercayai Alden, dan menunggu penjelasan dari sisi Alden.
Namun saat mendapati bahwa Alden tidak menghubunginya lagi sejak terakhir kali di Shanghai dua hari lalu, Annavia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri, ia mulai khawatir. Ia mulai merasa takut dengan segala yang ada di sekelilingnya.
Satu kemungkinan terburuk pun sudah terbersit di kepalanya. Kemungkinan bahwa bisa saja pernikahannya dengan Alden tidak akan terjadi bulan depan. Annavia terpukul atas satu kemungkinan itu. Ia terjatuh dalam kubangan rasa sakit yang meretakkan hatinya, nyaris menghancurkannya.
Lalu ingatan saat ia selalu mengatakan bahwa dia mencintai Alden, namun tidak satu pun mendapatkan jawaban yang sama dari Alden semakin memperparah keadaannya.
Annavia masuk ke dalam bathtub setelah menyalakan shower di atasnya. Ia membiarkan bathtub itu terisi penuh hingga tubuhnya tenggelam seluruhnya. Annavia menangis dengan suara isak yang teredam. Membiarkan satu per satu air matanya terguyur bersama air, serta melepaskan semua kesakitannya turut tenggelam bersama tubuh rapuhnya.
Saat Annavia sedang menikmati setiap rasa sakit yang menggerogoti jantungnya, Yumi tiba-tiba saja datang dan membuka pintu kamar mandi. "ANNAVIA!! APA YANG SEDANG LO LAKUKAN?!"
Yumi terperanjat sebelum akhirnya buru-buru mematikan shower, mengangkat tubuh Annavia dari dalam bathtub, lalu duduk dan memeluk tubuh sahabatnya yang sudah menggigil kedingingan.
"Vi, maafin gue. Maaf karena gue nggak nyampein kecurigaan gue sama lo dan membiarkan lo ke Shanghai tanpa tahu apapun." Lirih Yumi dengan penuh sesal.
"Yum, gue tetep nikah sama Alden, kan? Bulan depan, Alden akan jadi suami gue, kan? Iya, kan, Yum?" Ujar Annavia dengan suara bergetar.
Setiap kata yang ia ucapkan entah kenapa terasa seperti lemparan-lemparan batu yang menghujam jantungnya.
Yumi mengangguk. Air matanya pun menetes perlahan melihat keadaan Annavia sekarang.