Bab 05. Clover

400 24 1
                                    

Bab 05. Clover

"Semuanya telah buyar, satu-satunya hal yang diinginkannya sekarang adalah, ia ingin segera pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semuanya telah buyar, satu-satunya hal yang diinginkannya sekarang adalah, ia ingin segera pergi."

****

ALDEN menyeret Annavia setengah paksa keluar dari rumahnya setelah ia tiba-tiba saja datang ke rumah gadis itu dan memintanya untuk segera bersiap-siap. Siang ini, Alden berencana membawa Annavia pergi ke suatu tempat. Katanya, ini benar-benar darurat dan ia sangat membutuhkan Annavia.

Alden menyuruh Annavia naik ke atas motornya setelah memakaikan helm di kepala gadis tersebut dengan kasar, ia lalu buru-buru menstarter motornya dengan penuh semangat. Annavia bahkan belum sempat berpegangan ketika tiba-tiba Alden menjalankan motornya dengan kecepatan maksimal.

"ALDEN!! Lo mau gue mati jantungan di sini? Hah?" Bentak Annavia yang justru tidak mendapatkan respon apa pun dari Alden. 

Annavia kemudian menggerutu kesal setelahnya. Kalau saja Alden tidak memakai helm, mungkin kepalanya sudah menjadi bahan pelampiasan Annavia saat itu juga.

Saat di perjalanan, tiba-tiba saja Annavia teringat sesuatu. Ia melirik arloji pemberian Papanya yang saat itu sudah menunjukan pukul tiga sore. Annavia terlihat gusar, ia buru-buru mengambil ponselnya dan segera mengetik pesan singkat untuk seseorang.

"Lo kenapa?" Tanya Alden saat melihat wajah cemas Annavia dari kaca spion. Namun Annavia tidak menjawab dan masih sibuk dengan ponselnya.

Setelah mengirimkan pesan permintaan maaf pada seseorang, Annavia memasukkan ponselnya ke dalam tas lalu mencondongkan kepala seraya berkata dengan nada setengah berteriak, "bisa nggak sih lain kali kalau mau ngajakin pergi itu bilang-bilang dulu?" Annavia menatap balik Alden di kaca spion seraya menghela napas panjang.

Sore ini Annavia sebenarnya sudah berjanji akan menemui seseorang. Tetapi kedatangan Alden yang mendadak, dan seakan seenaknya membawa Annavia pergi tanpa persetujuan, membuat Annavia pada akhirnya harus mengundur waktu pertemuannya agar tetap bisa memenuhi janji yang sudah terlanjur dibuatnya.

"Nggak bisa." Jawab Alden dengan menggelengkan kepalanya. Terdengar sangat menyebalkan memang. Namun sayangnya Annavia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia hanya bisa pasrah dengan keinginan Alden yang entah akan membawanya kemana saat ini.

Setelah menempuh perjalanan hampir selama dua puluh menit, tibalah Alden dan Annavia di sebuah mall. Tanpa mengatakan apa pun, Alden terus berjalan di depan dengan diekori oleh Annavia di belakangnya. Saat menaiki lantai tiga, Alden dengan santainya masuk ke sebuah toko perhiasan.

Dan Annavia sama sekali tidak mengerti kenapa Alden membawanya ke tempat semacam itu. Annavia bahkan tidak ingin mengerti. Saat ini ia terlalu jengkel untuk bisa mengerti keinginan Alden yang menurutnya selalu tidak masuk akal.

Kutukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang