SPECIAL CHAPTER 1: We, From the First
"Gue sekarang lagi mode pacar lo, bukan ketua Osis."
****
Desember, 2010
"VI, kalo gue menang tanding futsal hari ini, lo jadi pacar gue, ya?"
Pinta Alden dengan sepenuh hati seraya menatap lekat-lekat pada sepasang bola mata cokelat milik Annavia.
Annavia terhenyak.
Alden memang pernah menyatakan perasaannya pada Annavia lima bulan yang lalu. Tetapi saat itu, Annavia terlalu terkejut dengan pengakuan mendadak Alden. Itulah kenapa Annavia tidak mengatakan apapun pada Alden.
Hari-hari berlalu, Alden pun tidak pernah lagi mengungkit soal pengakuan itu hingga akhirnya membuat Annavia bingung dan meragukan kesungguhannya. Namun di sisi lain, Annavia merasakan sedikit kelegaan. Karena setidaknya dengan begitu, ia tidak perlu mencemaskan bahwa persahabatannya dengan Alden bisa saja rusak jika nanti mereka berpacaran lalu putus.
Tetapi saat ini, Alden lagi-lagi mengejutkannya dengan secara langsung meminta Annavia untuk menjadi pacarnya.
Annavia mengangkat wajahnya, tepat sebelum ia memberikan jawaban, salah satu rekan tim Alden tiba-tiba memanggilnya ke tengah lapangan untuk berkumpul karena sebentar lagi pertandingan antar-sekolah akan segera dimulai.
Alden menyunggingkan seulas senyuman yang begitu manis untuk Annavia. Dan hal yang Alden lakukan itu, mau tidak mau akhirnya membuat jantung Annavia bedebar dengan sangat kencang. Alden kemudian mengusap puncak kepala Annavia dengan tatapan yang masih sama. "Hari ini gue pasti menang buat elo, Vi!"
Alden melangkah mundur tanpa sedikit pun mengalihkan tatapannya dari Annavia yang terlihat sudah kehabisan kata-kata. Senyuman di wajah Alden kemudian berubah menjadi sebuah seringai jahat saat tiba-tiba satu ide jahil menyapa otaknya. Alden pun tanpa tahu malu dan tanpa keraguan sedikit pun mengangkat kedua tangannya di atas kepala hingga membentuk tanda hati.
Kedua mata Annavia membelalak kaget, namun senyuman di wajah Alden kian melebar. Alden pun berbalik, lalu berlari ke tengah lapangan dengan tekad kuat untuk memenangkan pertandingan itu.
****
Tiupan panjang peluit dari seorang wasit mengakhiri pertandingan hari itu. Alden melangkah gontai sambil menunduk menuju tepi lapangan. Tidak seperti yang diharapkan sebelumnya, timnya gagal memenangkan pertandingan hingga membuat Alden kecewa pada dirinya sendiri. Pupus sudah keinginannya untuk menjadikan Annavia pacarnya.Di saat kecewanya itu, Annavia tahu-tahu menghalangi jalannya seraya menjulurkan sebotol air mineral untuk Alden. Alden tertegun selama beberapa detik sebelum akhirnya mengangkat wajahnya lalu menatap Annavia yang sedang tersenyum hangat padanya, seolah memberikan Alden semangat dan mengatakan bahwa Alden sudah melakukan yang terbaik melalui pandangan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta Pertama
RomanceAlden layaknya seorang penyihir jahat, yang berhasil melepaskan kutukannya pada Annavia- sang mantan pacar, sekaligus sahabatnya sejak masih kecil. Mereka pernah menjalin hubungan semasa SMA, tapi tiba-tiba saja putus karena Alden secara terang-tera...