PROLOG: Perkenalkan, Namanya Reiga

1.2K 47 2
                                    

“KUTUKAN CINTA PERTAMA”

Prolog: Perkenalkan, Namanya Reiga

"Layaknya seorang penyihir jahat, kau selalu berhasil menahanku seperti sebuah kutukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Layaknya seorang penyihir jahat, kau selalu berhasil menahanku seperti sebuah kutukan."

****

Oktober, 2012

ANNAVIA terperanjat saat beberapa detik yang lalu, seseorang yang begitu asing baginya membanting pintu di depannya dengan cukup keras. Tidak hanya suara dari gebrakan pintu yang membuat Annavia merasa sangat terkejut, namun seraut wajah dingin dengan sorot mata mematikannya telah berhasil menciutkan nyali Annavia. Aliran darah di wajahnya berkurang, hingga membuat wajahnya tampak pucat.

Beberapa saat yang lalu, Alden memintanya untuk mengambil buku catatan miliknya yang kemarin sempat dipinjam oleh Alden. Annavia yang memang cukup sering keluar-masuk rumah Alden sejak masih kecil pun, langsung masuk ke kamar milik Alden. Namun, betapa terkejutnya ia saat sudah membuka pintu, seseorang yang tidak pernah ia lihat sebelumnya tiba-tiba saja muncul dari balik pintu dan menatapnya dingin. Saat itu, tenggorokan Annavia seakan tercekat. Ia tidak mampu mengeluarkan satu kata pun karena terlalu terkejut dengan sosok es yang baru saja ia lihat untuk pertama kalinya.

"Vi, bukunya udah ketemu?" Tegur Alden tepat dari belakang Annavia yang masih membeku di tempatnya.

Melihat ada yang tidak beres dari Annavia sekarang, Alden tahu-tahu menyadari sesuatu. Ia baru ingat, bahwa ia belum memberitahukan pada Annavia bahwa ia sudah pindah kamar sejak tiga hari yang lalu. Alden meringis, lalu mendekati Annavia.

"Maaf, gue lupa ngasih tahu. Kamar gue sekarang di sana." Terang Alden sambil menunjuk salah satu kamar yang letaknya bersebelahan dengan kamar lamanya.

"Vi, lo baik-baik aja, kan?"

Tidak ada jawaban dari Annavia, ia masih menatap pintu di depannya dengan pandangan kosong.

"Via?" Lirih Alden pelan, kali ini sambil menyentuh salah satu bahu Annavia.

Dan untuk yang kedua kalinya, lagi-lagi Annavia tersentak saat merasakan sebuah sentuhan di bahunya. Ia pun menoleh ke samping, lalu mendapati Alden yang sedang menatapnya dengan penuh rasa bersalah.

"Siapa pemilik baru kamar ini?" Tanya Annavia pada Alden dengan tatapan matanya yang masih kosong.

"Dia bukan pemilik baru. Dia pemilik lama kamar ini. Pemilik yang sebenarnya." Jawab Alden kemudian.

“D—dia siapa?”

“Kakak gue. Reiga. Reigandra Samudra Danadyaksa.”

****

Hari demi hari berlalu sejak hari di mana pertama kali Alden memperkenalkan Reiga sebagai kakaknya di hadapan Annavia. Pada awalnya, bukan hal yang mudah bagi Annavia untuk bisa mencerna soal rahasia besar keluarga Alden yang jujur saja baru ia ketahui. Namun seiring berjalannya waktu, secara perlahan-lahan Annavia mulai mengerti, dan berusaha mendekatkan diri dengan Reiga yang selalu terlihat membangun tembok tinggi demi membatasi diri.

Entah benang takdir mana yang secara terus-menerus selalu menarik mereka pada satu titik yang sama hingga saling bersinggungan satu dengan yang lainnya. Pertama-tama pertemuan mereka hanyalah sebuah kebetulan tak berarti, tetapi lama kelamaan, Reiga dengan segala magnet tak kasatmatanya selalu berhasil menyeret Annavia untuk lebih dekat dengannya, menggugah segala rasa penasaran gadis muda itu hingga berkumpul menjadi sebentuk rasa peduli.

Ya, Annavia memedulikan Reiga. Dia ingin dekat dengan Reiga, begitu juga dengan Alden. Annavia ingin kedua kakak-beradik itu bisa dekat layaknya saudara pada umumnya.

Dan hal itu kini menjadi misinya; mendekatkan Alden dengan Reiga.

"Lo suka sama gue?" Tanya Reiga tanpa keraguan saat dia berbalik dan menghampiri Annavia yang berdiri tidak jauh dari posisinya.

Selama beberapa hari ini, Annavia terus saja mengikuti Reiga. Reiga sebenarnya sadar bahwa gadis itu sedang mengikutinya. Namun Reiga hanya membiarkannya saja karena berpikir dia akan berhenti dengan sendirinya.

Tapi ternyata Reiga salah. Annavia masih saja mengikutinya, seperti sebuah bayangan.

Bukan tanpa alasan kenapa Annavia melakukan hal itu. Sejak Reiga pertama kali datang, pemuda itu selalu terlihat sendiri. Annavia yang tidak bisa mengabaikannya begitu saja karena sudah kadung menyimpan peduli pada sosok Reiga, akhirnya memutuskan untuk mengikuti Reiga. Dia ingin mendapatkan satu kesempatan untuk bisa berteman dengan Reiga.

"Ng─ nggak. A─aku nggak suka Kakak. Lagian aku udah punya pacar," sanggah Annavia gelagapan. Ia terlihat salah tingkah.

Sementara Reiga, ia langsung menunjukkan reaksi misterius di wajahnya. Sejak dia kembali dengan semua luka dan kemarahannya, ini pertama kalinya Reiga menemukan kenyamanannya. Dan dia benci harus mengakui ini.

"Kalau begitu, jangan ikutin gue lagi!" Ucap Reiga dengan tajam. Sorot matanya seakan mampu membekukan apa saja yang ditatapnya.

"A─aku..."

"Atau apa Alden yang minta lo buat ngikutin gue?"

"Bukan!" Jawab Annavia dengan cepat.

Tidak mungkin, kan, Annavia menyampaikan tujuannya yang sebenarnya? Bisa-bisa dia mati konyol di tangan manusia es ini.

Reiga mengangguk. Raut wajahnya masih semisterius tadi. "Kalo lo ngikutin gue cuma karena lo penasaran, gue saranin mending lo pergi sekarang juga." Reiga terdiam sesaat sebelum berbisik pada dirinya sendiri, "lo bahkan bilang kalo lo nggak suka sama gue."

"Ha? Kak Reiga ngomong apa?"

"Gue bilang, berhenti ngikutin gue!" Itulah ucapan terakhir Reiga sebelum akhirnya melenggang pergi dari hadapan Annavia.

Di luar sadarnya, Reiga tersenyum kecil.

Sesuatu yang tidak terjelaskan sedang terjadi padanya.

****

01. Reigandra Samudra Danadyaksa

 Reigandra Samudra Danadyaksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kutukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang